Wae Rebo adalah sebuah desa tradisional cantik di NTT. Desa yang masih menjaga adat dan tradisi ini bisa dikunjungi saat pandemi. Kangen nggak traveler?
Tahukah traveler? Saat ini Desa Wae Rebo telah dinyatakan oleh UNESCO sebagai warisan budaya pada tahun 2012. Desa Wae Rebo merupakan destinasi favorit di Labuan Bajo, bahkan menjadi ikon selain pulau Padar.
Ada beberapa traveler menjadikan Wae Rebo menjadi bucketlist mereka. Keindahannya membuat candu bagi para petualang dari berbagai penjuru daerah, bahkan mancanegara.
Dengan ciri khas 7 rumah kerucut dan suasana alam yang asri, adat dan budaya Wae Rebo membuat daya tarik tersendiri. Namun di masa pandemi, berlakunya PPKM membuat seluruh objek wisata terkena dampaknya.
Di Wae Rebo sebelum pandemi, info dari travel guide biasanya dikunjungi ribuan orang, kini hanya ratusan saja. Sempat tidak menerima wisatawan, namun akhirnya pada akhir September 2020, desa Wae Rebo telah dibuka kembali.
Untuk ke desa Wae Rebo, biasanya para traveler menggunakan jasa opentrip. Namun selain itu, untuk menuju Wae Rebo bisa menggunakan sewa motor atau pun mobil dari Labuan bajo, dimana diperlukan waktu sekitar 3-4 jam jika melalui Lambor dan 5-6 jam melalui Ruteng.
Kedua rute tersebut memang lebih cepat jika melalui Lambor, namun kondisi jalan cukup menantang jika memilih melalui Lambor, sehingga banyak traveler menggunakan jalur Ruteng.
Pemberhentian terakhir sebelum ke Wae Rebo adalah desa Denge. Desa denge adalah desa terakhir sebelum kita melakukan tracking ke desa Wae Rebo.
Dengan ketinggian 1200 mdpl, menuju Wae Rebo dari desa Denge diperlukan waktu 2-3 jam, tergantung kemampuan pendakian. Jalurnya sendiri tidak terlalu terjal. Bahkan saat ini jalur pendakian sedang diperbaiki menjadi batu cor. Banyak sekali pekerja berlalu lalang meletakkan batu untuk jalan menuju Wae Rebo.
Setelah sampai di Wae Rebo, traveler akan melakukan upacara adat dengan kepala adat. Sayangnya kegiatan ini tidak boleh difoto.
Kemudian traveler diarahkan ke tempat menginap di salah satu rumah kerucut. Di rumah kerucut ini mampu menampung 70 orang. Karena pandemi, saat itu hanya satu rumah saja yang ditempati wisatawan.
Fasilitas yang kita dapatkan di sini adalah makan malam dan sarapan pagi. Untuk biaya menginap cukup membayar Rp 325.000. Kebutuhan listrik akan dinyalakan hanya dari jam 6 sore sampai jam 10 malam saja.
Berikut ini adalah foto di desa Wae Rebo di sore hari dan di pagi hari. Meski agak sepi, namun tetap saja desa ini indah dengan pemandangannya.
(wsw/wsw)