Akhirnya Kami Terbangun dari Mimpi Indah 14 Hari

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Rizki Mahesar|4367|MALUKU 1|31

Akhirnya Kami Terbangun dari Mimpi Indah 14 Hari

Redaksi Detik Travel - detikTravel
Selasa, 26 Apr 2011 10:55 WIB
loading...
Redaksi Detik Travel
Grup Maluku 1 sempat bertemu dengan sesama Petualang ACI dari Grup lain di Bandara Soekarno Hatta
Kedatangan kembali ke Jakarta
Akhirnya Kami Terbangun dari Mimpi Indah 14 Hari
Akhirnya Kami Terbangun dari Mimpi Indah 14 Hari
Jakarta -

Saya dan rekan Nico Wijaya yang tergabung dalam Petualang Aku Cinta Indonesia Grup Maluku 1 masih tidak percaya dengan apa yang baru saja kami jalani selama sekitar 14 hari yang lalu. Bahkan ketika kami baru saja lepas landas dari Bandara Soekarno - Hatta, hal yang kami perbincangkan adalah mengenai apakah kita sedang bermimpi atau tidak. Dapat berwisata ke Indonesia bagian timur tanpa biaya sepeser pun serta mengemban misi untuk mempromosikan negeri sendiri merupakan hal yang sangat istimewa bagi kami. Rasa syukur terus kami panjatkan karena telah diberi kesempatan untuk menjelajahi Maluku dengan segala keragaman budaya, keunikan adat istiadat dan juga keindahan alamnya.

Hampir 3/4 waktu di hari pertama pada Senin, 18 Oktober 2010, petualangan kami habiskan di perjalanan. Penerbangan dari Jakarta ke Maluku menempuh waktu sekitar empat jam tiga puluh menit termasuk transit di Bandara Sultan Hassanudin, Makassar. Setelah tiba di Bandara Pattimura, Ambon pun kami harus melanjutkan kembali perjalanan darat ke pusat Kota Ambon selama kurang lebih satu jam. Malam pertama kami habiskan dengan bersantap malam ikan samandar yang berbisa di Rumah Makan Sari Rasa dan juga berjalan kaki mengelilingi sebagian kecil pusat Kota Ambon.

Keliling Kota Ambon, mulai dari melihat keramaian aktivitas pelabuhan, wisata sejarah ke Monumen Pahlawan Nasional Martha Christina Tijahahu di perbukitan, Taman Pattimura di tengah kota, lalu wisata religi ke Masjid Al-Fattah, Gereja Kristen Protestan Maranatha dan Gereja Katedral Franciscus Xaverius. Setelah itu, kami berlayar dengan menggunakan Kapal Ferry Temi dari Pelabuhan Galala ke Kota Namlea di Pulau Buru yang memakan waktu sekitar delapan jam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tiba di Kota Namlea, kami langsung disambut dengan gemerlapnya ribuan bintang yang menggantung di langit yang cerah di sepanjang perjalanan dengan menggunakan ojek dari pelabuhan ke Hotel Grand Sarah tempat kami menginap. Masih di Kota Namlea, hari ketiga kami lalui dengan berkunjung ke Savana Jaya yang dahulu merupakan lokasi pembuangan tahanan politik, Monumen Pendaratan TNI dan tempat penyulingan minyak kayu putih di pinggir hutan lalu bermain-main di putihnya pasir Pantai Jikumerasa yang lokasinya tidak jauh dari situ. Benteng VOC dan Teluk Kayeli di Desa Kayeli, dua puluh menit pelayaran dari Kota Namlea menjadi sasaran kami di hari berikutnya.

Jumat, 22 Oktober 2010, kami memutuskan untuk bermalam di Natsepa. Tepat Pukul 08.00 WIT di hari berikutnya, kami melanjutkan petualangan ke Pantai Ora di Pulau Seram dengan menggunakan ojek ke Pelabuhan Tulehu di Maluku Tengah. Kami menyambungnya dengan berlayar sekitar dua jam hingga merapat di Pelabuan Amahay di Kota Masohi, Pulau Seram. Dua jam perjalanan darat dengan menggunakan mobil sewaan masih harus kami tempuh bahkan sesampainya di Desa Saleman, sebuah perahu motor telah menunggu kami di sebuah dermaga kecil untuk mengantar kami ke Ora Beach Resort, satu-satunya penginapan yang ada di Pantai Ora.

Kami bermalam di Kota Masohi di hari kedelapan petualangan. Yang saya, Rizki Mahesar, alami adalah hal yang tidak terduga sebelumnya, yaitu bertemu sahabat sejak di bangku SMA yang sedang melaukan praktek dokter magang di RSUD. Saya masih tidak menyangka akan bertemu dia di kota kecil yang terletak hampir di ujung timur Indonesia. Selasa, 26 Oktober 2010 kami kembali ke Natsepa di Maluku Tengah dan menikmati mewahnya bermalam di Aston Natsepa Ambon Resort and Conference Center. Pada hari berikutnya, kami bertolak menuju Kota Ambon untuk sekedar makan siang dan mencari penginapan lalu setelah itu kembali berpetualang ke Pantai Santai dan Pintu Kota yang terletak di Desa Latuhalat.

Di hari sumpah pemuda di mana seharusnya pemuda-pemuda Indonesia bersatu, saya dan Nico malah berpisah karena memang melakukan kegiatan yang jauh berbeda. Saya menyelam bersama Blue Rose di Pantai Santai dengan lokasi penyelaman di sekitar kawasan perairan Pintu Kota sedangkan Nico Wijaya berwisata sejarah sekaligus religi ke Benteng Amsterdam dan Mesjid tertua di Desa Hila. Bahkan, keesokan harinya, saya kembali menyelam di kawasan perairan di Desa Laha, kali ini bersama Maluku Divers sebagai "Dive Operator"-nya. Sebagai informasi, sejak 28 Oktober 2010, Grup Maluku 1 menerima tamu kehormatan, yaitu Harry Kawanda, sesama Petualang Aku Cinta Indonesia dari Grup Maluku 2 yang tentunya membuat petualangan kami semakin ceria.

Pada H - 2 menuju kepulangan, kami masih sempat berpetualang ke eksotisnya Pulau Tiga di mana terdapat tiga pulau di sana yang bernama Pulau Satu, Pulau Dua dan Pulau Tiga. Nasi Kalapa Bakar menjadi menu pilihan kami pada malam hari setelah kembali dari Pulau Tiga. Setelah itu, kami semua kembali ke Hotel Amaris di Kota Ambon yang telah menjadi tempat kami menginap selama total empat malam.

Di hari terakhir petualangan, setelah check out kami menyempatkan diri memborong oleh-oleh khas Maluku di toko oleh-oleh Petak 10. Sebagai rangkaian perjalanan ke Bandara Pattimura, kami juga sempat mampir ke rumah pendamping kami selama petualangan, Ayus. Di rumahnya kami menikmati santap siang papeda kuah kuning dan beberapa menu lainnya bak perjamuan di kerajaan. Akhirnya, momen yang "tidak dinanti" pun tiba, mendarat di Bandara Soekarno - Hatta lagi. Kami harus rela terbangun dari mimpi yang indah selama empat belas hari. Andaikan memang benar ada alat pengatur mimpi seperti dalam film "Inception", rasanya kami rela mengulang petualangan kami lagi.

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads