Sempat Raib 23 Tahun, Catatan Tangan Imam Bonjol Muncul di Payakumbuh

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Sempat Raib 23 Tahun, Catatan Tangan Imam Bonjol Muncul di Payakumbuh

Dedy Rahmat Nurda - detikTravel
Senin, 23 Okt 2023 20:05 WIB
loading...
Dedy Rahmat Nurda
Diantara naskah kuno tulisan tangan yang dipamerkan
Naskah tulisan tangan asli Tuanku Imam Bonjol
Satu manuskrip yang berisikan simbol
Ruang pameran yang megah
Naskah kuno dan foto mesjid bersejarah
Sempat Raib 23 Tahun, Catatan Tangan Imam Bonjol Muncul di Payakumbuh
Sempat Raib 23 Tahun, Catatan Tangan Imam Bonjol Muncul di Payakumbuh
Sempat Raib 23 Tahun, Catatan Tangan Imam Bonjol Muncul di Payakumbuh
Sempat Raib 23 Tahun, Catatan Tangan Imam Bonjol Muncul di Payakumbuh
Sempat Raib 23 Tahun, Catatan Tangan Imam Bonjol Muncul di Payakumbuh
Payakumbuh -

Sempat hilang secara misterius selama puluhan tahun, sebuah naskah kuno (manuskrip) yang merupakan catatan tangan asli Tuanku Imam Bonjol muncul di Payakumbuh.

Catatan itu merupakan tulisan tangan asli dari Imam Bonjol, seorang tokoh pahlawan nasional yang bertempur melawan penjajahan kolonial Belanda lebih dari satu abad lalu. Tulisan itu dipamerkan ke khalayak ramai di Payakumbuh, Sumatera Barat.

Suasana di GOR kebanggaan warga Kota Payakumbuh hari itu, Minggu (15/10), agak berbeda dari pekan-pekan biasanya. Di tengah hiruk-pikuk kerumunan warga yang lalu lalang santai sambil melakukan berbagai aktivitas olahraga, terlihat beberapa kelompok masyarakat pengunjung yang berpenampilan formal dan rapi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka berkumpul di aula gelanggang olahraga terbesar di kota yang berjuluk Kota Rendang tersebut. Ternyata di hari itu tengah dipamerkan catatan tangan asli dari Tuanku Imam Bonjol.

Tulisan tangan itu merupakan naskah asli satu-satunya dari tokoh yang terlibat dan memimpin langsung perlawanan kepada pemerintah kolonial Belanda pada sebuah perang besar yang dikemudian hari dikenal sebagai Perang Paderi (1821-1837).

ADVERTISEMENT

Naskah kuno yang pernah hilang selama 23 tahun itu, akhirnya ditemukan kembali di tahun 2014. Tulisan itu dipamerkan dalam sebuah pagelaran bertajuk "Pameran Naskah Kuno (Manuskrip) Tuanku Imam Bonjol, Menuju Memori Kolektif Dunia" di GOR M Yamin Kota Payakumbuh.

Naskah ini merupakan naskah yang terpenting yang mampu menggambarkan bagaimana suasana Perang Paderi di tanah Minangkabau di awal abad ke-19 lalu, langsung dari keterangan pelaku sejarahnya sendiri.

Naskah Tambo Tuanku Imam Bonjol yang dipamerkan ini merupakan naskah tunggal (codex unicus) yang sudah ditetapkan sebagai Ingatan Kolektif Nasional oleh Perpustakaan nasional Republik Indonesia.

Naskah asli yang terlihat sudah lapuk termakan usia ini, ditulis oleh Tuanku Imam Bonjol sendiri) dan dibantu oleh putranya yaitu Naali Sutan Caniago selama pengasingan dan pembuangannya di tanah Manado, Sulawesi Utara setelah kekalahannya dalam mengobarkan perang melawan penjajah Belanda.

Secara umum, naskah ini berisi ringkasan sejarah Perang Paderi dan gambaran tentang bagaimana keadaan kehidupan di Minangkabau abad ke-19 pada masa perang bergolak.

Teks dalam naskah yang terlihat cukup tebal tersebut terdiri atas 3 bagian, yaitu tentang memoar Tuanku Imam Bonjol dan Naali Sutan serta dilengkapi dengan tambahan notulen dua rapat yang diadakan di dataran tinggi Minangkabau pada 1865 dan 1875, yang artinya rapat-rapat yang dilaksanakan setelah berakhirnya perang.

Manuskrip asli Tuanku Imam Bonjol ini pernah hilang dan tidak diketahui keberadaannya selama 23 tahun. Terakhir kali, teks ini dipamerkan pada Festival Istiqlal pertama di Jakarta tahun 1991, namun setelah gelaran tersebut, tidak diketahui lagi keberadaan naskah kuno yang sangat langka dan berharga tersebut.

Tetapi bersyukur akhirnya, setelah dilakukan pemilahan arsip-arsip lama, naskah tersebut justru ditemukan kembali di Kantor Gubernur Sumattera Barat pada 2014.

Sebagai tambahan untuk diketahui, ternyata selain naskah yang dipamerkan di Payakumbuh ini, ternyata juga masih terdapat naskah-naskah kuno lainnya yang juga diyakini sebagai peninggalan Tuanku Imam Bonjol yang saat ini disimpan oleh kerabat-kerabat keturunan beliau di tanah asalnya di Pasaman, yaitu dirumah Ali Usman Datuak Buruak di kampung Campago Bonjol, Pasaman.

Namun sayangnya, dari keterangan yang didapat dari penyelenggara pameran, naskah-naskah ini kurang terawat dan tidak memenuhi standar penyimpanan dokumen yang bersifat koleksi langka.

Naskah-naskah berharga ini hanya ditumpuk begitu saja di bawah tempat tidur. Di antara naskah-naskah penting itu di antaranya adalah berupa surat permintaan izin dari pihak Bank Indonesia kepada ahli waris untuk memakai gambar Tuanku Imam Bonjol pada mata uang pecahan lima ribu rupiah.

Selain itu, juga terdapat surat izin dari TNI untuk memakai nama Tuanku Imam Bonjol untuk nama kapal perang, yang saat ini dikenal sebagai KRI Imam Bonjol.

Semoga ke depannya, kelestarian aset-aset bersejarah dapat lebih mendapatkan perhatian serius dari pemerintah untuk diwariskan kepada anak cucu kita kelak, agar generasi mendatang dapat tetap memahami akar sejarah bangsanya sendiri.

Hide Ads