Β
Ada kendaran reguler untuk mencapai Lamalera, yaitu dengan naik truk seharga Rp25.000/orang yang berangkat dari Terminal Barat Waikomo, Lewoleba. Alternatif lain yang tersedia adalah dengan menyewa kendaraan 4WD milik Pak Fidelius seperti yang kami lakukan. Jika opsi pertama yang dipilih, maka perjalanan pulang harus dilkukan pada pukul 03.00 dini hari, jam keberangkaan truk Lamalera-Lewoleba.
Β
Akses kendaraan ke Lamalera masih sulit. Kondisi jalan yang tidak mulus. Lubang besar yang menjadi kubangan jika hujan turun. Menjadi alasan untuk tidak memilih city car sebagai pilihan kendaraan menuju Lamalera. Perlu waktu kurang lebih tiga jam untuk tiba di desa tersebut.
Β
Desa ini terkenal dengan tradisi menangkap paus atau ikan berukuran besar lainnya. Menurut Pak Philipus, warga Lamalera yang menumpang pulang di mobil kami, terkadang mereka menangkap lumba-lumba atau ikan pari. Karena ikan ukuran kecil yang ditangkap tidak dapat bertahan dalam waktu lama. Sehingga menjadi makanan babi, jika tidak habis dikonsumsi.
Β
Atau mereka akan membawa hasil tangkapan untuk ditukarkan dengan hasil pertanian di Pasar Barter, Desa Wulandoni. Pasar ini hanya dibuka setiap hari Sabtu dari pukul 09.00 hingga pukul 13.00. Para pembeli dan penjual wajib membayar retribusi berupa barang sebelum masuk ke area pasar. Trasaksi terjadi ketika pluit dibunyikan oleh hansip, orang yang menjaga kelancaran proses barter di pasar tersebut. Sayangnya kami kurang beruntung karena tidak bisa melihat bagaimana keadaan pasar barter tersebut.Β (travel/travel)
Komentar Terbanyak
Potret Sri Mulyani Healing di Kota Lama Usai Tak Jadi Menkeu
Daftar Negara Walk Out Saat Netanyahu Pidato di Sidang Umum PBB
Perjuangan Palestina Merdeka: 157 Negara Mendukung, 10 Menolak, 12 Abstain