Pelesir ke Nias Barat (3): Gerakkan Ekonomi Sirombu

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pelesir ke Nias Barat (3): Gerakkan Ekonomi Sirombu

Nias Bangkit - detikTravel
Rabu, 15 Jun 2011 15:07 WIB
Jakarta - NBC Masyarakat Sirombu sudah mulai merintis kegiatan baru di dalam lokasi perumahan ataupun di luar perumahan mereka tinggal. Tidak seperti lima tahun yang lalu, selain aktivitas pertanian dan nelayan kini aktivitas baru mulai bermunculan. Namun, pertumbuhan ekonomi di daerah ini terkesan begitu lambat. Sarana prasarana ada, kegiatan ekonominya nihil. Kondisi ini tak ubahnya seperti sampan tanpa pendayung. Untuk itu, saatnya para pemangku kepentingan menggerakkan ekonomi Sirombu.

Menurut Marundury, penduduk Desa Sirombu yang terdiri dari 987 jiwa itu di antaranya menempati perumahan yang dibangun Delasiga sebanyak 293 koppel (satu koppel dua rumah), kemudian sebagian lagi di perumahan yang dibangun Red Cross sebanyak 214 koppel.

Dari sanalah setiap hari mereka memulai kehidupannya. Ada yang menjadi nelayan, petani atau sebagian menjadi pegawai itu membuka usaha.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sama seperti di daerah bekas desa itu, di lokasi permukiman masyarakat Sirombu sedang berpacu mengejar cita-cita mereka dengan kemampuan yang mereka miliki.

Setelah gempa 28 Maret 2005, berbagai bantuan sudah mengalir ke Sirombu. Selain fasilitas pelabuhan dan tempat pelelangan ikan (TPI), mereka juga memperoleh bantuan perumahan. “Kini mereka tinggal di beberapa lokasi,” ujar Marundury.

Di dalam kompleks perumahan, jalan-jalan sudah ditingkatkan. Bantuan PNPM sudah mengubah jalan tanah yang menghubungkan rumah ke rumah menjadi beton. “Kami menerima bantuan sebesar Rp 120 juta dalam 3 tahap,” ujar Marundury.

Penduduk kompleks permukiman penduduk di sana secara kreatif sudah melakukan berbagai pekerjaan yang mampu menopang hidup mereka. Di beberapa halaman rumah dapat ditemukan hasil pekerjaan membuat rumbia. Seorang penduduk mengaku bisa membuat atap sebanyak 10 rumbia sehari dengan harga Rp 1.000 per lembar. Tidak banyak memang yang bisa dihasilkannya, tetapi pekerjaan itu dilakukan sebagai sampingan dari bertani dan nelayan.

Selain itu terlihat Kelompok Nelayan KUB “Kakap” yang membuat perahu. Ada dua tiga orang penduduk yang membuka penjualan pulsa.

Sayangnya, pembinaan penduduk setelah ditinggal NGO perlu menjadi perhatian pokok. Sebuah plang dari LSM dari Nias bertuliskan : “Puteri Sejati”. Tetapi, “LSM itu sudah lama tidak ke sini lagi,” ujar seorang peserta kelompok yang membina ibu-ibu dalam mata pencarian penduduk. Inilah yang seharusnya ditindaklanjuti pemerintah daerah ke depan.

Satu hal yang patut menjadi perhatian adalah keluhan Kepala Desa Sirombu, Marundury. “Petani membutuhkan modal untuk mengganti bibit kelapa hibrida dan pembiayaan sampai bisa menghasilkan,” ujarnya. Sebagaimana diketahui di masa sekarang ini, seperti diakui Marundury, kelapa adalah salah satu andalan desa ini untuk bangkit kembali. Kelapa yang tumbuh sekarang umurnya sudah tua dan perlu diremajakan.

Meski sudah banyak menerima bantuan sejak masa gempa hingga rehabilitasi dan rekonstruksi, kehidupan penduduk Sirombu yang tinggal di Perkampungan Delasiga masih memerlukan polesan dari berbagai pihak agar mereka mampu menapak ke kehidupan masyarakat yang sejahtera.

Fasilitas TPI dengan bangunan atap genteng berwarna jingga kemerahan, dinding luar bercat biru putih itu berdiri megah di sebelah jalan penghubung menuju pelabuhan. “TPI ini sudah dibangun, tetapi tidak berfungsi,” ujar seorang penduduk Desa Sirombu, yang sedang makan di sebuah gubuk rumbia di dekat TPI tersebut.

Nelayan seperti Maslan Zebua dan Ahmad Saud Daeli menjual ikan hasil tangkapannya langsung ke pembeli di pelabuhan di dekat Pasar Sirombu. Meski TPI  sudah berdiri megah, tetapi nelayan belum menggunakannya.

Mungkin rekomendasi kunjungan anggota DPRD Sumut ketika meninjau lokasi ini beberapa waktu lalu perlu ditindaklanjuti pemerintah daerah setempat. Sudirman Halawa, anggota DPRD Pemprovsu, sebelum kami berangkat ke Nias, mengatakan perlu menjadi pembahasan mendalam. Perencanaan bangunan memang harus menyesuaikan kebutuhan masyarakat setempat. Barangkali pemda harus berbenah diri.

“Bangunan-bangunan TPI di Nias kurang dirancang sesuai kebutuhan masyarakat, sehingga belum berfungsi,” ujarnya.

Tidak jauh dari TPI terdapat pelabuhan baru yang menghubungkan Sirombu dengan berbagai tempat melalui jalur laut. Pelabuhan ini merupakan yang termegah di Nias Barat. Minggu itu, dermaga pelabuhan dipenuhi dengan para penjual makanan dan minuman, serta puluhan pengunjung. Mungkin di hari lain pelabuhan ini digunakan untuk pengakut penumpang dan barang.

Demikian juga keluhan para pengusaha yang mencoba memulai hidup baru di sekitar Pantai Sirombu. Syarifuddin Maru’au adalah salah seorang di antaranya. Saat meninggalkan rumah makan Syarifuddin, kami tertegun membaca sebuah puisi di depan rumah makannya.

Pantai melambai lautnya dangkal

Tempat hiburan di saat susah

Sungguh indah kalau dipandang

Sampan ado pendayung tidak

Ketika kepada pemiliknya ditanyakan makna syair yang bercampur bahasa Melayu dan Padang ini, Syarifuddin mengatakan “Sampan ado pendayung tidak”, dalam pemaknaannya adalah mereka kini punya jalan-jalan yang baik, seperti jalan disamping restorannya. Tetapi dia tidak punya pendayung, “Tidak punya modal,”katanya.

Bahkan, untuk melanjutkan usaha rumah makan yang pernah menjadi tempat pemesanan makanan bagi seorang Menteri yang berkunjung ke sana, dia masih pesimis. “Kalau keadaannya terus seperti ini, maka saya mau jual ini rumah makan,:katanya. Dalam pengakuannya, rumah makan ini hanya ramai pada hari Minggu.

Penjualannya sekitar Rp 1,2 juta setiap hari Minggu itu, tidak cukup untuk membiayai belanja bulanan bagi ayah delapan orang anak itu.

Sebelum meninggalkan Sirombu, sepasang anak yang tinggal di gerbang Perumahan Delasiga kami berbincang dengan mereka menanyakan apa cita-citanya. “Jadi dokter,” ujar seorang gadis cantik yang masih duduk di bangku sekolah dasar di sekitar lingkungan perumahan itu. Bisakah? Semoga!  [JG]

(travel/travel)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads