Siang-siang Makan Rujak Maluku di Pinggir Pantai, Asoi Banget!

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Siang-siang Makan Rujak Maluku di Pinggir Pantai, Asoi Banget!

Darwance Law - detikTravel
Selasa, 27 Agu 2024 14:40 WIB
loading...
Darwance Law
Susana di Pantai Natsepa, Ambon.
Salah seorang ibu penjual saat sedang meramu rujak.
Irisan buah setelah bumbu diramu.
Satu prosi rujak narsepa dengan rasa khas buah pala.
Saya yang siap menyampat rujak yang segar.
Siang-siang Makan Rujak Maluku di Pinggir Pantai, Asoi Banget!
Siang-siang Makan Rujak Maluku di Pinggir Pantai, Asoi Banget!
Siang-siang Makan Rujak Maluku di Pinggir Pantai, Asoi Banget!
Siang-siang Makan Rujak Maluku di Pinggir Pantai, Asoi Banget!
Siang-siang Makan Rujak Maluku di Pinggir Pantai, Asoi Banget!
Jakarta -

Hari itu, cuaca Kota Ambon terbilang tak menentu. Saat kami keluar dari hotel tempat kami menginap, Ambon begitu menyengat, lantas sekonyong-konyong berubah mendung saat kami tiba di sebuah pantai nan indah.

Petrix, seorang kenalan yang menjadi driver sekaligus guide bagi kami bilang, pantai itu namanya Natsepa. Pantainya sangat indah dengan latar belakang sebuah perbukitan, di balik itulah Kota Ambon berada. Tapi, bukan karena kecantikan pantai ini yang membuat Petrix mengajak kami ke pantai ini, tapi karena ia ingin kami merasakan rujak yang katanya sangat khas di sini.

Seraya menunggu Mas Ibrahim yang sedang dalam penerbangan menuju Ambon, saya dan Mas Dwi pun berangkat terlebih dahulu ke Pantai Natsepa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Orang menyebutnya rujak natsepa, sama seperti nama tempatnya," ujar Petrix kepada kami.

Di bawah anomali cuaca yang membayangi Bumi Pattimura, Petrix membawa kami menuju Pantai Natsepa. Ambon yang aduhai, setiap sudutnya selalu menyajikan cerita. Daerah yang berbukit menghadap langsung ke sebuah teluk yang indah, rumah-rumah penduduk yang seolah menempel di Pundak-pundak dataran yang meninggi, serta cerita kelam yang pernah terjadi di sini.

ADVERTISEMENT

Tapi Petrix bercerita, mereka sudah lama melupakan itu semua. Sekarang mereka ingin hidup damai seraya terus berusaha membangun Maluku menjadi lebih baik.

Sekitar 20 menit kemudian, kami mulai memasuki jalan yang mulai sepi, jamaknya pemandangan yang kita lalui saat keluar dari sebuah kota menuju ke sebuah kabupaten. Rumah penduduk semakin jarang. Tak lama kemudian, tampak jalan yang semakin menepi, di sebelahnya ada lautan dengan air yang kehijauan tapi jernih. Di sepanjang tepian jalan, berjejer pondok-pondok yang sepertinya menjajakan makanan yang sama.

Beberapa pemiliknya melambai-lambaikan tangan ke arah mobil kami yang mulai berjalan perlahan. Di atasnya, awan kelabu bergelantungan. Gerimis menyambut kami di Pantai Natsepa.

"Inilah Pantai Natsepa, dan di pondok-pondok yang memanjang inilah orang-orang berjualan rujak natsepa. Ya, semuanya berjualan rujak natsepa," kata Petrix sebelum akhirnya membawa kami ke salah satu pondok.

Seorang ibu-ibu, pemilik pondok yang kami datangi, langsung meramu 3 porsi rujak yang kami pesan. Saya melihat dengan seksama proses itu.

Secara umum, ramuannya sama dengan rujak pada umumnya, taburan kacang dan gula aren yang dominan, beberapa biji cabai agar pedas, serta bumbu-bumbu lain seperti garam. Setelahnya, ada sejenis buah yang belum pernah saya lihat ada di rujak yang pernah saya makan, bahkan ini kali pertama saya melihat buah itu.

"Itu apa, Bu?" saya bertanya penasaran.

"Ini buah pala. Inilah yang membuah rujak di sini berbeda, ya karena buah pala ini," terang Ibu itu.

Setelah bumbu selesai diramu dengan cara diuleg, beraneka buah-buahan segar diiris, ada mangga muda, belimbing, kedondong, pepaya, bengkuang, mentimun, nanas, dan yang paling unik menurut saya adalah umbi-umbian. Tak lama kemudian, 3 porsi rujak pun selesai diramu.

Satu porsinya Rp 18.000- Rp 20.000 saja. Kami menikmati nikmatnya rujak natsepa seraya memandangi eloknya paras Pantai Natsepa itu sendiri. Rasanya tidak jauh berbeda dengan rujak pada umumnya, tetapi sensasi buah pala yang sudah menyatu dengan bumbu yang memberikan cita rasa berbeda.

Inilah ciri khas rujak natsepa di Ambon. Inilah sepenggal kisah saat saya pertama kali menginjakkan kaki di Ambon, sebuah tempat yang tak pernah terbayangkan sebelumnya pada akhirnya berhasil saya datangi.

Sebagaimana Sumenep yang pun belum pernah saya datangi, saya berharap bisa datang ke sana, mengeksplorasi alam, budaya, dan kulinernya yang konon tak kalah juara. Perjalanan di Sumenep pun akan saya tulis melalui kanal detikTravel yang selama ini menjadi tempat saya berbagi kisah-kisah perjalanan yang menarik. Semoga saya bisa datang dan memperkenalkan Sumenep yang eksotik ke banyak orang.

***

Yuk ikut menjelajah keindahan Sumenep dengan mengirim cerita perjalanan kamu. Klik di sini.

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Dream Destination 2024
Dream Destination 2024
121 Konten
Dream Destination Sumenep
Artikel Selanjutnya
Hide Ads