D'TRAVELERS STORIES
Keindahan Bukit Bintang, Wahana Wisata Religi Probolinggo
Saat jadwal kantor tidak padat, saya dan teman-teman berkeinginan gowes sambil berwisata religi. Sebuah makam di Probolinggolah tujuannya.
Kami berempat bersepakat memilih sebuah obyek bernama Taman Wisata Religi Makam Mbah Wali Agung Raden Joyo Laksono atau masyarakat sekitar menyebut Bukit Bintang. Dari Kota Probolinggo, ada dua jalur menuju ke lokasi, pertama, Randu Putih, Taman Sari, Mangunharjo, Dringu, Tegal Rejo, dan Bukit Bintang, sementara jalur kedua, Gatot Subroto, Randu Panger, Dringu, Randu Putih, dan Bukit Bintang. Akhirnya, kami bersepakat berangka melalui jalur pertama, dan pulangnya pakai jalur kedua.
Sebab masih pagi dan selagi tenaga masih penuh, saya sengaja ambil jarak tempuh 10 km sekalian menikmati suasana persawahan dan pedesaan yang asri. Dan, jarak tempuh 7 km diambil saat pulang, dengan pertimbangan setelah capek berwisata ambil jarak pendek agar segera tiba di Probolinggo, dan beristirahat persiapan ibadah salat Jumat.
Pukul 07.00 WIB kami berangkat, dan setelah menempuh kurang lebih satu jam dengan jarak tempuh 8 km, kami berhenti di sebuah warung untuk membeli air mineral dan roti untuk penambah energi untuk perjalanan selanjutnya. Tetap dengan pemandangan persawahan nan indah ditambah kicauan suara burung bersautan, jalanan sedikit menanjak akhirnya kami tiba di lokasi wisata religi yang ditunggu-tunggu dengan total jarak tempuh di strava 10,5 km.
Biasalah, namanya perkiraan, selisih 0,5 km tidak masalah. Di depan gapura menuju area wisata terbaca tulisan Makam Gunung Pandek, pandek dalam bahasa Madura berarti pendek. Sekilas mata memandang, bukit tersebut tidak terlalu tinggi, bahkan menurut informasi dari penduduk sekitar berkisar 50 m dari permukaan air laut.
Selanjutnya, keindahan di sekeliling bukit bintang
Suasana mistis seketika sirna ketika pandangan kami arahkan ke sekeliling bukit bintang, dari utara tampak air laut membentang segaris dengan daratan membentuk fatamorgana, mengirimkan angin laut mengenai daun pepohonan bukit seakan meninabobokan kami setelah menempuh perjalanan cukup melelahkan. Setelah meminta ijin dengan Juru Kunci Makam, kami berempat mulai memasuki area pemakaman para tokoh yang dimakamkan di Taman Wisata Religi Makam Mbah Wali Agung Raden Joyo Laksono.
Sebelum berkeliling, kami singgah di masjid yang tersedia di area wisata religi untuk mengambil air wudlu sembari mendoakan para leluhur yang telah wafat. Di depan Masjid disediakan kamar mandi umum yang bersih dan terawat yang disiapkan bagi para pengunjung yang ingin mandi atau buang air kecil.
Sama seperti situasi di luar gapura, di sekitar pemakaman tertanami beragam pepohonan tidak terlalu rindang namun cukup menyejukkan suasana di bawahnya. Dari sela-sela batang pohon pengunjung masih dapat melihat suasana luar seperti laut, pegunungan, serta bukit-bukit dari dalam pemakaman.
Selain masjid, di tengah-tengah area pemakaman berdiri satu bangunan yang di teras depan, samping, dan belakang terdapat makam-makam kecil tanpa nama. Setelah saya mendekat di dalam bangunan tersebut makam sang tokoh Mbah Wali Agung Raden Joyo Laksono.
Waktu telah menunjukkan menjelang pukul 10, kemudian kami bersiap-siap untuk kembali ke Probolinggo, dan sesuai rencana kami melalui jalur kedua yang telah disepakati sebelum berangkat. Hari itu, kami merasa fresh kembali terutama setelah menyaksikan keindahan alam anugerahNya, sembari berjanji dalam hati untuk selalu merawat lingkungan alam di sekitar kita masing-masing.
Mungkin ada yang tertarik dengan wisata religi yang barusan kami singgahi, silakan teman-teman yang akan mencoba, selamat berwisata religi!
---
Artikel ini ditulis oleh pembaca detik Travel, Wahyu Prihartanto. Traveler yang hobi berbagi cerita perjalanan, yuk kirim artikel, foto atau snapshot kepada detikTravel di d'Travelers. Link-nya di sini