Sore itu kala matahari akan tenggelam, beberapa petani rumput laut masih tampak sibuk memanen di tengah laut. βMumpung airnya surut, bentar lagi air akan pasangβ tutur Pak Suwandi salah satu petani di sana.
Pantai Desa Kutuh, Kuta Utara, Bali atau yang lebih dikenal dengan sebutan pantai Timbis, memang salah satu desa penyuplai eksport rumput laut terbesar di Bali ke Cina. Usaha ini sudah dilakukan sejak tahun 1985 tapi baru lebih berkembang lagi sekitar tahun 1997. Saat ini Desa Kutuh sudah lebih sejahtera berkat budidaya rumput lautnya.
Ditemani derunya ombak laut yang pecah di tengah karena karang penghalang, para petani itu tampak khitmah melakukan ritual mereka sehari-hari. Bibit rumput laut yang sudah mereka tanam di laut, setelah 45 hari berlalu kini sudah dapat dipanen. Rumput laut yang masih basah itu kemudian dijemur di pinggir pantai selama kurang lebih 3 hari, tergantung cuaca, sampai benar-benar kering dan berubah warna dari hijau ke kuning keputihan. βKalau sudah kering, biasanya kami simpan sampai pasokan rumput lautnya banyak, baru 2 bulan sekali kami jual ke pemasokβ kata Pak Suwandi sambil terus mengayuh kapal sederhananya menuju petak perkebunan rumput laut miliknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Langit semakin kemerahan, matahari semakin menunduk, beberapa petani telah merapatkan perahu mereka dan membereskan hasil panennya untuk di jemur di depan gubuk penyimpan rumput laut yang telah kering. Suasana pantai itu menjadi kian sunyi. Pantulan sinar matahari dari pasir putih yang bersih, kini semakin redup. Aktivitas desa itu sebentar lagi akan terhenti dan para petani itu akan kembali ke rumahnya masing-masing untuk bercengkrama dengan keluarga.
Begitupun Pak Suwandi yang segera merapatkan perahu sederhananya ke bibir pantai yang bersih tanpa terlihat sampah sedikit pun. Tampak cucu lelakinya menyambut kedatangan Pak Suwandi. βLumayan kalau ada keuntungan lebih, bisa buat jajan cucuβ.
Ada sebuah keindahan sederhana yang tersimpan dalam indahnya alam. Semakin indah lagi setelah para penduduk setempat menyadari arti pentingnya menjaga lingkungan tempat tinggal dan bekerja mereka. Itulah yang membuat Bali tetap indah, sebersih nama harumnya di pariwisata dunia (10/10/10).
Komentar Terbanyak
Traveler Muslim Tak Sengaja Makan Babi di Penerbangan, Salah Awak Kabin
Pesona Patung Rp 53 Miliar di Baubau, Sulawesi Tenggara Ini Faktanya!
Izin Pembangunan 600-an Vila di Pulau Padar Disorot, Menhut Raja Juli Bilang Apa?