Keanekaragaman hayati di Indonesia tak akan habis dieksplorasi. Menelusuri jejak keberagaman satwa dan tumbuhan di Papua, khususnya di Pulau Waigeo, Raja Ampat bagaikan menemukan sebuah dunia yang hilang. Hanya dalam waktu sekilas saja, kita dapat menemukan spesies hewan yang belum pernah kita temukan di daerah-daerah lain. Kuskus totol hitam yang akhirnya saya ketahui bernama latin phalanger rufoniger ternyata merupakan salah satu spesies endemik Pulau Waigeo, selain jenis-jenis kuskus lain.
Β
Seperti kuskus kuskus coklat, kuskus kelabu, kuskus rambut sutra dan kuskus bertotol biasa. Artinya, tak akan kita temui di daerah lain kecuali oleh perpindahan paksa oleh manusia.
Dari data yang saya baca, di Waigeo terdapat sekurangnya 66 individu dari 28 jenis burung. Dari jumlah itu, tujuh jenis merupakan endemik Pulau Waigeo. Untuk mamalia, sebanyak 124 spesies telah terkumpul. Atau 13,8% dari total jenis mamalia di Papua.
Sebuah fakta yang menarik bagi saya karena di pulau yang relatif kecil dan berjarak jauh dari daratan besar Pulau Papua terdapat banyak spesies endemik. Kalau saja saya berkesempatan mengunjungi Waigeo lebih lama. Apabila kita berdiri di ujung dermaga pada sore hari dan mengamati ke arah pulau, kita akan dapat menyaksikan dengan jelas burung-burung yang bermain di antara pohon-pohon besar di tengah pulau. Jenis-jenis paruh bengkok seperti Kakak tua dan nuri adalah yang paling sering kita lihat.
Selain itu ada juga dari jenis paruh besar seperti rangkong dan jenis burung-burung pemakan buah lain. Dari sekian banyak jenis burung yang hidup di Waigeo, yang paling membuat saya penasaran adalah cenderawasih khas Pulau Waigeo, Wilson's bird of paradise (cicinnurus respublica). Berukuran kecil sampai dengan 21 cm saja. Burung jantan berwarna merah dan hitam dengan jubah kuning di leher, paruh hijau muda, kaki biru dan dua buah bulu ekor berwarna ungu. Sedangkan burung betina berwarna kecoklatan dengan mahkota biru. Ah, sayang, selama kunjungan kami yang singkat ini kami tak berkesempatan melihat burung surga itu.
Hutan di belakang resort tempat kami menginap masih cukup lebat. masih memungkinkan bagi saya untuk melihat-lihat kehidupan asli panghuni hutan kepulauan. Beberapa jenis kadal dan biawak besar kecil dengan mudah saya temui. Varanus salvadori adalah salah satu yang saya temui di halaman belakang resort. Biawak dengan panjang hampir satu meter itu sedang asik mengorek-orek sampah organik hutan untuk mencari makan. Sepengetahuan saya biawak jenis salvadori ini dapat mencapai panjang 2,5 meter.
Penyebaran biawak jenis ini adalah di wilayah Kepala Burung dan Kepulauan Raja Ampat, Fakfak dan Kaimana, hingga bagian Selatan Pulau Papua. Biawak yang bermotif cantik ini biasa memakan mamalia kecil, telur, burung dan biawak lain dari jenis yang lebih kecil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengamati perikehidupan hewan di habitatnya langsung merupakan kesenangan tersendiri bagi saya. Dan Pulau Waigeo memberikan saya pengalaman baru mencermati kehidupan mereka.
Komentar Terbanyak
PHRI Bali: Kafe-Resto Putar Suara Burung Tetap Harus Bayar Royalti
Traveler Muslim Tak Sengaja Makan Babi di Penerbangan, Salah Awak Kabin
Kronologi Penumpang Lion Air Marah-marah dan Berteriak Ada Bom