Niat baik Pak Arwam mengantar kami berkeliling Jayapura tidak boleh disia-siakan. Saya ingin mengunjungi pusat riset kupu-kupu yang didirikan oleh Henk van Mastrigt, seorang bruder. Selama tiga puluh tahun Bruder Henk, begitu ia akrab disapa, mengumpulkan berbagai sampel kupu-kupu langka di Papua.
Pria asal Belanda ini menelusuri hutan-hutan lembab di Papua untuk mengidentifikasi setiap jenis serangga bersayap cantik ini. Saat ini koleksi Bruder Henk ada 64 ribu ekor kupu-kupu yang sudah diawetkan.
Koleksinya sendiri bisa dilihat di Laboratorium Koleksi Serangga Papua (KSP) yang terletak di Jalan RA Kartini 7, terletak di pusat kota Jayapura.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saya begitu mengagumi koleksi raksasa ini. Konon ini adalah yang terlengkap di Indonesia. Sayangnya tidak banyak orang tertarik untuk berkunjung ke laboratorium ini. Padahal, ini bisa jadi salah satu destinasi bagi pejalan yang ingin melakukan ekowisata.
Kami sendiri ditemani oleh Daawia, seorang dosen Universitas Cenderawasih yang sedang mengambil gelar PhD di Gottingen, Jerman. Ia memang mendalami kupu-kupu sebagai studi, khususnya kupu-kupu bersayap lebar, Ornitopthera.
"Biasanya untuk penelitian kupu-kupu, kami menghabiskan waktu hingga satu bulan hidup di dalam hutan," kata Daawia. Selama itu, ia dan timnya berjalan menyusur hutan dan mencatat setiap kupu-kupu yang ditemui.
Diakui oleh Daawia, jenis kupu-kupu di Papua sangat banyak. "Lima puluh persen jenis kupu-kupu yang ada di Indonesia, ada di Papua," kata entomolog dua anak ini. Maka ia dan Bruder Henk menggalakkan penelitian kupu-kupu di kalangan mahasiswa Universitas Cenderawasih. "Tapi saat ini studi kami lebih luas, selain kupu-kupu kami meneliti jenis serangga lain." ujar Daawia.
Supeni Sufaati, ketua Jurusan Biologi Universitas Cenderawasih, mengakui bahwa upaya pemekaran daerah dan pembangunan yang tidak terencana mengancam keberlangsungan hidup kupu-kupu di alam. "Karena ada banyak jenis kupu-kupu endemik yang hanya makan dari flora khusus yang tidak banyak jumlahnya," kata wanita asli Purbalingga ini.
Menurut Supeni, penjualan kupu-kupu endemik juga menjadi masalah akut yang perlu segera ditangani. "Masyarakat lokal sudah tahu kupu-kupu Papua banyak dicari karena kelangkaannya. Ada yang dijual seharga 50.000 rupiah pada pengepul untuk dilelang US$ 1000 di pasaran internasional," kata Supeni.
Melihat berbagai macam kupu-kupu milik Bruder Henk saya jadi miris. Ini adalah kekayaan yang tidak bisa dibandingkan dengan rupiah semata. Tuhan menganugerahkan kekayaan alam Papua untuk dijaga. Entah bisa bertahan sampai kapan. []












































Komentar Terbanyak
Bupati Aceh Selatan Umrah Saat Darurat Bencana-Tanpa Izin Gubernur & Mendagri
Alih Fungsi Lahan Jadi Kebun di Hutan Gunung Sanggabuana Bisa Berpotensi Buruk
Bus Rosalia Indah Viral Ugal-ugalan di Tol, Sopir Resmi Kena PHK