Eling! Pulau Moor Tak Lupa Leluhur

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Endro Catur Nugroho|5772|PAPUA 1|27

Eling! Pulau Moor Tak Lupa Leluhur

Redaksi Detik Travel - detikTravel
Kamis, 05 Mei 2011 10:25 WIB
loading...
Redaksi Detik Travel
Selamat datang di Pulau Moor. Selamat menyibak sejarah.
Eling! Pulau Moor Tak Lupa Leluhur
Jakarta -

Pulau Moor tak lebih dari sebuah titik dalam peta Teluk Cenderawasih, Papua. Berjarak kurang lebih satu setengah jam perjalanan dari Kota Nabire, Papua, Pulau Moor punya peranan penting dalam sejarah Nabire. Pulau ini menyimpan jejak sejarah orang-orang terdahulu. Bisa jadi, termasuk nenek moyang orang Nabire dan Papua bagian utara. Di Tanjung Maindure, kita bisa membuktikannya.

Ada dua desa di pulau ini: Desa Ayombai dan Desa Kama. Keduanya terletak di satu sisi. Sisi lain pulau ini tak berpenghuni. Di belakang kedua desa ini adalah sebuah bukit tertutup hutan lebat bertanaman sedang. Kus kus hitam dan putih konon sering terlihat keluar dari hutan ini untuk mencari makan. Di pinggir hutan, sederetan bakau diselingi pantai-pantai berpasir putih memagari pulau. Di tanjung sisi yang berlawanan, pasir putihnya paling indah. Di ujung yang satunya lagi, tebing karang pelan terkikis oleh kerasnya debur ombak. Namun di sini lah masa dimulai.

Orang pulau Moor percaya kalau asal-usul mereka adalah juga asal-usul Nabire. Walau begitu, tak jelas dari mana nenek moyang mereka berasal. Ketika saya berkunjung ke pulau ini 22 Oktober 2010 lalu, Bapak Agus Sembor sempat menceritakan bagaimana warga Moor hingga hari ini masih percaya dan menjaga jejak peninggalan nenak moyang mereka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut mantan guru sekolah dasar di Nabire yang pensiun tahun 2007 ini, warga menghormati jejak sejarah berupa tulang belulang dan tengkorak manusia seperti mereka menghormati kuburan orang tua mereka sendiri. Ada kepercayaan tersendiri yang mengikuti penghormatan ini. Untuk itulah saya datang dan membuktikannya sendiri.

Esok paginya, saya ikut dalam ritual mengunjungi jejak bersejarah ini. Walau tanpa nama, semua pengunjung tempat ini diharapkan berniat lurus. Jangankan mencuri tulang belulang ini, memindahkannya saja konon pernah bikin cuaca sekitar pulau jadi sangat tidak bersahabat. Awan gelap, hujan, badai hingga ombak besar pernah melanda Pulau Moor ketika ada seorang warga mencoba merapikan tulang belulang ini. Percaya atau tidak.

Tanpa bisa turun dari speed boat, kami memulai ritual dengan melempar beberapa batang rokok sebagai persembahan ke dalam sebuah ceruk tebing sedalam kurang lebih empat meter. Tujuannya supaya foto yang kami ambil nanti jadi. Silakan lihat sendiri.

Ceruk itu unik. Terlindungi dari deburan ombak. Dengan sebuah bagian datar di ujungnya. Mirip seperti sebuah dermaga sempit untuk kapal yang berlindung dari ganasnya ombak di luar sana. Dari dalam ceruk itu, kami kembali ke luar, menentang ombak.

Tapi, bukan ceruk itu yang kami cari. Tepat di atas kepala, teronggok tulang belulang yang sedari kemarin kami bicarakan. Lengkap dengan tengkoraknya.

Seketika bulu kudung meremang. Tak terlalu menyeramkan sebenarnya. Hanya saja, cerita yang telah terbangun di benak kepala membuat deburan ombak seperti musik pengantar film horor dan suara burung camar seperti lengking anjing malam menyayat.

Saya tertegun. Setidaknya ada tiga onggokan rangka manusia di atas sana. Ketiganya terpencar. Nampaknya tak sulit meletakkannya di sana. Yang masih membingungkan adalah bagaimana mereka bisa bertahan di ceruk sempit dengan angin begitu besar. Tak ada yang bisa menjelaskan keganjilan ini. Tak juga Pak Agus Sembor dan warga Pulau Moor.

Di bulan-bulan tertentu, orang Moor menyambangi situs bersejarah ini. Selain untuk mengingat asal-usul, juga agar mereka tetap bersahabat dengan alam dan manusia. Nampaknya, terlepas asal-usul dan kepercayaan yang masih diperdebatkan, inilah yang dituntut oleh tulang belulang tersebut: agar orang-orang Pulau Moor tetap eling dengan leluhur mereka.

Bagaimana dengan kita?

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads