Hari masih sangat pagi, bahkan fajar pun belum memperlihatkan tanda-tanda akan terbit. Udara Pagaralam pun benar-benar dingin. Tak banyak orang yang mau melepaskan selimutnya pagi ini. Tapi lain halnya dengan saya, Titis, dan Mas Yopie yang sudah siap-siap pakai jaket dan menenteng kamera siap menerobos kebun teh untuk melihat sunrise.
Pagi ini kami ingin melihat sunrise dari atas Gunung Dempo. Mobil kami segera naik ke atas gunung melewati kebun-kebun teh yang terhampar luas di sisi kanan dan kiri jalan. Namun sebelum kami sampai di atas gunung, semburan cahaya jingga mulai tampak di belakang Bukit Barisan yang tampak di seberang. Kami segera menepi dan siap-siap menyaksikan detik-detik kemunculan sang mentari. Dari atas sini tampak pemandangan Kota Pagaralam yang masih diselimuti kabut. Tempat yang tepat untuk menikmati sunrise. Perlahan sinar jingga menyeruak keluar menghiasi langit Pagaralam yang biru. Kami langsung menyiapkan kamera karena tidak mau ketinggalan momen-momen ini sedetikpun.
Matahari sudah benar-benar keluar, terlihat penduduk sekitar memulai aktivitasnya. Satu dua motor mulai menuruni gunung. Anak-anak berseragam sekolah mulai memenuhi mobil-mobil kap yang akan mengantarkan mereka ke sekolah di kaki gunung. Aktivitas di kebun teh pun mulai hidup. Terlihat dari kejauhan ibu-ibu pemetik teh mulai memasuki kebun-kebun teh. Kami berjalan menuju ke tempat ibu-ibu pemetik teh melintasi daun-daun teh yang masih basah karena embun. Wangi daun-daun teh selalu membuat saya ingin bermain di kebun teh seperti ini. Kami pun menyapa ibu-ibu pemetik daun teh dari dekat. Mereka sangat ramah. Meski malu-malu, mereka selalu senang kalau kami foto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kami pun kembali ke cottage tempat kami menginap yang berada di kompleks kebun teh. Saya yang sudah tidak sabar mencicipi rasa teh Gunung Dempo kemudian segera masuk dan mengambil cangkir untuk membuat teh. Titis dan yang lain sudah duduk di balkon bagian belakang cottage. Di sana lah kami menghabiskan pagi dengan secangkir teh Gunung Dempo dan pemandangan kebun teh yang menyejukkan mata. Tehnya wangi dan aroma daun tehnya masih sangat kental, khas teh Indonesia. Saya memang penggemar teh Indonesia. Salah satu teh favorit saya adalah teh Walini yang diambil dari dataran tinggi Jawa Barat. Dan kali ini saya juga menjatuhkan pilihan pada teh Gunung Dempo. Benar pesan teman-teman saya sebelum saya pergi ke Pagaralam, "Kalau sudah sampai Pagaralam, harus coba tehnya!"
Komentar Terbanyak
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari AS, Garuda Ngaku Butuh 120 Unit