Pak Mugi Sang Penjaga Telaga Menjer

Siang itu cuaca di Telaga Menjer yang terletak 12 Km dari kota Wonosobo agak mendung dan sedikit gerimis,namun tidak menyurutkan niat kami untuk berpetualang disana.saat itu mungkin karena hari Jumat,suasana Telaga Menjer sangat sepi,namun tiba tiba datang seorang bapak usia sekitar 60 tahun menawarkan jasa untuk naik kapal motor rakit berkeliling Telaga Menjer yang sangat tenang dengan pemandangan yang masih sangat asri. "Mari mas naik kapal rame rame,murah kok cuma Rp 60.000 mau sendiri atau bareng bareng maksimal 20 orang harganya sama saja" ujar Pak Mugi membuka pembicaraan.

saat mendengar tawaran itu, saya bersama rekan petualang MasNur sangat tertarik untuk tidak melewatkan moment di Telaga Menjer ini. Setelah meminta ijin untuk mengambil bensin eceran 1 Liter di atas danau,setelah beberapa saat Pak Mugi kembali dan langsung mengisi tangki bahan bakar kemudian mulailah kami menyusuri indahnya Telaga Menjer,saat itu penumpang kapal hanya 7 orang,menurut Pak Mugi memang pengunjung Telaga Menjer hanya ramai saat hari libur dan liburan sekolah atau hari raya dalam perjalanan Pak Mugi sambil menghisap rokok kretek lintingnya bercerita dia sudah sangat lama sekali sejak jaman ayahnya Mbah Rela yang merupakan sesepuh di masih hidup menjalani profesi sebagai penjaga Telaga Menjer,penjaga disini maksudnya orang yang sudah sangat lama hidup di Telaga Menjer dan memanfaatkan potensinya untuk menghidupi keluarganya.

Memang letak Telaga Menjer yang terletak di pegunungan kabupaten Wonosobo
dan susah ditempuh dengan kendaraan umum membuat pengunjung Telaga Menjer ini relatif sedikit. sekedar diketahui menurut Pak Mugi Telaga Menjer adalah telaga yang terbentuk akibat dari letusan vulkanik di kaki gunung Pakuwaja dan sekarang dimanfaatkan untuk mengalirkan air dari telaga ini menuju PLTA, dibendunglah sebagian kecil dari telaga dan dibawahnya dipasang pipa dengan diameter mencapai ±3m menuju ke PLTA yang berjarak sekitar 2km.

Almarhum ayahnya dulu bekerja di PLTA Garung di bawah telaga tersebut,sehingga secara turun temurun selain mengandalkan gaji di PLTA beliau juga mencoba mencari peruntungan hidup menjadi Nelayan di Telaga Menjer ini untuk membuat tambak untuk ikan endong,bandeng dan graskap "Kalau disini saya cuma mengandalkan penghasilan dari biaya sewa kapal,jelas gak bisa mas,disini pengunjung masih sepi dan belum digarap optimal,belum lama ini kami memang mendapat bantuan dari PEMDA Kapal speed boat untuk kegiatan wisata namun dengan pengunjung yang sepi pun kami harus setor ke PEMDA senilai 30% setiap bulannya" tambah Pak Mugi.

Pak Mugi mengaku kalau ramai bersama beberapa tukang sewa perahu disana bisa mendapat 3 - 4 kali putaran dan biasanya setiap hari minggu atau hari libur
Perahu rakit atau perahu tempel yang dipunyai nya pun sudah milik sendiri dengan jarak tempuh sekitar 30 menit kami sudah dimanjakan dengan indahnya Telaga di Pegunungan menuju Dieng ini.Mmm rupanya Perahu sudah akan berlabuh akhirnya pembicaraan kami dengan Pak Mugi yang mempunyai anak 2 (dua) ini harus selesai,semoga dengan potensi wisata dan keindahan alam di Telaga Menjer ini lebih bisa dimaksimalkan oleh pemerintah sehingga bisa memberikan banyak manfaat bagi warga sekitar.