Tanah yang subur ditandai dengan luasnya hamparan sawah milik warga dan letaknya yang dekat dengan Sungai Ciwulan. Kampung Naga berada di daerah lembah yang dikelilingi oleh hutan-hutan dengan lahan seluas satu setengah hektar, sebagian besar digunakan untuk pemukiman, pekarangan, kolam, dan selebihnya digunakan untuk pertanian sawah yang dipanen satu tahun dua kali. Letaknya tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan kota Garut dengan kota Tasikmalaya. Dari Garut bisa ditempuh dengan jarak 26 kilometer dan dari Tasikmalaya jaraknya kurang lebih sejauh 30 kilometer.
Kehidupan di Kampung Naga sangat sederhana dan bersahaja. Para penduduknya masih berpegang teguh pada kepercayaan yang dibawa sejak nenek moyang mereka. Walaupun para penduduknya mengaku beragama Islam, tetapi bisa dikatakan sedikit berbeda karena pengaruh adat-adat itu masih sangat kental. Mereka percaya dengan menjalankan adat-adat yang berlaku, mereka dapat menghormati para leluhur mereka. Tata letak Kampung Naga ini sangat menarik dan terlihat tertata dengan teratur, ini disebabkan oleh adanya aturan-aturan adat yang mengatur tentang cara pembangunan suatu rumah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kampung Naga juga mempunyai kesenian tersendiri yang merupakan warisan dari leluhur mereka, seperti terbangan, angklung, beluk, dan rengkong. Namun disayangkan kesenian Rengkong pada saat ini sudah tidak dikenal lagi oleh generasi muda di Kampung Naga. Masyaarakat Kampung Naga menganggap tabu jika mengadakan pertunjukkan kesenian yang berasal dari luar Kampung Naga seperti Wayang Golek, Ketoprak Humor, dan lain sebagainya . Namun bagi para warga yang hendak menonton kesenian-kesenian tersebut diperbolehkan untuk menontonnya karena dipertunjukkan di luar wilayah Kampung Naga. Penduduk Kampung Naga ini tidak tertutup dengan masyarakat luar, maka dari itu Kampung Naga ini bisa menjadi obyek wisata budaya dan tradisional. Para petinggi di Kampung Naga juga terbuka untuk menyambut para pendatang yang ingin lebih tahu tentang lingkungan mereka. Kepercayaan mereka tidak berpengaruh walaupun berbagai macam pendatang datang ke wilayah mereka dan melakukan interaksi dengan mereka. Sekian dan terima kasih. Bravo Pariwisata Indonesia!!!
(travel/travel)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!