Perjalanan kali ini berada tak jauh dari lokasi air terjun Maughai. Sesampainya di penghujung jalan semenisasi yang melintasi sisi kanan kantor Camat Kuantan Mudik, akan bersua dengan pertigaan jalan tanah kemudian belok ke kanan.
Jalan ini merupakan salah satu project pemerintah sebagai jalan penghubung melalui kawasan hutan lindung Bukit Betabuh berujung di Sungai Tangontan berseberangan dengan Padang Alai, Desa Aur Duri yang biasa digunakan untuk bumi perkemahan Pramuka.
Menuju lokasi akan melintasi perkebunan sawit dan karet. Karet? Emang masih ada? Masih dong, meskipun harganya saat ini sangat jauh berbeda dengan 10 tahunan lalu, namun tetap menjadi penopang perekonomian warga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kami berangkat pukul 09.00 WIB dari Desa Seberang Pantai dan bertemu dengan beberapa petani karet yang baru pulang. Biasanya petani karet berangkat pagi sekitar pukul 06.00 WIB bahkan sebelum matahari terbit, sebab getah karet lebih banyak di pagi hari.
Lantas kemana kita akan berlabuh? Adalah air terjun Jambu Layu, yang pernah eksis di era generasi 90-an namun sekarang sepertinya mulai jarang pengunjung. Sebab kalah populer dengan destinasi wisata air terjun yang baru di wilayah Kecamatan Kuantan Mudik dan Hulu Kuantan.
Lebih kurang 1 kilometer dari pertigaan semenisasi, perhatikan terdapat tumbuhan resam atau biasa disebut paku andam menyerupai lorong dikiri jalan sampailah di lokasi parkir air terjun Jambu Layu, tepatnya di area perkebunan karet warga.
Menapaki jejak di jalan setapak, dengan menuruni lereng tanah hingga sampailah ke Air Terjun Jambu Layu. Takjub melihat keindahan air terjun ini, air masih jernih dan dingin meskipun undakan/pancuran mini namun memiliki area kolam pemandaian yang cukup luas.
Pengunjung dapat terjun dari puncak ketinggian 2 meter. Segar banget airnya!
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Ada Apa dengan Garuda Indonesia?