Beautiful Runaway, Sawarna

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Beautiful Runaway, Sawarna

Adhi Kurniawan - detikTravel
Jumat, 14 Okt 2011 13:22 WIB
loading...
Adhi Kurniawan
Pantai Laguna pari
Tanjung layar dari Lereng Bukit
Pesisir Ciantir
Sunset di Sawarna
Sungai bawah tanah Gua Lawuk
Beautiful Runaway, Sawarna
Beautiful Runaway, Sawarna
Beautiful Runaway, Sawarna
Beautiful Runaway, Sawarna
Beautiful Runaway, Sawarna
Jakarta - "Seperti sudah menjadi hukum alam, pantai-pantai paling indah selalu berada di lokasi yang paling sulit dicapai. Begitu pula Sawarna. Perlu perjuangan dan kenekadan ekstra untuk mencapai tempat yang dijuluki The Hidden Paradise itu. Lelah, kantuk, dan basah kehujanan selama di perjalanan terbayar lunas begitu kami sampai di pesisir selatan Banten."Kapan Terakhir Kali Anda ....Dua bulan terakhir ini ritme hidup Ibu Kota semakin membuat saya menjadi makhluk ritmik dengan aktivitas homogen. Bangun pagi, berangkat ke kantor, kerja sampai petang, pulang ke kos, nonton tv, lalu tidur. Semakin lama semakin monoton dan mudah ditebak. Saya sampai lupa, kapan terakhir kali melakukan hal baru untuk kali pertama.Akhir pekan kemarin saya bersama keempat teman mencoba mengulang hal yang sudah lama tidak kami lakukan, yaituΒ touring naik motor. Bermodal peta mudik, sedikit informasi dari internet, dan kontak sana sini dengan teman yang pernah ke sana, kami memberanikan diri berangkat menuju Sawarna. Jika dilihat di Google Map, tempat ini berada di akhir garis lingkar teluk Pelabuhan Ratu.Ada dua rute alternatif ke Sawarna. Rute pertama, dimulai dari Jakarta, lanjut ke Bogor via Parung, lalu ke Sukabumi, ambil jalan pintas lewat Cibadak menuju Pelabuhan Ratu, lalu berakhir di Sawarna. Karena melalui Sukabumi yang jalannya bagus full hot mix, rute ini kami sebut rute suka-suka. Rute kedua, dari Jakarta ke Rangkasbitung, belok ke selatan menuju Gunung Kencana dan Malingping, lalu ke timur melintasi Bayah sebelum finish di Sawarna. Seorang teman menyebutnya jalur Garis Keras, plesetan dari akronim Gunung Kencang (GK). Hanya rider bermental baja dan memiliki ketabahan di atas rata-rata yang mau dengan sukarela melalui jalur ini.Jarak 240 kilometer kami tempuh dengan sepeda motor selama 8 jam dari Jakarta, termasuk istirahat untuk solat, makan, dan isi bensin. Jalan hingga pertigaan Sukabumi bagus karena memang jalan provinsi. Memasuki daerah Cibadak, jalan mulai memaksa kami lebih fokus dan melawan kantuk. Hanya ada 3 macam bentuk jalanan di etape Triple T ini, yakni tanjakan, tikungan, dan turunan. Begitu sampai di kawasan Pelabuhan Ratu, kami baru tahu kalau ibu kota Kabupaten Sukabumi berada di sini ramai dan semarak. Di sepanjang jalan, berjajar kantor pemerintahan, pusat perdagangan, dan dermaga pelelangan ikan.Kelebihan rute suka-suka adalah, dari Pelabuhan Ratu menuju Sawarna, kita menyusuri jalan lingkar selatan yang persis berada di pinggir pantai. Jalanan sejajar dengan bibir pantai dan naik turun mengikuti kontur perbukitan. Jika cuaca cerah, dari puncak bukit kita dapat memandang garis lingkar teluk Pelabuhan Ratu dari ujung ke ujung dengan air laut hijau toskanya.Sawarna berada di tengah-tengah jalur Pelabuhan Ratu-Bayah. Pertempuran belum berakhir di jalur antarkecamatan ini, masih ada sesi penutup sejauh 12 kilometer keluar dari jalur tadi menuju Sawarna. Jalur ini yang paling parah. Sempit, terjal, banyak aspal terkelupas, dan rasanya tidak sampai-sampai. Bagitu kami tiba di ujung bukit terakhir, nun jauh di bawah terlihat rumah-rumah penduduk dan sawah hijau membentang. Dipagari rerimbunan jati-jati yang berdesakan dengan bongkahan batu karas di pungung bukit kapur. Begitu mendekati desa, aroma laut dan angin pantai semakin terasa. Sudah banyak pengunjung yang datang dan bergegas menuju pantai di balik persawahan. Deretan kelapa di pematang sawah membatasi perkampungan warga dengan pasir pantai.The Hidden ParadiseDari jalan aspal, kita harus menyeberangi sungai melalui jembatan gantung yang legendaris. Jembatan itu satu-satunya akses menuju desa. Dengan alas berupa papan-papan tipis selebar satu meter dan dijalin oleh kabel kawat, jembatan ini hanya bisa dilewati satu motor saja secara bergantian. Goyangan dan ayunan jembatan ketika dilewati memberikan sensasi aneh sekaligus memacu adrenalin untuk tetap fokus menggerakkan motor lurus ke depan.Desa Sawarna dikelola secara swadaya oleh warga menjadi desa wisata. Perkampungan diatur sedemikian rupa sehingga tampak bersih, rapi, dan nyaman dikunjungi. Beberapa homestay menyatu bersebelahan dengan rumah-rumah warga yang juga disewakan kepada pengunjung. Standar biaya di Sawarna berkisar Rp110.000,00 hingga Rp150.000,00 per malam per orang dengan fasilitas kamar lumayan bagus dan makan tiga kali. Setelah survei singkat, kami menjatuhkan pilihan menginap di Sawarna Beach. Homestay milik seorang bule Australia ini dikelola berdua bersama istrinya yang orang Kediri.Awalnya, tidak banyak yang tahu keberadaan dan keindahan Sawarna. Selain karena letaknya yang susah dijangkau dan jauh dari mana-mana, liputan dan informasi tentang Sawarna di media massa nasional memang masih terbatas. Bukan apa-apa di negeri sendiri, Sawarna justru terkenal di mancanegara, terutama di komunitas penggemar surfing. Sejak tahun 2000-an, banyak turis asing yang datang dan menginap di Sawarna karena ombak pantainya yang besar berlapis-lapis dan panjang. Uniknya, ombak biasa bergerak dari kiri ke kanan, tetapi ombak di sini bergulung dari kanan ke kiri. Mulai saat itulah pengunjung domestik berdatangan ke Sawarna.Di kalangan pecinta traveling, tempat ini dijuluki The Hidden Paradise. Memang, keindahan Sawarna adalah keindahan yang misterius dan sepi.Β Seperti sudah menjadi hukum alam, pantai-pantai yang paling indah selalu berada di lokasi yang paling sulit dicapai. Begitu pula Sawarna. Perlu perjuangan dan kenekadan ekstra untuk mencapai tempat yang dijuluki The Hidden Paradise itu. Lelah, kantuk, dan basah kehujanan selama di perjalanan terbayar lunas begitu kami sampai di pesisir selatan Banten.Desa Sawarna, Bukan Pantai SawarnaSawarna adalah nama desa yang terletak di Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Desa inilah yang mejadi tempat transit pengunjung yang ingin menikmati keindahan surga yang tersembunyi itu. Sawarna memiliki kompleks pantai yang memanjang dari timur ke barat hampir sepanjang 5 kilometer. Setidaknya, ada empat pantai tujuan utama, yaitu Karang Taraje, Laguna Pari, Tanjung Layar, dan Ciantir.Karena baru kali pertama berkunjung, kami minta ditemani Kang Ade menjelajah sudut-sudut Sawarna. Kami memulai trekking dengan menyusuri pematang sawah keluar dari desa. Di ujung desa kami mendaki bukit kapur lalu memutar mencari jalan turun menuju pantai.And, The Show BeginsTujuan pertama kami Karang Taraje. Seperti namanya, tempat ini lebih cocok disebut tebing karang daripada pantai. Seakan pantai sengaja diplester untuk pelataran parkir, pasir pantai tergantikan oleh lembaran batu karang, yang benar-benar datar dan luas. Di ujung pelataran karang, ada semacam plato karang setinggi 3 meter, kit bisa memanjat ke permukaan plato menggunakan bantuan tangga bambu. Taraje memang berarti tangga. Plato karang samar-sampar menyerupai bentuk balok, kotak memanjang. Ada galur-galur garis karang dari ujung ke ujung. Dari atas plato kita leluasa memandang ke Samudera Indonesia. Tiap kali ombak besar datang, air langsung menghempas karang. Cipratan airnya dialirkan melalui galur-galur garis karang tadi lalu terjun menuruni dinding karang. Sejenak, plato karang berubah menjadi air terjun. Sebagian air tembus melalui sela-sela karang dan muncrat vertikal ke atas, mirip geyser mungil.Lepas dari Karang Taraje, kami beranjak ke Laguna Pari. Hanya sepelemparan batu dari Karang Taraje. Laguna Pari berada di teluk kecil yang melengkung oval. Biasanya, nelayan setempat menambatkan perahu di pantai ini. Di ujung pantai, ada kolam-kolam alami yang terbentuk dari karang. Sebagian ombak yang datang ke pantai, terjebak di karang, mengisi kolam-kolam kecil tadi. Gugusan kolam tersebut membentuk laguna air laut yang bertumpuk-tumpuk. Di pinggir pantai, banyak tumbuh pohon kelapa. Warga desa mengambil nira kelapa dari pohon-pohon itu untuk diolah menjadi gula merah. Produksi lokal tersebut menjadikan Laguna Pari sebagai sentra pembuatan gula merah. Di sini, gula merah hanya laku Rp500,00 per blok, begitu sampai di Sukabumi, harga bisa menjadi Rp1.000,00–Rp1.500,00 per bloknya.Susur pantai di sepanjang Laguna Pari menuju Tanjung Layar lumayan menguras tenaga. Kita harus memutar ke ujung teluk, baru berbelok mengikuti jalan setapak di pasir pantai. Di tengah perjalanan, ada replika pelataran Karang Taraje lagi. Bedanya, karang-karang di sini muncul secara sporadis berbentuk segitiga. Dilihat sekilas, seperti ada barisan kodok sedang parkir. Kami masih harus memutar ke arah bukit, mendaki hingga ke puncak, barulah membelok turun melalui tangga-tangga semen menuju Tanjung Layar.This is it! The Interest Point of Sawarna,Β Pantai Tanjung LayarLima puluh meter dari pantai, tegak berdiri berdampingan sepasang karang pipih, yang satu lebih tinggi dari yang lain. Seperti halnya karang Tanah Lot di Bali, ada kewajiban tidak tertulis bagi pengunjung untuk berfoto dengan background karang tersbut. Kami menyeberangi laut sedalam lutut untuk mencapai pelataran karang. Pelataran karang cukup luas untuk bersantai menunggu sunset hingga matahari benar-benar tenggelam. Di tepi pelataran yang berbatasan dengan laut, tiap kali ombak datang, tinggi cipratannya bisa mencapai 4 meter. Perlu hati-hati di sini. Ombak pantai laut selatan selalu ganas.Dilihat dari depan maupun dari samping, sepasang karang pipih itu memang berbentuk menyerupai layar yang miring menahan angin. Sangat tidak dianjurkan memanjat karang. Selain batuan karang yang mudah rontok jika dipanjat, jangan pernah berani menantang hempasan ombak laut selatan. Beberapa kali ombak memang kecil dan pendek. Namun, jika laut sedang ingin berkenalan, hempasan bisa mencapai bagian atas Tanjung Layar dan menggaruk siapa pun yang sedang menclok di sana.Sawarna adalah surga fotografi slow speed dan landscape. Mulai dari Karang Teraje, Laguna Pari, Tanjung Layar, hingga pantai pasir putih Ciantir adalah objek sempurna untuk menangkap panorama alam, terutama saat senja. Komposisi karang yang unik dipadu aliran ombak berlatar langit jingga, membuat para fotografer betah berlama-lama menanti momen sunset di sini.Trekking ditutup dengan Ciantir. Pantai pasir putih kecoklatan yang berombak besar. Spot surfing di Sawarna. Di antara pantai-pantai lain di Sawarna, Ciantir adalah yang paling dekat dengan desa dan paling panjang garis pantainya. Ciantir juga relatif lebih luas dan lebih landai. Mulai pagi hingga sore, jika ombak sedang bagus, para surfer yang mayoritas turis asing berkumpul di pantai dan bergantian meluncur bersama ombak Ciantir. Karena ombaknya yang besar, pantai ini kurang cocok untuk berenang atau sekedar main air.Saat akhir pekan tiba, Sawarna dipadati pengunjung dari berbagai kalangan. Mulai dari komunitas fotografi, klub-klub motor, keluarga, hingga gembel traveler seperti kami. Biasanya, ada acara "rame-rame" di desa. Malam itu, salah satu homestay mengadakan acara dangdutan. Meski dengan panggung dan soundsystem seadanya, tidak mengurangi kemeriahan acara. Bule-bule yang seharian berselancar pun ikut larut bergoyang dangdut pesisir selatan Sawarna. "Di mana, di mana, di manaaaaaaa..harus kucari…alamat palsu.."Gua Karst dan Sungai Bawah Tanah, antara Ikan dan KelelawarKejutan belum berakhir. Masih ada sensasi lain di Sawarna : menyusuri gua kapur dengan melawan arus sungai bawah tanah. Dua kilometer dari desa, ada sebuah gua kapur, oleh masyarakat sekitar disebut Gua Lawuk.Belum banyak yang menjelajah hingga ke sini. Kami potong kompas melewati persawahan kering, menyeberangi sungai tanpa jembatan, lalu mendaki bukit. Di mulut gua, aliran air cukup deras. Berbekal sepasang headlamp dan sebuah senter, kami masuk menyusuri aliran air dengan arah berlawanan. Suasana di dalam gua sejuk, lembab, dan tentu saja, gelap. Lawuk diambil dari kata β€œlauk” yang artinya ikan. Konon, dulu di sungai bawah tanah ini banyak terdapat ikan. Bentuk stalagtit dari atap gua menyerupai pola air hujan yang di-freeze. Sementara aliran sungai bawah tanah berkelok di antara dinding gua yang membentuk teras-teras kecil.Selesai Gua Lawuk, sudah menunggu Gua Lalay untuk dijelajahi. Trek menuju Gua Lalay lebih mudah sehingga gua ini lebih sering dikunjungi wisatawan. Penampang dinding batuan di dalam Gua Lalay hampir mirip dengan Gua Lawuk, dengan kombinasi stalakmit freezing hujan gerimis dan teras-teras batu di kelokan-kelokan sungai bawah tanah. Lorong Gua Lalay lebih lebar dan tinggi, dasar sungainya pun user friendly dibanding Gua Lawuk sehingga lebih nyaman untuk caving.Jika ingin menjelajahi Gua Lalay dari ujung ke ujung, setidaknya diperlukan waku tempuh dua hari dua malam. Pintu gua satunya berada di desa sebelah. Tren warga Sawarna dalam menamai gua di desanya adalah berdasarkan hewan apa yang tinggal di gua tersebut. Karena banyak kalong (kelelawar jumbo) di gua dan bahasa lokal untuk kalong adalah β€œlalay”, gua tersebut diberi nama Gua Lalay.Keseluruhan penjelajahan di Sawarna, kami beri five stars rate. Satu-satunya yang kurang tentang Sawarna adalah, rendahnya perhatian pemerintah terhadap potensi wisata Sawarna dan infrastruktur akses jalan menuju Sawarna. Selama ini, warga desa secara swadaya mengelola wisata Sawarna. Setiap minggu secara teratur mereka menggelar forum sarasehan, kadang mereka berdiskusi jika timbul masalah dan bersama-sama memikirkan penyelesaiannya. Sebagian besar warga desa menggantungkan penghasilan dari geliat wisata. Ada yang menjadi pegawai di homestay, guide bagi pengunjung, atau berjualan di warung-warung di tepi pantai. Infrastruktur jalan yang buruk dan keterbatasan akses menuju Sawarna berdampak langsung terhadap harga komoditas ke Sawarna. Barang kebutuhan sehari-hari harganya berlipat begitu sampai Sawarna.Perlu peran pemerintah daerah untuk membina masyarakat dalam mengelola wisata Sawarna secara professional dan terpadu. Terlalu sayang jika potensi sebesar itu dibiarkan begitu saja.Mamayo, Itu Sudah!However, it is a beautiful runaway. Sawarna layak dikunjungi dan sangat disarankan bagi anda yang benar-benar ingin keluar dari penatnya rutinitas sehari-hari yang membuat kita seperti robot mekanis. Perjuangan ekstra menempuh perjalanan yang jauh dan melelahkan justru menjadi sesuatu yang menghadirkan banyak cerita. No pain no gain. Beratnya usaha akan setara dengan apa yang kita dapatkan di Sawarna. Interaksi sosial dengan masyarakat setempat dan tentu kesempatan berbagi waktu dengan alam. Merasakan benar-benar bebas selama 2x24 jam tanpa tekanan.Salah satu alasan favorit saya ketika jalan adalah untuk melarikan diri sejenak. Sering tanpa kita sadari, ada ikatan-ikatan tidak tampak yang membatasi diri kita. Putus saja rantainya dan mari berjalan keluar, menabrak batas-batas itu. Birunya langit pesisir dan aroma air laut selalu berhasil memperbaiki suasana hati. Ketika berangkat ke kantor keesokan harinya, kita akan datang dengan semangat baru.Siapkan ransel Anda dan bawa pakaian secukupnya. Lalu pacu motor menuju Sawarna. A place called The Hidden Paradise.
Hide Ads