1 Hari Mengelilingi Madura

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

1 Hari Mengelilingi Madura

Nidya Setiani - detikTravel
Senin, 07 Nov 2011 15:32 WIB
Jakarta - Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 16 Oktober 2011,  aku mendapat kesempatan untuk melakukan tur kilat keliling Madura. Dalam sehari, perjalan PP Surabaya-Sumenep dan sekitarnya kutempuh.Kesempatan ini menjadi perjalanan yang cukup menguras tenaga juga mental. Soalnya perjalanan ini kulalui hanya berdua dan mengunakan motor. "Saranku, perjalan ini jangan sampai ditiru ya!"Kami berangkat dari Surabaya jam 6 pagi, kurang lebih jam 8 pagi kami tiba di daerah Sampang. Tempat pertama yang kami tuju adalah Waduk Klampis. Sayangnya, saat itu waduk tampak kering karena hujan yang belum juga singgah di Madura. Walaupun demikian, beberapa orang tampak tidak peduli dan tetap beraktifitas di sekitar waduk.Di waduk ini pula kami mengalami tragedi kehilangan helm. Padahal kami hanya meninggalkan motor sebentar tapi sewaktu kami kembali, helm yang kugunakan sudah raib. Oleh karena itu, perjalan menuju tujuan selanjutnya sedikit terhambat karena kami harus mencari helm pengganti terlebih dahulu.Untungnya, tidak perlu waktu lama untuk mendapatkan helm pengganti. Dengan sedikit "berkucing-kucingan" ria dari penglihatan polisi, kami berhasil mendapatkan helm pengganti dan segera dapat melakukan perjalanan.Tempat yang kami tuju selanjutnya adalah Vihara Avalokitesvara. Namun, saat melewati daerah Camplong, kami terkesima dengan pantai yang membentang tepat di sebelah jalan raya yang kami lewati. Jadi, kami sempatkan mampir sebentar dan sedikit bercengkerama dengan penduduk lokal.Tidak banyak waktu yang kami luangkan di daerah Camplong tapi lumayan bisa mengusir pegal di sekujur tubuh. Perjalananpun kami lanjut menuju Vihara.Kami sangat tertarik dengan Vihara Avalokitesvara karena menurut kami unik. Keunikannya disebabkan dalam kompleks Vihara terdapat tempat beribadah umat Islam juga Hindu. Namun, sayang seribu sayang, sambutan yang kami diterima kurang baik dan kami merasa diusir secara halus. Maka, tidak sampai 10 menit kami sudah pergi dari kompleks Vihara. Tentu saja kami tidak sempat melihat-lihat.Kekecewaan kami nyatanya tidak berlangsung lama. Pemandangan saat menuju tujuan berikutnya, Museum Keraton Sumenep, cukup menghibur hati. Terutama dari daerah "atas" Sumenep. Dari atas sini, kita bisa melihat jalan raya yang menurun, dan dikeliling oleh laut. Sungguh pemandangan yang cantik!Sesampainya di Museum Keraton Sumenep, kami seperti diterjang badai prihatin. Sedih sekali melihat koleksi-koleksi yang ada. Kenapa? karena kami melihat koleksi-koleksi museum yang kurang terawat dengan baik. :(Walaupun demikian, dalam kompleks Museum ini terdapat sebuah taman, Taman Sari. Nyaman sekali rasanya berlama-lama di sini. Taman ini memiliki kolam tempat anggota keraton mandi. Mungkin saat ini sama saja seperti area pemandian-kolam renang mewah.Daerah Sumenep sebenarnya terdapat banyak hotel. Bahkan dengan rate yang bisa dibilang murah. Dengar-dengar sih, memang sebenarnya Madura banyak dikunjungi oleh wisatawan domestik dan karena lokasi kota Sumenep yang bisa dibilang berada pada paling ujung Madura maka di kota ini dibangun cukup banyak hotel agar para wisatawan bisa beristirahat. Namun, kami cukup nekat, tidak menginap di Sumenep, memilih untuk langsung kembali ke Surabaya.Dalam perjalanan kembali ke Surabaya, saat melewati Kota Pamekasan kami menyempatkan diri mengunjungi Tambak Garam Pademawu. Aku kaget sekali menerima sambutan para petani garam yang sangat ramah dan hangat. Mereka dengan senang hati menjawab setiap pertanyaan kami, dan membiarkan kami mencoba untuk meniru kegiatan mereka saat 'mengeruk' tambak, mengumpulkan garam. Bahkan mereka menawari kami untuk membawa sebotol air mineral berisi kristal-kristal garam. Hari sudah menjelang sore, selepas dari tambak kami menyempatkan diri singgah di Tebing juga Pantai Jumiang. Kebetulan kami berjanji bertemu seorang sahabat. Dari sahabat kami ini, kami baru tau ternyata sebagian besar penduduk daerah pantai Jumiang menggantungkan penghasilannya pada budi daya rumput laut. Sayangnnya waktu itu baterai kamera habis, jadi tidak banyak yang bisa diabadikan dari Tebing juga Pantai Jumiang ini :(Hari semakin sore dan kami bersikeras tidak ingin menginap, jadi kami segera pamit dan menempuh perjalanan pulang menuju Surabaya.Dalam perjalanan pulang inilah aku baru menyadari betapa berbahayanya perjalanan yang kami tempuh. Selepas maghrib, pemandangan mulai gelap, dan lampu jalan ternyata tidak melulu ada di sepanjang jalan, terutama dari Sampang menuju Bangkalan. Jalanan hanya diterangi lampu pengendara mobil ataupun motor (bahkan truck) yang lewat. Selain itu kondisi jalan juga rusak, ditambah kecepatan berkendara yang tidak bisa dibilang pelan. Ditambah badan yang mulai merasa pegal. Perjalanan menjadi semakin terasa mencekam. Hati baru terasa sedikit tenang ketika akhirnya jembatan Suramadu sudah dekat."Oleh karena itu, sekali lagi aku sarankan, perjalanku ini sebaiknya tidak ditiru ya!" (travel/travel)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads