Serui dan Yapen: Kota dan Pulau Dinamis di Ujung Timur Laut Indonesia

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Endro Catur Nugroho|5772|PAPUA 1|27

Serui dan Yapen: Kota dan Pulau Dinamis di Ujung Timur Laut Indonesia

Redaksi Detik Travel - detikTravel
Senin, 04 Apr 2011 11:15 WIB
loading...
Redaksi Detik Travel
Pasar Kota Serui, Yapen, Papua
Salah satu sudut Kota Serui. Jajanan malam mewarnai seluruh penjuru kota.
Serui dan Yapen: Kota dan Pulau Dinamis di Ujung Timur Laut Indonesia
Serui dan Yapen: Kota dan Pulau Dinamis di Ujung Timur Laut Indonesia
Jakarta -

Ketika berkunjung ke tempat baru, saya sering dimintakan pendapat oleh penduduk setempat. Paling mudah menilai kekayaan alamnya. Tapi seringnya jadi subyektif ketika harus mengungkapkannya dalam kata-kata. Jadi, kadang lebih nyaman berkomentar tentang orang-orangnya. Untuk Kota Serui dan Pulau Yapen, saya punya kesan yang mendalam dan layak dibagi dengan orang banyak.

People make places. Begitu kata guru saya ahli ekonomi dan kota kreatif, Richard Florida. Dalam hal kota Serui, Kabupaten Yapen, tepat sekali. Saat tak berharap terlalu banyak, kami justru mendapati Kota Serui, Yapen sebagai kota yang menarik dan dinamis.

Kala malam mulai merayap, saat itu pula sebagian besar kota di Indonesia bagian timur perlahan tertidur. Tapi Kota Serui malah menggeliat, memendarkan cahayanya yang minim dalam tebalnya langit malam. Malam ini kami melihat langsung betapa sebuah kota kabupaten seukuran kecamatan di Jakarta bisa sebegitu menarik untuk dieksplorasi lebih jauh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jarum jam baru lewat pukul enam sore. Semburat merah terakhir matahari masih tersisa di ufuk barat. Wajah-wajah di taman pelabuhan masih terlihat sumringah, menyisakan kegembiraan mengantar sang surya ke tempatnya. Sebagian berpasangan. Seagian lagi bersama keluarga dan teman-teman. Sore ini, suasana di sekitar pelabuhan Kota Serui berubah jauh lebih ramai dibandingkan tadi siang yang seperti kota setengah mati.

Gerobak penjual makanan segera memenuhi tiap jengkal emperan toko yang sudah ditutup pemiliknya. Bahkan toko yang masih buka pun harus merelakan berbagi rejeki dengan pedagang dadakan ini. Toh mereka senang. Pembeli dapat sekalian cuci mata di toko.

Pasar Kota Serui justru baru mulai beraktifitas. Dengan penerangan seadanya, pedagang dari seluruh penjuru Yapen bahkan Waropen, Manokwari hingga Makasssar mengadu untung di pasar terbesar Pulau Yapen ini.

Di muka pasar, pedagang sirih sudah berjejer rapi dengan gundukan sirih pinangya. Tahu kami wisatawan, mereka tak segan menyapa. Sayang memang kami tidak terlalu ingin mengunyah sirih. Padahal kami tahu, itulah yang membuka interaksi dengan penduduk lokal.

Sebagai wisatawan, suasana meriah Kota Serui di sore hingga malam hari seperti ini bikin kami betah. Betah karena tak sulit mencari makanan dan minuman. Betah karena bisa duduk dan nongkrong dimanapun kita mau dan dengan siapapun yang kita mau. Betah karena tak perlu kuatir walau sesungguhnya besok adalah hari kerja.

Dinamisnya kota ini berbalut kesederhanaan, khas kota-kota di bagian timur Indonesia. Musik melayu, rokok, sirih pinang dan bobo. Yang terakhir adalah minuman khas Yapen. Hasil fermentasi beberapa jam dari nira pohon bobo, sejenis palem, yang hanya tumbuh di pulau ini.

Selama berinteraksi dengan penduduknya, saya mendapat kesan yang sangat berbeda. Mereka menganggap tamu sebagai saudara. Dan saudara harus dijamu, apalagi yang datang dari jauh seperti kami. Selama di pulau ini, setidaknya tiga kali kami 'nyelonong' masuk ke rumah penduduk dan berujung dengan kesan yang sama: orang Yapen itu ramah dan mereka tak ragu menunjukkannya.

Di rumah Bapak Marthen Mandenasi di Desa Barawai, kami dijamu papeda dan kuah kuning yang nikmat. Di rumah Bapak Sephnat Menyani di Desa Tatui kami mencoba sagu bakar dan pisang bakar. Di rumah Bapak Herman Oisiri kami dijamu bobo.

Sederhana saja sebenarnya. Tapi kesungguhan di balik seluruh perlakuan itu yang sungguh mendalam. Kami bisa membayar makanan dan pelayanan yang jauh lebih baik. Tapi senyum jenaka berbalut keramahan dan terbungkus kesederhanaan tidak bisa dibeli oleh mata uang manapun.

Itulah yang bikin saya yakin, orang Yapen adalah modal yang lebih dari cukup untuk menjamin kemajuan tempat ini. Selamat datang di Kota Serui. Selamat datang di Yapen.

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads