Babae Ramaikan Bawomataluo 2011

Jakarta -

Bawomataluo, NBC Makanan tradisional Nias Selatan, babae, yang hanya disuguhkan pada acara adat, seperti saat pemberian nama anak yang baru lahir atau perkawinan, hadir pada Pagelaran Atraksi Budaya dan Pameran Promosi Hasil Kerajinan Bawomataluo 2011 yang berlangsung 13-15 Mei 2011.

Makanan tradisional yang terdiri dari kacang yang ditumbuk bersama kunyit disuguhkan bersama nasi yang dimasak dengan periuk tanah itu menarik perhatian pengunjung. Tak terkecuali rombongan Forum Nias Barat (FNB) yang dipimpin oleh Fona Marundrury dan tokoh-tokoh FNB lainnya, seperti Adrianus Aroziduhu GuloBupati Nias Barat dan Fakhili Gulo, sesaat setelah penutupan Bawomataluo 2011, Minggu (15/5/2011).

Menurut beberapa warga Desa Bawomataluo, babae sudah jarang dan bahkan tidak pernah lagi disuguhkan pada pesta pernikahan di Desa Bawomataluo. Menurut warga setempat, hal itu karena bahan untuk membuatnya susah didapat dan pembuatannya juga sulit.

NBC juga sempat mencoba babae. Rasanya memang khas. Namun, bagi lidah orang di luar warga setempat memang rasa makanan ini kurang familiar. "Mungkin harus dicari formula agar babae bisa lebih berasa. Nasinya barangkali bisa dengan ketan. Terus kacang yang ditumbuk dengan campuran kunyit itu ditambahkan bumbu tertentu agar rasanya gurih," ujar salah seorang pengunjung asal Gunungsitoli.

Fona Marundrury yang mencoba makanan khas Nias Selatan itu mengaku bangga bisa mencicipi makanan khas Nias ini. "Makanan khas ini harus dipertahankan agar tidak dilupakan orang. Dan, ini bisa menjadi salah satu penarik bagi wisatawan," ujarnya.

Makanan tradisional babae yang berbahan dasar dari beras putih yang dimasak dengan menggunakan periuk dari tanah di campur dengan kuah yang menyerupai bubur yang terbuat dari kacang putih (kini biasanya menggunakan kacang kedelai) yang telah dikupas kulitnya, kemudian direbus dan ditumbuk dan dibubuhi kunyit. Saat pameran itu, nasi babae dijual Rp 10.000 per porsi.

Rosa Bu’ulolo (54), salah seorang pengunjung Bawomataluo 2011, mengatakan kepada NBC bahwa dirinya sudah lama tidak pernah makan babae. Dia terakhir makan babae di kala ia masih duduk di bangku SMP, itu pun hanya jika ada pesta pernikahan di Desa Bawomataluo.

Menurut Rosa, babae sangat digandrungi oleh masyarakat Desa Bawomataluo, bahkan juga masyarakat dari luar Desa Bawomataluo karena rasanya enak dan hampir mirip dengan ketupat. Hanya saja, bedanya dengan ketupat, babae tidak dicampur dengan santan kelapa, tetapi dicampur dengan telur. [IH]

(travel/travel)