Rumah Sumpah Sie Kong Liong

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Rumah Sumpah Sie Kong Liong

Warisan Indonesia - detikTravel
Rabu, 16 Nov 2011 10:45 WIB
loading...
Warisan Indonesia
Museum Sumpah Pemuda [WI/Hardy Mendrofa]
Rumah Sumpah Sie Kong Liong
Jakarta - Sampai kini tak ada keterangan rinci siapa sebenarnya Sie Kong Liong pemilik gedung tempat berlangsungnya Kongres Pemuda II 1928. Berbeda dengan museum lain, masyarakat tidak banyak mengetahui informasi tentang museum ini.Gedung tua di sisi Barat Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, itu tampak biasa saja. Halamannya tidak terlalu luas, hanya sanggup menampung tak lebih dari lima mobil. Pelalu lalang lebih senang memperhatikan gedung-gedung lain di sekitarnya yang memang jauh lebih mentereng dan komersial.Meskipun begitu, di tempat itulah sesungguhnya sebuah langkah penting jati diri bangsa lahir, Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Gedung itu sendiri sudah ada jauh sebelum para pemuda pemimpin bangsa berkumpul selama tiga sesi dan mengikrarkan sumpah itu. Kegunaannya berubah-ubah, mulai dari hotel, toko bunga, hingga menjadi kantor inspektorat bea dan cukai. Baru pada 1973, oleh Pemerintah Republik Indonesia, gedung itu dinyatakan sebagai sebuah museum.Tepat sebelum para pemuda berkumpul di sana, gedung itu merupakan sebuah pemondokan para pemuda yang tengah menuntut ilmu di sekitar Salemba. Karena asrama tidak sanggup menampung mahasiswa dan pelajar dari luar kota, penduduk banyak yang mengusahakan pemondokan. Saat itu, pemilik kos biasa disebut kosthuis, sedangkan anak kos laki-laki disebut kostjongen dan perempuannya kostmeisjes.Pemiliknya seorang keturunan Tionghoa, Sie Kong Liong. Sayang, tak banyak informasi menyangkut tokoh ini, apalagi profil lengkapnya. Dalam buku panduan museum dikisahkan bahwa pemuda pelajar yang tinggal di sana adalah para aktivis Jong Java sejak 1925. Selain giat menggelar diskusi politik, mereka juga mengadakan latihan kesenian dan menamakan kelompoknya "Langen Siswo". Penghuni pondokan itu umumnya adalah mahasiswa Sekolah Pendidikan Dokter Hindia alias Stovia. Kampus mereka berjarak sekitar 1 kilometer saja dari sana.Bangunan yang semula punya sebutan Commensalen Huis itu menjadi saksi mata dinamika kaum muda perintis pergerakan kebangsaan saat itu. Selain Langen Siswo, dua organisasi lain yang berkantor di sana adalah Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), yang berdiri September 1926 seusai Kongres Pemuda I dan juga Redaksi Indonesia Raya.Padatnya aktivitas di sana mendorong para pemuda memberi nama baru gedung itu, Indonesische Clubgebouw (IC) atau Gedung Pertemuan Indonesia. Hal itu dilakukan seusai penyelenggaraan Kongres Pemuda II. (WI/Bambang Triyono)β€” Baca artikel lengkapnya di Majalah Warisan Indonesia Vol.01 No.10 β€”
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads