Kondisi geografis Papua bagian selatan yang banyak dialiri sungai, transportasi air menjadi sangat vital. Desa Senggo yang terletak di pedalaman, tetapi cukup banyak penghuninya dari berbagai suku dan daerah. Desa ini pun menjadi pelabuhan yang ramai didatangi kapal-kapal dagang dari luar Papua.
Mempunyai kelebihan yang hampir sama dengan Ewer dan Agats, di desa ada sebuah bandara darat kecil bekas peninggalan Jepang. Dulunya masih dari puzzle baja yang tersusun rapi. Namun, sekarang bandara tersebut sedang dalam renovasi untuk menjadi bandara yang lebih besar.
Entah untuk sementara atau sebagai cadangan, bandara dialihkan ke sungai Daerum. Sebuah bangunan kayu berfungsi sebagai airport kecil menghadap landasan pesawat yang juga tempat sandarnya speed boat, kapal dan perahu.
Unik dan menarik, bandara di Sungai Daerum tentu saja hanya pesawat kecil yang dapat tinggal landas dan mendarat di air saja yang melewati rute ini. Di sungai inilah petualangan kami berspeed boat menuju Basman dan hutan Korowai dan kembali lagi malam harinya.
Setelah tiga malam di Senggo, kami melanjutkan petualangan yang langka dan pertama kalinya bagi saya. Menaiki pesawat Cessna 208 Caravan milik MAF, satu-satunya maskapai penerbangan yang melewati rute Sungai Daerum saat ini.
Sebuah petualangan yang takkan saya lupakan, tinggal landas pagi hari, 21 Oktober 2010 menuju Jayapura. Melewati pegunungan wilayah udara antara Sudirman dan Jayawijaya, sebuah pemandangan yang sangat indah.
Senggo, tak ada habisnya untuk diceritakan, kenangan yang takkan terlupakan oleh petualang ACI Papua 3.
Komentar Terbanyak
Bisa-bisanya Anggota DPR Usulkan Gerbong Rokok di Kereta
Turis China Serang Petugas Imigrasi, Jilbab Ditarik Sampai Lepas
Kagetnya Hotel Syariah di Mataram, Putar Murotal Ditagih Royalti Rp 4,4 Juta