Β
Kembali ke adegan saya yang masih tertegun menikmati pemandangan danau Ranau yang indah itu, setelah saya mengucap "Waaa bagusnyaaaaa", tiba-tiba terasa ada yang menarik-narik bagian bawah kaos saya. Ternyata itu tangan kecil yang masih terus menarik-narik kaos saya hingga saya mengalihkan pandangan kepadanya. Nampak seorang anak lelaki berperawakan kurus, dengan kemeja berwarna jingga yang sudah sedikit memudar. Usianya mungkin sekitar 8 atau 9 tahun. Rambutnya lurus berpotongan batok, berwarna coklat kemerahan seperti rambut jagung. Dia tersenyum lebar membuat gigi-giginya yang putih nampak dari dalam mulutnya. Belum sempat saya berkata apa-apa, kembali tangan kecilnya menarik kaos saya, dan satu tangannya lagi menunjuk ke arah danau Ranau. Sambil berteriak-teriak dan terus menunjukkan jarinya di horison sepanjang danau.
Β
Anak itu tidak berkata apa-apa, karena ia seorang tuna wicara. Usahanya sungguh keras menarik perhatian saya, tanpa satu kata pun terucap dari mulut mungilnya. Saya berlutut di sampingnya, dan menyimak lenguhan yang seolah-olah tanpa arti. Tapi saya tahu, dia sedang berusaha menjelaskan keindahan danau Ranau miliknya. Menunjuk dari ujung hingga ujung, dengan wajah berseri-seri dan mata bebinar. Saya merasa trenyuh saat itu, saya ingin merespon, namun saya bingung bagaimana mengungkapkannya. Dua jempol tangan saya pun saya acungkan ke hadapannya, sambil berkata "Iya, danaunya bagus ya". Ia pun meloncat kegirangan dan mengacungkan kedua jempolnya meniru apa yang saya lakukan. Ia berlari ke kawan-kawannya, masih sambil mengacungkan kedua jempolnya dan tertawa-tawa, seakan ia telah berhasil menyampaikan rasa hatinya kepada saya.
Β
Ya Tuhan, saya ingin menangis saat itu. Betapa ia yang kesusahan bicara, sangat bangga terhadap keindahan danaunya, dan jauh lebih bangga lagi ketika berhasil menceritakan itu kepada pengunjung seperti saya. Malu rasanya hati ini yang selama ini cuma bisa mengeluh, komplain, bahkan mengucap syukur atas negeri ini pun jarang. Selama ini kita semua terlalu silau tentang ibukota kita. Semua lampu disorot ke sana. Padahal, coba buka mata lebar-lebar, Indonesia bukan cuma Jakarta. Sudahkah kita mengucap syukur atas negeri yang elok ini?








































.webp)













 
                     
             
                 
				 
		         
		         
		         
  
  
  
  
  
  
 
Komentar Terbanyak
Fadli Zon: Banten Sudah Maju dan Modern Sebelum Bangsa Eropa Datang
Kata Jokowi soal Whoosh Bikin Rugi: Itu Investasi
Whoosh Diterpa Dugaan Korupsi, KPK: Pengusutan Tidak Ganggu Operasional