Terjebak di Kamar Hotel? Datangilah Ragunan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Terjebak di Kamar Hotel? Datangilah Ragunan

Danny Maulana - detikTravel
Kamis, 29 Sep 2011 11:28 WIB
loading...
Danny Maulana
Angsa Hitam
Beruang Madu
Lemur
Ibu, lihat balonnya
Kereta mobil untuk anda yang capek jalan
Terjebak di Kamar Hotel? Datangilah Ragunan
Terjebak di Kamar Hotel? Datangilah Ragunan
Terjebak di Kamar Hotel? Datangilah Ragunan
Terjebak di Kamar Hotel? Datangilah Ragunan
Terjebak di Kamar Hotel? Datangilah Ragunan
Jakarta - Β Jika Anda sedang terjebak dalam akhir pekan yang singkat di Jakarta, jenuh hanya sekadar menonton tv kabel di kamar hotel, dan mencari tempat menarik yang cukup tenang, kenapa tidak mengunjungi Taman Margasatwa Ragunan?Taman Margasatwa kebanggaan Jakarta ini telah berdiri sejak 1864 di Cikini dan dipindahkan ke Pasar Minggu pada tahun 1966. Memiliki lebih dari 3.122 jenis satwa dari seluruh dunia. Sebagian di antaranya terancam punah. Tak usah khawatir tersesat jika Anda tidak mengenal seluk beluk jalanan Jakarta seperti saya. Bus Transjakarta akan mengantarkan Anda langsung ke pintu gerbang Kebun Binantang Ragunan.Sabtu adalah hari yang baik untuk datang ke Taman Margasatwa Ragunan. Tak banyak penumpang yang berdesakan di dalam bus Transjakarta yang menuju Ragunan, selain anak-anak sekolah. Ragunan bukanlah wilayah bisnis atau belanja seperti Sudirman-Tamrin atau Glodok. Banyak rumah-rumah tinggal dan pohon-pohon rindang di sepanjang jalan menuju ke sana. Nampak tenang dan menyegarkan mata.Tiket masuk Kebun Binatang Ragunan cukup murah, hanya Rp5000,00 untuk sekali masuk, Rp4000,00 untuk tiket masuk ditambah, Rp1000,00 untuk asuransi dan donasi.Setelah melewati gerbang pintu utara II, rindangnya 50.000 pepohonan di taman seluas 147 hektar ini sudah terasa. Entah bagaimana menciptakan suasana seperti dalam dongeng ini. Karena Sabtu di Indonesia bukan hari libur bagi pelajar, Ragunan tidak padat seperti saat hari libur. Dan ini kesempatan untuk menikmati aneka flora dan fauna yang ada di sini dengan tenang.Di sebelah kiri dari pintu utara II ada kolam yang dihuni puluhan pelikan Australia (Pelecanus conspicillatus) dan dua ekor angsa hitam. Burung Pelikan adalah burung air terbesar yang memiliki kantung di bawah paruhnya. Burung ini bagian dari keluarga burung Pelecanidae. Burung ini cukup besar. Saat dewasa, beratnya bisa mencapai 13 kilogram dengan bentang sayap kurang lebih 2,5 meter. Meskipun burung yang punya paruh paling panjang di antara yang lain ini bisa terbang, di kolam ini, mereka hanya berkumpul di bawah pohon rindang dan kadang seekor atau berkelompok bergerak indah seperti menari ketika mencari ikan. Angsa hitam (Cygnus atratus) yang berasal dari New Zealand. Hewan misterius berparuh merah yang cantik ini seperti terasing di antara burung-burung Pelikan raksasa di kolam itu. Dua Angsa Hitam itu menjauh dan sibuk bermain sendiri, sesekali mendekati pengunjung untuk meminta makanan.Koleksi berbagai jenis burung di sini cukup lengkap. Ada tiga kandang besar berisi beragam burung dari seluruh dunia. Anak-anak paling senang datang kemari. Melihat burung besar seperti elang, merak, dan ranggong dari dekat rasanya jelas berbeda dari sekadar lihat di televisi.Mungkin karena kasihan atau karena kebiasaan yang pasti memberi makan satwa dengan cemilan yang dibawa sendiri itu tidak baik. Seperti yang saya lihat di kandang Orang Utan. Di kandang pertama yang berisi dua Orang Utan muda, para pengunjung terlihat berebut melempar kacang atau roti, bahkan permen karet untuk sekadar menarik perhatian primata malang tersebut. Di kandang kedua yang berisi satu Orang Utan dewasa yang cukup tua lebih malang lagi. Ia dilempari kacang, roti, permen karet, bahkan botol-botol bekas minuman untuk sekadar ingin melihat hewan tersebut bergerak. Memang membosankan melihat hewan tua yang duduk santai tak melakukan apa pun. Tapi, menarik perhatiannya dengan melempar macam-macam cemilan itu sungguh tidak baik.Seharusnya tiap pengunjung punya pengetahuan yang cukup. Orang Utan adalah hewan endemik Indonesia yang hanya ada di Sumatra dan Kalimantan. Jumlahnya pun terus berkurang karena habitatnya dihancurkan untuk perkebunan kelapa sawit. Memberi makan sembarangan bahkan melempar sampah bukanlah tindakan yang bijak.Β ***Di dalam taman margasatwa ini ada taman primata yang konon terbesar di Asia Pasifik. Namanya Pusat Primata Schmutzer. Pusat Primata Schmutzer adalah hibah dari mendiang Ibu Pauline Antoneitte Adeline Schmutzer dan Yayasan Gibbon (Prof.Dr.Ir.Willie Smits). Seorang wanita keturunan Jerman yang lahir dan meninggal di Indonesia.Ada banyak primata di fasilitas yang diresmikan tahun 2002 silam. Salah satu favorit pengunjung di sini adalah Gorilla. Primata terbesar yang berasal dari benua Afrika ini memukau orang dewasa apalagi anak-anak. Tubuhnya begitu besar dan kokoh. Sungguh pengalaman yang berbeda dari sekedar melihatnya di televisi. Di kandang utama yang terbuka, ada dua gorilla dan seekor gorilla lagi yang masih di dalam kandang tertutup. Saya tidak tahu kenapa seekor gorilla itu dipisahkan dari yang lain. Mungkin sedang di karantina.Selain Gorilla, di sini juga ada Lemur. Hewan berbulu cantik yang berasal dari Madagaskar. Meskipun kecil, tapi terlihat agresif. Ketika saya melihatnya di dalam kandang, tak pernah semenit pun hewan tersebut duduk santai di dahan pohon. Ada juga Bekantan (Nasalis larvatus). Primata endemik Kalimantan ini lumayan besar. Tinggi Bekantan jantan bisa mencapai 75 centimeter dengan berat 24 kilogram. Bekantan memakan aneka daun-daunan, buah-buahan, dan biji-bijian yang menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna.Β ***Karena Taman Margasatwa Ragunan ini begitu luas. Jarak dari satu kandang satwa ke kandang lainnya lumayan jauh. Saya sampai kelelahan dan kebingungan ketika ingin mencari satu satwa tertentu. Tapi, di sini disediakan kendaraan wisata berbentuk kereta api yang akan mengajak pengunjung berkeliling taman tanpa kelelahan lagi. Dan jika Anda ingin sekadar bekeliling tanpa rute, bisa menyewa sepeda yang ada di pintu utara II.Rimbunnya pepohonan di taman yang ada di sini menjadi tempat melepas lelah yang tepat. Setelah seharian berkeliling dan melihat beragam satwa yang ada di sini, istirahat sambil menikmati sejuknya udara sore di Jakarta yang langka menjadi penutup cerita yang indah.
Hide Ads