Kemerahan senja yang menawan hati mungkin tak bisa anda saksikan dari atas Jembatan Ampera di kala siang, tetapi coba kembalilah pada malam hari. Sejuta pendar cahaya yang ia tawarkan sungguh memikat mata setiap insan yang melihatnya.
Tepat di hari Minggu, 3 Oktober 2010, saya dan Rainer Oktovianus dari Grup Babel dan Sumsel meninggalkan Pulau Bangka dan menyeberang ke Sumatera Selatan. Gabungan antara perjalanan darat dan laut cukup banyak memakan waktu. Dari Pangkalpinang, kami harus menuju ke Pelabuhan Muntok selama kurang lebih dua setengah jam dengan menggunakan mobil. Perjalanan lalu dilanjutkan dengan kapal ferry Express Bahari ke Pelabuhan Boom Baru, Palembang selama tiga jam.
Pak supir memarkirkan mobilnya di kawasan Benteng Kuto Besak. Suasana sangat ramai karena kami datang tepat di hari Minggu. Ada anak-anak yang bermain bola, pasangan yang sedang memadu kasih, dan juga para keluarga yang menikmati pertunjukan topeng monyet serta aneka macam jajanan. Niat hati ingin menangkap tenggelamnya sang mentari, tetapi apa daya cakrawala tak menawarkan pemandangan itu di kala senja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedikit cerita, Jembatan Ampera adalah jembatan yang menjadi penghubung wilayah timur (Seberang Ulu) dan wilayah utara (Seberang Hilir) kota Palembang. Awalnya, bagian tengah dari jembatan ini bisa diturun-naikkan untuk mempersilahkan kapal melintas. Namun pada tahun 1970 resmi dihentikan karena memakan waktu yang lama. "Sekali naik saja sudah bisa 30 menit, apalagi menunggu turun lagi, bisa-bisa macet total di Palembang." kata Pak Husein, Biro Humas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Palembang.
Kalau anda ingin berfoto-foto di kawasan Jembatan Ampera, Sungai Musi, dan sekitar Benteng Kuto besak, jangan lupa membuang sampah di tempatnya ya. Enjoy the city and letâs travel responsibly! :) (@lucianancy)
Komentar Terbanyak
Study Tour Dilarang, Bus Pariwisata Tak Ada yang Sewa, Karyawan Merana
Penumpang Pria yang Bawa Koper saat Evakuasi Pesawat Dirujak Netizen
Suhu Bromo Kian Menggigit di Puncak Kemarau