Museum Pusaka Nias

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Calvin Damas Emil|1825|SUMUT 2|41

Museum Pusaka Nias

Redaksi Detik Travel - detikTravel
Kamis, 23 Jun 2011 10:40 WIB
loading...
Redaksi Detik Travel
Pintu masuk menuju ke museum Pusaka Nias
Miniatur rumah Omo Nifolasara
Miniatur Omo Bale
Perhiasan dan pakaian
Museum Pusaka Nias
Museum Pusaka Nias
Museum Pusaka Nias
Museum Pusaka Nias
Jakarta -

Setibanya di Gunung Sitoli, Nias Selasa (5/10) tim ACI Sumatra Utara 2 langsung menuju ke Museum Pusaka Nias, karena mengingat perjalanan ke Teluk Dalam membutuhkan waktu hampir 3 jam jadi kami tidak membuang waktu setiba di Gunung Sitoli. Musemum Pusaka Nias, merupakan tempat yang paling lengkap jika ingin mengetahui segala sesuatu terkait dengan suku Nias. Sangat banyak hal yang bisa kita tahu dari suku Nias, oleh karena itu jurnal ini tim ACI Sumatra Utara 2 membagi menjadi beberapa bagian, agar informasi yang dibutuhkan kami harap dapat sampai kepembaca.

Museum yang bertempat di Jl. Yos Sudarso no. 134-A ini dikelola oleh P. Johannes M. Hammerle, OFMCap seorang misionaris dari Jerman dan atas bantuan The Prince Claus Fund – Netherlands. Museum ini berdiri sejak 1991 dan dalam proses pembangunannya masih dilakukan secara bertahap, karena mendapat kendala dalam hal tenaga pelaksana dan dana. Karena jumlah barang yang terus bertambah, maka saat ini pembangunan bisa dikatakan sudah hampir selesai.

Nilai filosofis budaya Nias sebenarnya menekankan pada keterikatan manusia Nias pada keberagamanan dan ketepatan manusia, yang berkaitan dengan kesempurnaan, kejelasan status, keselarasan, dan kebersamaan. Didalam museum ini pengunjung dapat melihat berbagai artefak sebagai bukti material yang dapat menggambarkan keagungan seorang Nias pada masa lalu mulai dari kehidupan secara pribadi, keluarga dalam masyarakat hingga ke sisi religious yang berkaitan dengan dunia dan kepercayaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti suku dan masyarakat yang tersebar di Indonesia, rakyat Nias juga mempunyai rumah adat sendiri yang bernama Omo Nifolasara. Lasara merupakan istilah kuno untuk nama perahu. Rumah diibaratkan sebagai perahu besar sesuai dengan namanya (Omo Nifolasara), berhubungan dengan (ni-fo-lasara = dibuat seperti perahu atau kapal). Karena gempa bumi yang mengguncang NIas pada tahun 2005, keberadaan rumah adat ini sangat sedikit dan kritis. Untuk jalan masuk rumah berada pada kolong, perisis diantara tiang-tiang bagian tengah yang dimaksudkan agar setiap orang yang bertamu tunduk kepada pemilik rumah. Lalu ada juga Omo Bale (rumah balai atau meeting house). Osali merupakan singkatan dari dua kata yaitu Osa-osa (tempat/tahta) dan Li (kata, suara, firman, sabda). Kata tersebut menggambarkan bahwa semua pembicaraan yang dilakukan di tempat ini harus menyangkut keberlangsungan adat istiadat. Para pemimpin besar adat duduk dibawah tiang dan mereka yang membuat peraturan dan hukum kemasyarakatan serta membuat segala keputusan yang berkaitan dengan kehidupan sosial.

Kemudian terdapat pula perhiasan senjata, dan pakaian, yang biasa disebut dengan Gama-Gama. Ketiga atribut ini diberi beraneka ragam warna dan hiasan (ukiran). Ada yang menggambarkan kekuasaan, kekayaan, kemakmuran, dan kebesaran. Warna merah sering digunakan prajurit untuk menggambarkan darah, keberanian. Wana hitam digunakan masyarakat petani untuk menggambarkan kesedihan, ketabahan dan kewaspadaan. Serta masih banyak arti dari wana dan corak yang ditampilkan dari Gama-Gama ini.

Masih ada beberapa dari sekian banyak kebudayaan Nias yang terdapat di Museum Pusaka Nias, dan akan tim ACI Sumatra Utara 2 bahas pada Museum Pusaka Nias Bag 2. (Calvin)

Hide Ads