Ini Stasiun Lambuang, Pusat Wisata Kuliner Terbesar di Sumbar

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ini Stasiun Lambuang, Pusat Wisata Kuliner Terbesar di Sumbar

Dessy Liestiyani - detikTravel
Rabu, 17 Jul 2024 18:31 WIB
loading...
Dessy Liestiyani
Stasiun Lambuang tampak depan.
Salah satu area foodcourt Stasiun Lambuang.
Salah satu sudut terbuka Stasiun Lambuang.
Jembatan di Stasiun Lambuang.
Ini Stasiun Lambuang, Pusat Wisata Kuliner Terbesar di Sumbar
Ini Stasiun Lambuang, Pusat Wisata Kuliner Terbesar di Sumbar
Ini Stasiun Lambuang, Pusat Wisata Kuliner Terbesar di Sumbar
Ini Stasiun Lambuang, Pusat Wisata Kuliner Terbesar di Sumbar
Jakarta -

Ada pusat makan baru di Bukittinggi. Destinasi ini baru buka beberapa bulan.

Mungkin, karena menempati sebagian lahan bekas stasiun kereta api, maka pusat makan ini diberi nama Stasiun Lambuang. "Lambuang" sendiri merupakan Bahasa Minang yang berarti lambung/perut.

Tidak hanya namanya yang unik, penampilan Stasiun Lambuang pun cukup menarik karena terkesan modern, tanpa meninggalkan nuansa tradisional seperti gapura yang dibuat seperti rangka bagonjong (atap rumah khas Minangkabau serupa tanduk kerbau).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada pula pemilihan warna hitam, merah, dan kuning di jembatannya. Warna hitam, merah, dan kuning sendiri merupakan warna lambang adat tiga daerah di Minangkabau yang disebut Luak Nan Tigo.

Menempati lahan seluas 27.206 meter persegi, Stasiun Lambuang pun diakui sebagai pusat makan terbesar di Sumatera Barat.

ADVERTISEMENT

Belakangan saya mengetahui bahwa Stasiun Lambuang menjadi relokasi para pedangang kaki lima yang berjualan di food street Tugu Polwan sampai depan stasiun kereta api.

Area ini memang sudah lama menjadi salah satu pusat kuliner di malam hari. Suasana di Stasiun Lambuang ini asyik sekali.

Tidak seperti food court pada umumnya, Stasiun Lambuang mempunyai beberapa area duduk yang cukup banyak. Tidak hanya terpusat di satu area saja, tapi tersebar di beberapa tempat yang umumnya terbuka.

Apa lagi kala sore sampai malam hari, ketika udara sejuk Bukittinggi menambah kenyamanannya. Rata-rata, kios di Stasiun Lambuang ini memang beroperasi sore hari sekitar jam 16.00 WIB sampai tengah malam.

Namun sampai tulisan ini dibuat, belum semua kios makanan buka. Dari perhitungan saya, ada lebih dari 100 kios yang tersedia. Namun dilihat dari kios yang sudah memiliki nama, hanya 80 unit yang terisi.

Itu pun tidak semuanya buka. Meskipun belum semua kios buka, namun ragam makanan dan minuman yang tersedia menurut saya sudah cukup bikin bingung untuk menentukan pilihan.

Makanan tradisional seperti sate padang, lontong sayur, atau soto padang ada di sini. Jika mau makan berat seperti ampera atau nasi kapau, ada juga.

Mau makanan yang umum seperti nasi goreng atau ayam geprek, banyak pilihannya. Atau sekadar cemilan seperti kue-kue basah atau martabak, ada juga. Lengkap kok, walaupun tidak banyak.

Saya menggemari lontong sayur gulai daging cancangnya di sana. Menu seafood-nya di salah satu kios pun enak.

Tapi saya tidak pernah melewatkan kios kue-kue basahnya. Tidak cuma kue putu atau klepon yang bisa dikudap, tapi ada juga kacimuih, jajanan khas Minangkabau berupa parutan singkong dengan taburan kelapa.

Meskipun penampakannya modern, namun di Stasiun Lambuang saya masih menjumpai kios yang menjual samba (lauk) gulai ikan yang kaya rasa, seharga lima belas ribu rupiah.

Harga makanan dan minumannya memang terjangkau. Bahkan sekadar nongkrong bermodal mineral lima ribu rupiah dan kuaci yang bisa dibeli di kios warungnya, tidak akan diusir.

Selain itu, ada penampilan live band di jam-jam tertentu, bikin nongkrong semakin betah karena bisa karaoke-an.

Bagi saya, saat ini Stasiun Lambuang tak hanya menjadi salah satu pilihan tempat nongkrong murah meriah yang asyik di Buktitinggi, tapi keberadannya bisa menjadi salah satu ikon yang menampilkan wajah Kota Bukittinggi yang berbeda.

Hide Ads