Satu Tandan Pisang Manurun Untuk Kami

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Susan Stephanie|5147|SULBAR & SULSEL|50

Satu Tandan Pisang Manurun Untuk Kami

Redaksi Detik Travel - detikTravel
Senin, 11 Apr 2011 11:05 WIB
loading...
Redaksi Detik Travel
perahu rakit lengkap dengan kursi dan payung warna warni, siap mengantar kami menyusuri sungai Mapilli
Spiderman dari kota Polewali, Pak Husein yang sedang memanjat pohon kelapa untuk makan siang kami
kelapa muda paling enak sepanjang masa
Fadel, keponakan Pak Husein yang sangat ramah dan cekatan, kasep deui!
satu tandan besar Pisang Manurun untuk kami bawa pulang, terima kasih Pak Husein
perahu rakit lengkap dengan kursi dan payung warna warni, siap mengantar kami menyusuri sungai Mapilli
Satu Tandan Pisang Manurun Untuk Kami
Satu Tandan Pisang Manurun Untuk Kami
Satu Tandan Pisang Manurun Untuk Kami
Satu Tandan Pisang Manurun Untuk Kami
Satu Tandan Pisang Manurun Untuk Kami
Satu Tandan Pisang Manurun Untuk Kami
Jakarta -

Menginjakkan kaki di Sulawesi Barat, program kami kali ini sedikit berbeda.
Rencana awal untuk berkunjung ke Kota Mamasa, menengok budaya Toraja-Mamasa yang berbeda, terpaksa kami batalkan karena sulitnya akses perjalanan pada saat itu.
Perjalanan pun dilanjutkan ke kota lain di Sulawesi Barat, yakni Kota Polewali.

Beruntung sekali Bang Agus pendamping kami, baru saja melakukan survey lapangan di salah satu lokasi di Polewali beberapa bulan lalu.
Tetapi unik, alasan untuk melakukan survey itu datang bukan dari dirinya sendiri, melainkan dari salah satu turis asing warga Australia.
Ia mengontak Bang Agus karena ingin mengadakan acara susur sungai sambil melakukan bird-watching di Sungai Mapilli di Polewali ini.
Hebatnya, turis asing ini mendapat ide susur Sungai Mapilli hanya karena melihat peta Sulawesi Barat di Google Earth.
Wah, hebat sekali pikir saya, padahal pastinya banyak orang Indonesia atau bahkan orang Sulawesi sendiri yang tahu akan potensi terpendam Sungai Mapilli ini.

Pagi-pagi sekali, kami bersiap menuju Sungai Mapilli.
Bisa dikatakan kami adalah salah satu orang pertama, yang bukan penduduk sekitar sungai, alias wisatawan pertama yang datang mengunjungi Sungai Mapilli sebagai sebuah tempat objek wisata.
Bangganya dalam hati ini, padahal sama sekali belum tahu apa yang akan dihadapi di sungai nanti.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sesampainya di sana, kami berkenalan dengan Pak Husein, sang pemilik perahu, dan keponakannya Fadel.
Kami tersenyum melihat perahu yang telah disiapkan untuk kami.
Pertama karena perahu, atau mungkin bisa dibilang rakit besar, terlihat sangat stabil dan kokoh, mengingat pengalaman 'berkesan' ketika naik perahu di kota sebelumnya.
Dan yang kedua, karena di atas rakit ini telah disiapkan 3 kursi plastik lengkap dengan 1 payung besar berwarna pelangi untuk melindungi kami dari panasnya terik matahari.
Serasa berpesiar dan mendapat pelayanan ekstra spesial.

Perhatian ekstra spesial ternyata tidak berhenti sampai di sini.
Pak Husein dan Fadel sangat ramah dalam perjalanan, membantu menunjukkan hewan-hewan di sepanjang sungai yang seringkali tidak tertangkap oleh mata kami.
Dan puncaknya adalah ketika waktunya makan siang.

Tiba-tiba rakit menepi dan Pak Husein berjalan mendekati sebuah pohon kelapa, yang kemudian ia panjat sendiri.
Bluk, bluk, bluk... 5 buah kelapa ia jatuhkan dari atas pohon kelapa, lalu kemudian ia bawa ke atas rakit.
Dengan parang panjangnya, ia pun mulai mengupas kelapa-kelapa tersebut, sangat cekatan.
Bahkan ia membuatkan sendok alami dari kulit buah kelapa supaya kami dapat menikmati daging buahnya.
Ini benar-benar kelapa muda paling enak yang pernah saya makan, segar dari pohonnya, ditambah bumbu kebaikan dari Pak Husein dan Fadel , luar biasa rasanya.

Melanjutkan perjalanan, banyak hewan yang kami lihat, burung Elang, King Fisher, Camar, Bangau, dan juga Biawak.
Sungai Mapilli ini ternyata pada ujungnya bermuara ke laut dan pemandangannya sangat indah.
Tanpa terasa sudah hampir 4 jam kami mengelilingi sungai, memori kamera di tangan ini pun sudah habis terpakai semua.

Ketika saatnya pulang, lagi-lagi kami mendapat kejutan dari Pak Husein.
Satu tandan besar Pisang Manurun berwarna hijau cerah!
Untuk kami bawa pulang katanya, oleh-oleh dari desa.
Ah, benar-benar pengalaman yang sangat berkesan kali ini.

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads