Senja di Kebun Rumput Laut Timbis

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Dwi Wisuda Saptarini|12496|BALI|20

Senja di Kebun Rumput Laut Timbis

Dwi Wisuda Saptarini - detikTravel
Rabu, 08 Jun 2011 14:00 WIB
loading...
Dwi Wisuda Saptarini
Pak Suwandi salah satu petani rumput laut Pantai Timbis
Kebun hijau di tengah laut
Kapal sederhana kendaraan sehari-hari Pak Suwandi menuju kebun rumput lautnya
Kesibukan para nelayan rumput laut Timbis atau Desa Kutuh
Hasil rumput laut yang sudah mengering
Senja di Kebun Rumput Laut Timbis
Senja di Kebun Rumput Laut Timbis
Senja di Kebun Rumput Laut Timbis
Senja di Kebun Rumput Laut Timbis
Senja di Kebun Rumput Laut Timbis
Jakarta -

Sore itu kala matahari akan tenggelam, beberapa petani rumput laut masih tampak sibuk memanen di tengah laut. β€œMumpung airnya surut, bentar lagi air akan pasang” tutur Pak Suwandi salah satu petani di sana.

Pantai Desa Kutuh, Kuta Utara, Bali atau yang lebih dikenal dengan sebutan pantai Timbis, memang salah satu desa penyuplai eksport rumput laut terbesar di Bali ke Cina. Usaha ini sudah dilakukan sejak tahun 1985 tapi baru lebih berkembang lagi sekitar tahun 1997. Saat ini Desa Kutuh sudah lebih sejahtera berkat budidaya rumput lautnya.

Ditemani derunya ombak laut yang pecah di tengah karena karang penghalang, para petani itu tampak khitmah melakukan ritual mereka sehari-hari. Bibit rumput laut yang sudah mereka tanam di laut, setelah 45 hari berlalu kini sudah dapat dipanen. Rumput laut yang masih basah itu kemudian dijemur di pinggir pantai selama kurang lebih 3 hari, tergantung cuaca, sampai benar-benar kering dan berubah warna dari hijau ke kuning keputihan. β€œKalau sudah kering, biasanya kami simpan sampai pasokan rumput lautnya banyak, baru 2 bulan sekali kami jual ke pemasok” kata Pak Suwandi sambil terus mengayuh kapal sederhananya menuju petak perkebunan rumput laut miliknya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Harga jual rumput laut di sini sangat fluktuatif, mengikuti harga jual pasar. Kadang bisa Rp 12.000,-/kg atau bahkan bisa mencapai Rp 15.000,-/kg. Keberhasilan para petani ini dalam membudidayakan rumput laut, telah menaikkan status daerah mereka dari yang tadinya petani sederhana menjadi lebih sejahtera. Penghasilan yang mereka dapatkan dari budidaya ini, cukup untuk bertahan hidup, menyekolahkan anak, hingga membangun rumah sederhana di bukit Kutuh.

Langit semakin kemerahan, matahari semakin menunduk, beberapa petani telah merapatkan perahu mereka dan membereskan hasil panennya untuk di jemur di depan gubuk penyimpan rumput laut yang telah kering. Suasana pantai itu menjadi kian sunyi. Pantulan sinar matahari dari pasir putih yang bersih, kini semakin redup. Aktivitas desa itu sebentar lagi akan terhenti dan para petani itu akan kembali ke rumahnya masing-masing untuk bercengkrama dengan keluarga.

Begitupun Pak Suwandi yang segera merapatkan perahu sederhananya ke bibir pantai yang bersih tanpa terlihat sampah sedikit pun. Tampak cucu lelakinya menyambut kedatangan Pak Suwandi. β€œLumayan kalau ada keuntungan lebih, bisa buat jajan cucu”.

Ada sebuah keindahan sederhana yang tersimpan dalam indahnya alam. Semakin indah lagi setelah para penduduk setempat menyadari arti pentingnya menjaga lingkungan tempat tinggal dan bekerja mereka. Itulah yang membuat Bali tetap indah, sebersih nama harumnya di pariwisata dunia (10/10/10).

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads