Menyimpai Alang Am

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Sendia Berka|44149|KALTENG & KALSEL|48

Menyimpai Alang Am

Redaksi Detik Travel - detikTravel
Kamis, 07 Apr 2011 11:15 WIB
loading...
Redaksi Detik Travel
Tanda mata dari Desa Malaris
Hasil menyimpai
Gelang dibuat langsung ditangan atau kaki
Amat sedang menyimpai gelang dikaki
Lembaran akar Alang Am
Warga Desa Malaris, penyimpai akar Alang AM
Menyimpai Alang Am
Menyimpai Alang Am
Menyimpai Alang Am
Menyimpai Alang Am
Menyimpai Alang Am
Menyimpai Alang Am
Jakarta -

"Buatin lagi donk mas, please" Seringai saya masih tampak meskipun saya sudah berhenti berbicara. Itulah bujukan saya kepada Amat, si pembuat gelang. Akhirnya Amat yang juga merupakan ketua organisasi pemuda Desa Malaris, takluk dengan bujukan saya.Β 

Dengan telaten, Amat merangkai akar Alang Am langsung dipergelangan tangan saya. Memperhatikan Amat membuat simpul-simpul akar, tak terasa sekitar 15 menit berlalu, gelang berwarna coklat muda dengan simpul rapi dan indah sudah melingkar di pergelangan tangan kiri saya.

Menyimpai. Inilah yang dilakukan Amat dan teman-temannya di Desa Malaris yang berjarak sekitar 2 KM dari Desa Loksado, Kalimantan Selatan, yang saya datangi pada 25 Oktober 2010. Kita memang bisa menemukan gelang dan cincin dari akar Alang Am di toko pernak-pernik di Kalimantan Selatan, tapi tentu saja mereka tidak bisa membuatkan langsung sesuai dengan ukuran anda.

Gelang kaki dan gelang tangan yang saya pakai sekarang ini, tidak bisa dikeluarkan dari tangan atau kaki saya. Jika saya mau, saya harus mengguntingnya. Yup, itulah keunikannya. Saat gelang dibuat langsung ditangan atau dikaki, ukurannya akan sesuai, sehingga saya tidak akan pernah menghilangkan gelang ini. Simpul-simpul akar yang menjadi satu, membuat gelang ini terikat kuat, dan bahkan tidak terlihat ada ujungnya. Benar-benar dibuat khusus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gelang dibuat dari akar Alang Am, sejenis akar semak-semak yang diambil di hutan. Ukuran per-lembarnya sangat panjang dan sangat tipis, namun setelah dirangkai, akar Alang Am menjadi sangat kuat. Biasanya akar yang dipakai adalah akar yang sudah tua, berwarna coklat tua seperti yang saya pakai dipergelangan kaki, karena lebih kuat. Akar yang masih muda, berwarna lebih muda tidak dipakai karena tidak terlalu kuat, itulah mengapa saya harus membujuk Amat untuk membuatnya ditangan saya.

Sebenarnya saya sudah dibuatkan dipergelangan kaki, namun karena terlihat sangat indah, saya menginginkan satu lagi melingkar dipergelangan tangan. Sayang saat itu persediaan akar Alang Am sudah habis, dan hanya tersisa 1 lembar akar muda. Amat tadinya tak mau membuatnya dengan akar muda, mungkin itu merupakan keseriusan dirinya ingin memberikan gelang kuat yang terbaik kepada orang-orang yang minta dibuatkan. Tapi saya sudah terlalu jatuh cinta dengan keindahan dan keunikan gelang ini, sehingga saya harus membujuknya.

Uniknya lagi, jika akar Alang Am terkena air, warnanya akan berubah menjadi lebih tua. Bahkan jika dipakai sekitar 3 bulan melingkar ditangan atau kaki, makin lama warnanya berubah menjadi hitam legam. Itulah yang menandakan kita sudah memakainya dalam waktu lama. Jika kita mau membuat variasi pada warna gelang, kita juga bisa memintanya dicampur dengan rotan yang berwarna putih.

Entah mengapa, sangat jarang orang yang bisa menyimpai. Bahkan tidak bisa ditemui di Desa Loksado yang merupakan tetangga terdekat Desa Malaris. Amat sudah menyimpai selama lima tahun, dan menurut pengakuannya, ia berhasil mempelajari cara menyimpai selama satu minggu dari teman-temannya yang lebih dulu mempelajarinya.

Tak lengkap rasanya jika anda berkunjung ke tempat wisata Loksado tanpa menyempatkan diri membuat gelang akar Alang Am di Desa Malaris yang hanya dikenakan biaya Rp 10.000 untuk satu gelang. Kini saya sudah mempunyai 'tanda' bahwa saya sudah berkunjung ke Desa Malaris sekaligus bertemu dengan warganya yang sangat ramah.

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads