Adalah masyarakat dari Suku Moi, suku asli penduduk Sorong yang menghuni Desa Makbon. Dalam tatanan administrasi, Makbon sendiri merupakan distrik yang masuk dalam wilayah Kabupaten Sorong. Kondisinya yang sunyi jauh dari keramaian, membuat masyarakat Makbon hidup dalam kedamaian dan keramahtamahan. Dan menurut sumber yang kami terima, Warga Suku Moi memang terkenal ramah.
Kehadiran kami di pantai Makbon adalah untuk menyeberang ke Pulau Um. Seorang Bapak dengan senyumnya menyapa kami. Laki-laki bernama Wenna Pa itu dengan senang hati menjawab segala pertanyaan kami tentang wilayah Makbon dan Pulau Um. Menurutnya, sejak dulu masyarakat di Makbon hidup damai, berdampingan dengan suku-suku lain di wilayah pantai utara, dan selalu menerima tamu dengan tangan terbuka. Begitu pula yang mereka tunjukkan kepada kami. Baru saja kami tiba, kami sudah merasa akrab dengan banyak warga disini.
Selain menangkap ikan di laut, masyarakat Makbon juga hidup berkebun. Di sepanjang jalan yang kami lalui sebelum kami memasuki Desa Makbon, kami melihat kebun-kebun yang tertata rapi. Tampak sekali bahwa masyarakat Makbon telah dapat bercocok tanam dengan baik. Hasil perkebunan mereka adalah sayuran, umbi dan beberapa jenis buah-buahan seperti pisang, rambutan, langsat, durian dan matoa.
Desa yang berada persis di sisi dalam sebuah teluk itu terletak memanjang sejajar dengan garis pantai. Beberapa longboat yang terbuat dari kayu dengan motor tempel tampak terparkir rapi di pesisir pantai. Sebuah lapangan yang menurut pendapat saya adalah lapangan parkir kendaraan dan sebuah gazebo berdiri di salalh satu sudut pantai. Tampak sekali bahwa Makbon telah menjadi salah satu tempat kunjungan wisata bagi masyarakat Sorong dan sekitarnya. Jalan-jalan aspal di dalam lingkungan perumahan
Tertata rapi dengan susunan bangunan rumah penduduk yang teratur. Sebuah desa yang tertib tentunya. Diantara sekian banyak longboat yang ada, kami memilih perahu milik Pak Wenna yang memang sejak kedatangan kami telah menemani kami berbincang-bincang. Pak Wenna mengantarkan kami ke Pulau Um. Pulau yang berjarak setengah jam berperahu motor 25 PK yang menjadi tempat bermain anak-anak dari Desa Makbon. Pantas saja, sejak kedatangan kami tadi, kami tak banyakmelihat anak-anak bermain seperti di desa-desa pantai lainnya. Ternyata dengan menggunakan perahu dayung mereka menyeberang ke Pulau Um dan menghabiskan waktu bermain di sana. Kamipun dengan senang hati turut bermain bersama mereka, hingga sore hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Komentar Terbanyak
Bus Pun Tak Lagi Memutar Musik di Perjalanan
Ogah Bayar Royalti Musik, PO Bus Larang Kru Putar Lagu di Jalan
Takut Bayar Royalti, PO Haryanto Ikut Larang Kru Putar Lagu di Bus