Berkunjung ke Taipei, Taiwan tidak akan lengkap kalau tidak mengunjungi National Palace Museum (NPM) atau dalam bahasa Mandarin disebut Guoli Gugong Bowuyuan. Museum ini sendiri menyimpan kurang lebih 700.000 koleksi yang terdiri dari lukisan kuno, bejana kuno, keramik dan berbagai karya seni lainnya yang telah berumur ribuan tahun.
Banyak barang koleksi NPM ini dulunya merupakan barang-barang yang dipakai maupun koleksi dari para kaisar dinasti Ming maupun dinasti Qing, dua dinasti terakhir China, yang ada di Istana Kota Terlarang Beijing.
Museum ini luasnya sekitar 80 hektare yang terdiri atas dua gedung pameran dan taman. Karena luasnya yang cukup terbatas, dari total sekitar 700.000 koleksi, hanya sekitar 6.000 koleksi yang bisa ditampilkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut laman websitenya, National Palace Museum (NPM) berdiri pada 10 Oktober 1925.
Dinasti Qing runtuh setelah terjadi revolusi Xinhai pada 10 Oktober 1911. Saat itu, China mulai masuk ke masa masa perjuangan untuk membentuk Republik China (Republik of China/ROC). Republik of China (ROC) yang kala itu dipimpin oleh Partai Kuomintang merupakan pemerintahan yang sah dan berkuasa penuh atas daratan China.
Menyadari akan pentingnya benda benda bersejarah di Istana Kota Terlarang Beijing, pemerintah ROC merasa perlu membuat suatu lembaga maupun tempat yang bertugas mengawasi barang barang kuno tersebut.
Di sisi lain, Republik China juga telah meminta kepada pihak keluarga Kaisar Puyi, kaisar terakhir dinasti Qing, untuk meninggalkan Istana Kota terlarang di Beijing.
Pada sekitar 1931, Jepang memulai agresi militernya ke Tiongkok bagian utara. Mendengar kabar tesebut, NPM mulai bersiap untuk mulai mengemas dan memindahkan berbagai koleksi yang ada di Istana Kota Terlarang untuk diselamatkan ke Shanghai. Ada sekitar 13.427 kontainer dan 64 paket yang dikirim dalam lima tahap pengiriman.
Pada 1936, setelah situasi cukup stabil, koleksi koleksi tersebut akhirnya dipindahkan ke Nanjing yang merupakan ibu kota Republik China saat itu. Naas, pada 1937 terjadi insiden Jembatan Marco Polo yang memaksa pihak NPM untuk memindahkan koleksinya ke Sichuan secara bertahap.
Gelombang perang yang terus melanda China mencapai puncaknya pada pada tahun 1949, dengan Partai Komunis China yang dipimpin oleh Mao Zedong berhasil memenangkan perang saudara di daratan China serta mendirikan Republik Rakyat China (RRT) dengan Beijing sebagai ibu kota negara.
Presiden Republik China saat itu, Chiang Kaiβshek, terpaksa melarikan diri ke Taiwan dan melanjutkan pemerintahan ROC di pulau seluas 36,197 kmΒ² tersebut. Kemelut politik yang terjadi memaksa pihak NPM untuk sekali lagi memindahkan koleksinya ke Taiwan.
Bangunan NPM yang ada sekarang ini merupakan bangunan yang dibangun pada sekitar 1967-1969 dengan gaya aristektur khas istana di China. Museum ini sendiri berada di Jalan Zhishan Section 2 No 221, Distrik Shilin Kota Taipei. Di daerah perbukitan sekitar kota Taipei.
Daerah ini dipilih konon karena di belakang museum ini ada bukit yang merupakan brankas penyimpanan koleksi koleksi NPM. Kendati lokasinya cukup jauh pusat kota, namun traveler masih dapat naik angkutan umum untuk dapat menjangkau museum ini
Dari stasiun MRT Shilin kita bisa naik bus no R30 yang tepat berhenti di depan Gedung Pameran Utama. Saat berkunjung ke sana pada awal Mei 2023, hanya satu gedung pameran saja yang di gunakan.
Gedung pameran yang kedua tampaknya sedang direnovasi. Untuk tiket masuk ke meseum ini yaitu 350 NTD (atau sekitar Rp 180.000,00 ).
Untuk jam bukanya dari Selasa sampai Minggu dari jam 09.00 sampai 17.00. Jika berkunjung kesana jangan lupa untuk meminjam audio guide yang bisa disewa dengan harga 150 NTD sehingga kita bisa mengetahui lebih dalam sejarah koleksi koleksi yang ada di NPM.
Dalam gedung pameran NPM kita akan disuguhi berbagai macam benda koleksi berharga. Di lantai pertama terdapat berbagai tema pameran diantaranya Compassion and Wisdom: Religious Sculptural Arts yang menampilkan berberapa patung Budha serta kitab Sutra berusia ribuan tahun.
Kemudian, ada ruangan yang bertema Splendors of the Biblioteca Apostolica Vaticana and Rare Books from the Ming and Qing Imperial Libraries yang menampilkan koleksi koleksi alkitab tua. Pada lantai kedua museum ini, kita bisa melihat koleksi keramik kuno yang dulunya tersimpan di istana Terlarang kota Beijing.
Selain itu, terdapat koleksi berharga yaitu keramik yang merupakan koleksi Raja Kangxi, Yongzheng and Qianlong yang merupakan raja dari dinasti Qing. Di lantai 2 ini juga tersimpan koleksi kaligrafi puisi Tiongkok kuno yang dituangkan dengan latar belakang pemandangan indah khas China kuno.
Di lantai ketiga kita dapat menemukan berbagai koleksi bejana tembaga yang dulunya digunakan sebagai sarana ritual. Mao Gong Ding merupakan salah satu bejana tembaga yang sangat berharga yang ada di NPM ini. Di bejana tembaga ini kita dapat melihat gambar gambar piktograf yang merupakan cikal bakal aksara han yang kita kenal sekarang.
Jika beruntung traveler dapat pula menyaksikan koleksi giok yang diukir mirip seperti sawi putih atau dalam bahasa Mandarin disebut Cuiyu Baicai. Giok sawi putih ini sangat populer di kalangan warga China daratan. Sebelum pandemi covid 19, banyak turis dari daratan China datang ke Taiwan untuk melihat giok sawi putih ini.
Orang China menyukai giok sawi putih karena dalam Bahasa Mandarin baicai selain berarti sawi putih juga berhomofon dengan kata yang artinya seratus kekayaan. Karena giok sawi putih ini sangat terkenal, pihak NPM menjadikanya ikon museum ini serta di adaptasi menjadi berbagai pernak pernik yang dapat kita beli sebagai oleh oleh. Selain Giok Sawi Putih, ada juga Giok Daging, giok yang diukir mirip sekali dengan daging.
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan