Kolam Renang Sejuta Umat

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ayos Purwoaji|22953|PAPUA 2|28

Kolam Renang Sejuta Umat

Redaksi Detik Travel - detikTravel
Rabu, 25 Mei 2011 13:00 WIB
loading...
Redaksi Detik Travel
Seorang anak kecil yang bermain di Kali Mayon siang itu.
Mas Sukma melintas jembatan kayu kecil di Kali Mayon yang asri.
Anak-anak bermain di Kali Mayon, ini adalah hiburan yang murah meriah bagi penduduk Timika.
Kali Mayon, kolam alami di bawah rerimbun pohon.
Kolam Renang Sejuta Umat
Kolam Renang Sejuta Umat
Kolam Renang Sejuta Umat
Kolam Renang Sejuta Umat
Jakarta -

Saya dan mas Sukma datang ke Kali Mayon pada siang hari, saat matahari bersinar begitu terik di Timika. Kami tahu adanya sungai ini dari itinerary yang dibuat oleh Panitia ACI DetikCom. Awalnya kami berdua mengira istilah Mayon berasal dari bahasa lokal, karena terdengar begitu tribal. Sayangnya kami berdua salah. Mayon berasal dari singkatan 'Markas Yonif', nama mudah yang menunjukkan dimana sungai kecil ini terletak.

Awalnya saya sedikit kecewa; mengapa jauh-jauh datang dari Jawa, terbang ribuan mil, ternyata malah disuruh menikmati kolam kecil yang berada di pinggir jalan raya. Saya lemas, apa yang bisa saya eksplor dari sini? Dengan mudah saya bisa menemukannya di Jawa, saya biasa menyebut kolam kecil seperti ini dengan sebutan 'sendang'.

Tapi memang tidak fair jika hanya melihat wujudnya saja. Saya berpikir, jika saya merasakannya langsung, mood menulis bisa keluar dengan mudah. Karena saya percaya, menulis catatan perjalanan adalah menjabarkan pengalaman yang dirasakan oleh penulisnya sendiri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saya pun segera menanggalkan sepatu dan celana. Mas Sukma, sudah dirayu berkali-kali tetap teguh pendirian tidak akan ikut berendam. Jadilah saya merasakan Kali Mayon seorang diri.

Pada tengah hari itu memang ada beberapa orang yang juga beraktifitas di sekitar sungai. Beberapa pemudi lokal mandi dan bermain air dengan menggunakan baju lengkap, sedangkan di ujung lainnya ada seorang ibu yang mencuci baju.

Pertama kali menenggelamkan kepala di Kali Mayon, saya merasa sangat segar. Setelah seharian berputar-putar di sekitar Timika, maka menemukan sungai yang sangat jernih dan berendam di dalamnya adalah bonus yang sangat tepat.

Di dalam air saya bisa melihat batuan koral yang ada di dasar sungai. Saya bermain air sendiri di sisi barat sedangkan pengunjung yang lain berada di sebelah timur. Kedua sisi 'sendang' dihubungkan oleh tiga cerobong baja yang melintas di bawah jalan aspal. Diameternya cukup lega untuk dimasuki satu orang dewasa.

"Masuk saja, itu bisa dilewatin kok," ujar mas Yamin. Tanpa pikir panjang saya masuki cerobong paling kanan. Selanjutnya tubuh saya didorong oleh arus sungai yang mengarah ke sisi lain 'sendang'. Coba saya gambarkan rasanya: seperti masuk terowongan di Waterboom tapi dengan cara yang sangat tidak spektakuler.

Tiba di sisi satunya saya baru sadar jika bagian timur 'sendang' ini jauh lebih dalam. Sekitar dua setengah meter dalamnya. Namun yang saya heran, saya dengan mudah bisa melihat bebatuan koral di dasar kali.

Sinar matahari siang yang ganas di atas aspal berubah menjadi selendang lembut di bawah air, berkelip-kelip mencoba turun hingga lantai sungai. Kepala saya dingin, tubuh saya menjadi kembali segar.

"Untung saja bukan Sabtu - Minggu. Biasanya kalo weekend penuh orang, ratusan," kata Yamin. Harus diakui ini adalah satu-satunya wisata yang dapat ditemui di Timika. Memang selain Kali Mayon, Timika memiliki banyak titik wisata lain yang bisa dieksplorasi, sayangnya untuk masuk saja butuh birokrasi yang sangat berbelit pada perusahaan tambang terkemuka bernama Freeport.

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads