Pura Meru Cakranegara, Terbesar di Lombok

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Hanindita Ratna Asti|314|NTB|21

Pura Meru Cakranegara, Terbesar di Lombok

Redaksi Detik Travel - detikTravel
Rabu, 10 Agu 2011 13:26 WIB
loading...
Redaksi Detik Travel
Pura Brahma, Siwa dan Wisnu (kanan-kiri) (HRA)
Berdampingan dengan mesjid (HRA)
Pura desa yang mengelilingi pura utama (HRA)
Pura Meru Cakranegara, Terbesar di Lombok
Pura Meru Cakranegara, Terbesar di Lombok
Pura Meru Cakranegara, Terbesar di Lombok
Jakarta - Pura Meru, pura di tengah Kota Cakranegrara. Pura ini merupakan yang terbesar di Lombok. Dari jalan, terlihat gapura tinggi bernuansa merah bata dan tiga puncak pura yang menjulang tinggi. Berjalan mengarah ke gapura, saya melihat atap kubah masjid terletak di sebelah pura, dan di seberang jalan, di dekat Pura Mayura terdapat gereja. Ketika itu suara azan ashar berkumandang. Indahnya keberagaman. Hidup berdampingan, damai dalam perbedaan. 

Memasuki pelataran pura, seorang pemandu wisata langsung menghampiri saya dan mulai menceritakan sejarah dan penjelasan tentang Pura Meru. Wilayah suci pura dibagi menjadi tiga bagian, masing-masing dipisahkan dengan tembok bata dan terdapat tiga pintu untuk masuk ke wilayah berikutnya. Setiap pintu melambangkan sebagai pintu untuk tiga pura yang ada, yaitu Brahma, Siwa, dan Wisnu. Pintu Brahma dan Siwa hanya dibuka setahun sekali, saat perayaan piodalan yang memperingati dibangunnya pura pada tahun 1720 silam, bertepatan tanggal 23 September. 

Di area kedua, terdapat dua buah beruga sekutus (bale-bale dengan delapan pilar penopang). Bangunan ini digunakan untuk mengadakan musyawarah. "Yang dimusyawarahkan biasanya tentang pemeliharaan dan perbaikan pura," ujar sang Pemandu Wisata. Memasuki area ketiga terdapat satu bangunan sederhana, dua buah beruga, tiga pura utama, dan 33 buah pura desa. Bangunan yang sederhana itu berfungsi untuk meletakkan gamelan saat sedang mengadakan perayaan keagamaan. Dua buah beruga digunakan untuk pedande (pemuka agama) dan untuk meletakkan sesajen. Pedande akan memimpin doa-doa saat perayaan keagamaan. Masing-masing desa yang terdapat di sekitar Cakranegara diwakili oleh 33 buah pura tersebut.

Kompleks Pura Meru terdiri dari Pura Brahma, Siwa, dan Wisnu. Tiga pura utama beratap susun sembilan dan susun sebelas, untuk Pura Siwa, menjulang tinggi di hadapan saya. Setiap pura utama mewakili gunung yang tertinggi dan disucikan dari tiga pulau. Pura Brahma mewakili Gunung Agung di Bali, Pura Siwa mewakili Gunung Rinjani di Lombok, dan Pura Wisnu mewakili Semeru di Jawa. Selain itu, saat perayaan piodalan setiap pura akan dihias menggunakan kain ynag warnanya memiliki makna. Pura Brahma menggunakan warna merah yang berarti api, simbol dari umat hindu yang meninggal dunia lalu dikremasi menggunakan api dari Dewa Brahma. Pura Siwa menggunakan kain warna putih yang berarti air yang mensucikan, abu hasil kremasi akan dilarung ke laut. Pura Siwa juga memiliki atap yang paling tinggi, ini mewakili wilayah Lombok bahkan dunia yang sebagian besarnya merupakan laut. Pura Wisnu hitam yang berarti malam dan kegelapan. "Sebelum kita lahir, kita berada dalam kegelapan," ujar beliau.

Yang menggelitik saya kala itu (13 Oktober 2010) adalah, pernyataan sang pemandu wisata merangkap penjaga pura menjelang akhir kunjungan saya "Bila ada yang tidak pas, mohon maaf Mbak. Berhubung saya tidak dibayar di sini, mohon pengertiannya." Saya sebagai pengunjung yang telah mendapat informasi melalui beliau tentu memiliki pengertian untuk memberi imbalan kepadanya. Akan tetapi, dengan beliau yang "meminta", terus terang rasa simpati saya berkurang. Alangkah baiknya jika wisata budaya ini dapat dikelola dengan baik, disediakan pilihan untuk menggunakan jasa pemandu yang profesional atau hanya dengan brosur wisata yang sama sekali tidak saya temukan. Sehingga untuk mendapatkan informasi mengenai tempat wisata, tidak ada pilihan kecuali membayar penjaga pura yang menyertai saya.

Hide Ads