Taman Nasional Meru Betiri menghadirkan pengalaman traveling yang tak biasa, bahkan membuat jatuh cinta pada pandangan pertama. Seperti apa kisahnya?
Pantai Pulau Merah, Teluk Ijo, Pantai Sukamade adalah sederatan nama pantai nan indah yang tersohor dan masuk dalam kawasan taman nasional Meru Betiri.
Dulu saya pernah bermimpi untuk dapat berkunjung ke berbagai Taman Nasional yang ada di Indonesia. Mimpi itu bermula dari kunjungan pertamaku ke Taman Nasional Merubetiri (TNMB).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kunjungan tak biasa itu berhasil membuatku selalu rindu dan ingin tau akan exsotisme tiap taman nasional. Bagiku Taman Nasional Meru Betiri sangatlah menarik. Daya pikatnya tersebar di setiap sudut.
Taman Nasional Meru Betiri dan Harimau Jawa
Taman nasional dengan kondisi alam yang bervasiasi ini membuat ekosistem di dalamnya cukup lengkap. Bahkan disinyalir menjadi habitat terakhir Harimau Jawa yang katanya punah.
Jika dilihat dari luas kawasan hutan yang mencapai 58.000 ha (wikipedia.org), memang Meru Betiri merupakan rumah yang pas untuk sang karnivor yang menempati urutan pertama dalam rantai makanan ini. Karena luas hutannya dan tipe vegetasi yang didominasi oleh hutan hujan tropic membuat ketersediaan makanan melimpah (seperti babi hutan dan rusa) untuk sang raja hutan.
Taman Nasional Meru Betiri memanglah potongan surga yang tercecer dan jatuh di wilayah Banyuwangi (Sukamade) dan Jember (Bandealit). Keindahannya berkilau dari tiap jengkalnya dan saya salah satu orang yang beruntung pernah berkunjung dan menetap selama sepekan.
Jatuh Cinta Sejak Kunjungan Pertama
Kunjungan pertama di Sukamade ketika saya mengikuti kegiatan Merubetiri Servise Camp (MBSC). Kegiatan yang sangat menarik dan memberiku banyak ilmu tentang konservasi.
Salah satu ilmu yang kudapat adalah tentang perhitungan cadangan karbon. Secuil ilmu yang dikemudian hari dapat membawaku untuk berkunjung lagi di kawasan Sukamade yang lebih dikenal dengan habitat penyunya.
Bagi saya berkunjung ke Sukamade adalah salah satu anugrah yang kudapat dengan kenikmatan yang berlipat. Kenikmatan Sukamade tersaji sedari awal perjalanan.
Perjalanan panjang menembus hutan belantara dengan jalan makadam berkontur rapat. Medannya ekstrim dengan melintasi punggungan yang sangat licin bila hujan. Kendara tipe 4WD, truk atau sejenisnya adalah moda transportasi yang mumpuni untuk dapat melintasinya.
Selain medannya yang terjal, terdapat sungai yang harus dilewati dan ketika hujan akan memutus akses transportasi Sukamade. Selain kenikmatan jalannya yang bergoyang, sajian hutan hujan tropis dengan vegetasi yang bervariasi akan menemani.
Diawali dengan hamparan perkebunan kakao dan kopi yang terhampar luas memadati zona rehabilitasi. Dilanjutkan dengan hutan belantara dengan pohon berdiameter besar berkanopi lebar mengiringgi perjalanan menuju Sukamade.
Penghitungan Cadangan Karbon di Sukamade
Kala itu, selama sepekan lamanya saya berserta teman seperjalan melakukan perhitungan cadangan carbon tersimpan yang ada di kawasan Sukamade. Penghitungan cadangan karbon dilakukan di zona rehabilitasi, zona pemanfaatan, zona perlindungan dan zona rimba.
Dalam tiap zona kami mengukur biomasa pohon, biomasa seresah, dan biomasa tanah. Kami hanya mengambil satu plot dalam tiap zona yang digunakan sebagai sampel dengan mengadopsi motede analisis vegetasi dengan metode kuadran.
Pengamatan penyu di Pantai Sukamade
Selain melakukan perhitungan cadangan karbon, kami juga mengamati penyu. Tiap malam kami ikut petugas taman nasional ke garis pantai, dan kemudian mencatat jenis penyu dan diameter cangkang yang datang dan bertelur di garis pantai Sukamade. Telur-telur yang telah ada kemudian dibawa ke penangkaran yang lekatnya tak jauh dari garis pantai.
Selanjutnya telur tersebut akan disimpan dalam bak pasir. Kemudian setelah telur menetas, para tukik (anak penyu) yang sudah agak besar dan dirasa siap akan dilepaskan ke pantai. Konon tukik yang dilepas dan berhasil selamat ketika dewasa akan bertelur ke tempat mereka dilepaskan.
Pengalaman berkunjung dan berkegiatan di Sukamade memanglah cerita manis yang menolak untuk dilupakan. Ada banyak hal yang saya pelajari dari itu semua.
Dari perjalanan panjang melelahkan yang disambut sajian manis nan eksotis dari belantara hutan diujung kota pulau Jawa. Dari keragaman hayati yang membetuk satu ekosistem yang saling berkaitan dan mempengaruhi.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum