Nasi Pecel ala Stasiun Babat Lamongan yang Mak Nyus
Senin, 19 Sep 2011 12:40 WIB

Fatkhul Muin
Jakarta - Di depan Stasiun Babat inilah saya menemukan warung-warung yang berjejer rapi dengan menu yang hampir sama, yaitu nasi pecel, nasi rawon, asem-asem, dan soto. Karena saya tidak suka makanan yang banyak lemak dan kolesterol akhirnya pilihan jatuh pada nasi pecel ala Stasiun Kereta Api Babat ini.Β Kamipun memesan dua porsi, satu untuk saya dan satu porsi untuk keponakan saya yang saat ini sedang kuliah di Universitas Lamongan dan menemani perjalanan putar-putar Kota Babat.Beberapa menit kemudian nasi pecel Lamongan "mendarat" di hadapan saya, dari penampilannya sudah "mak nyus tenan". Disajikan dengan piring yang terbuat dari lidi dengan dasar daun pisang, nasi dengan campuran lontong kecil-kecil dan diberi sayuran pecel seperti kecambah, kol, kangkung, dan bayam. Setelah lengkap, untuk menambah kenikmatannya nasi pecel ini ditaburi bumbu kacang yang kental dan rempeyek.Nasi pecel itupun kami makan perlahan-lahan sambil mencoba merasakan apa perbedaan pokok dari kuliner ala stasiun kereta Api Babat ini. Karena saya tidak ada pesan khusus maka bumbu yang disajikan pedasnya minta ampun sehingga ketika makan, saya selingi dengan minum es teh untuk mengurangi pedasnya bumbu pecel ini.Nasi pecel merupakan kuliner umum yang ada dimana-mana, di Jawa Tengah juga mengenal masakan ini seperti Kota Jepara, Kudus, dan Demakpun ada warung khusus yang menyajikan masakan pecel ini. Tidak ada setengah jam kami menghabiskan nasi pecel "satu piring" yang menurut selera saya rasanya tidak jauh berbeda dengan masakan pecel di kota lain.Warung di sini semua menjual nasi pecel sebagai ciri khas Stasiun Kereta Api Babat sehingga kapanpun, mulai dari pagi, siang, sampai malam, menu nasi pecel tersedia disini. "Warung saya ini buka 24 jam Mas mulai sehabis sholat ashar nanti adik saya yang menunggui warung ini sampai malam," tutur pemilik Warung Hikmah tempat kami makan.Harganyapun tidak begitu mahal dua piring nasi pecel, dua gelas es teh, dan beberapa gorengan, uang Rp20.000,00 masih mendapat kembali Rp4.000,00. Kami hitung harga nasi pecel perporsi paling mahal Rp6.000βRp7.000. Jadi, wajar jika warung yang berada di depan Stasiun Babat ini pengunjungnya tidak hanya penumpang kereta api saja tapi juga warga seputar Kota Babat dan Lamongan. Jika ingin merasakan nasi pecel larinya ke deretan warung ini. Selain itu, tempat ini juga menyediakan menu-menu lain yang dapat mengobati rasa lapar.Oleh karena itu, bagi pembaca yang kebetulan berkunjung ke kota "wingko" ini tidak ada salahnya mampir ke warung yang berada di seputar Stasiun Babat ini, apalagi yang mempunyai hobi naik kereta api bisa mengunjungi kota ini dengan naik kereta api. Dan, jangan lupa setelah menikmati "mak nyusnya" nasi pecel khas Babat Lamongan jangan lupa membeli oleh-oleh berupa "Wingko Babat". Nah, untuk yang satu ini akan kami tulis pada bagian lainnya di tunggu saja ceritanya!
Komentar Terbanyak
Study Tour Dilarang, Bus Pariwisata Tak Ada yang Sewa, Karyawan Merana
Penumpang Pria yang Bawa Koper saat Evakuasi Pesawat Dirujak Netizen
Suhu Bromo Kian Menggigit di Puncak Kemarau