Sasadu, Rumah Adat Kaya Makna

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Endiansyah|393|SULUT & MALUT|49

Sasadu, Rumah Adat Kaya Makna

Endi Hamid - detikTravel
Senin, 02 Mei 2011 10:40 WIB
loading...
Endi Hamid
Sasadu Desa Lolori
Bermakna kestabilan dan kerendahan hati
Tanpa paku logam, tali ijuk tak terputus
Sasadu, Rumah Adat Kaya Makna
Sasadu, Rumah Adat Kaya Makna
Sasadu, Rumah Adat Kaya Makna
Jakarta -

Setelah menjelajah Pulau Morotai dan sekitarnya, kami kembali ke Pulau Halmahera. Tepatnya ke Jailolo, ibukota Kecamatan Halmahera Barat. Tanggal 29 Oktober 2010 kami gunakan untuk menjelajahi desa-desa di kecamatan ini mencari informasi tentang Sasadu, rumah adat Halmahera Barat.

Kami kunjungi 3 desa; Hoku-hoku, Toboso dan Lolori. Pada setiap desa tersebut berdiri sebuah bangunan yang mudah ditebak sebagai rumah adat. Karena bentuknya yang unik dan menonjol dibanding bangunan lain di sekitarnya.

Sasadu berfungsi utama sebagai tempat berkumpul warga. Terutama ketika ada upacara adat, misalnya saat panen dan pemilihan ketua adat. Selain itu rumah adat ini juga digunakan untuk menjamu tamu penting dan untuk bersantai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain dari lantainya yang sudah menggunakan semen tidak tampak material 'non-organik'. Penggunaan semen itu pun karena pertimbangan kebersihan dan kemudahan pemeliharaan. Semua rangka terbuat dari kayu, bambu atau batang pohon kelapa. Alih-alih paku logam, pasak kayu digunakan untuk memperkuat sambungan.

Langit-langit terbuat dari susunan daun kelapa yang diikat menggunakan tali bambu. Tali ijuk yang juga digunakan sebagai pengikat rangka atap bersambung tanpa terputus.

Sebagai karya arsitektur Sasadu memiliki konsep dalam hampir tiap bentuknya. Ambil contoh 'bola-bola' yang tergantung pada bilah kayu di ujung atap. Ini simbolisasi kaki yang berarti kestabilan. Arahnya yang merunduk, berlawanan dengan arah atap yang mencuat mengandung makna kerendahan hati walau berada di puncak.

Ujung atap Sasadu lebih rendah dari langit-langit. Sengaja dibuat seperti itu agar siapapun yang masuk ke dalam harus menunduk. Tanpa terkecuali, bahkan Sultan sekalipun(!). Maksudnya adalah mengingatkan setiap orang untuk selalu hormat, taat, tunduk dan patuh pada adat.

Pada sambungan rangka Sasadu di Desa Toboso, tergantung kain merah dan putih. Dua warna ini mewakili pemeluk agama Kristen dan Islam. Rupanya kerukunan dan kerjasama antar pemeluk agama memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Halmahera.

Mengagumkan bahwa setiap jengkal Sasadu menyimpan begitu banyak nilai dan makna mendalam. Sungguh bangsa ini kaya akan budaya yang pantas dipelihara dan dijunjung tinggi.

Jelajah, Cerita, Cinta.

Hide Ads