Melakukan perjalanan darat selama tiga hari melintasi tiga provinsi dan singgah di tiga kota berbeda. Mari simak kisahnya:
Petualangan ini menyenangkan banget dan harus dilakukan sekali seumur hidup. Pembangunan jalan tol di Pulau Jawa membuat waktu tempuh jadi lebih singkat.
Beberapa tempat istirahat bahkan punya pemandangan keren. Jelas saya penasaran dan ingin melakukan perjalanan darat dengan kendaraan. Jujur, saya rindu masa lalu. Dulu, ketika saya kecil, almarhum ayah suka mengajak pulang kampung ke Yogyakarta.
Melintasi daerah Pantai Utara atau Pantura. Menikmati bekal makanan yang disiapkan ibu di tepi sawah. Kerinduan saya akhirnya terobati.
Saya akan melintasi jalur tol di Pulau Jawa menuju Kota Cirebon, Kota Salatiga, dan Kota Surakarta. Memang jalurnya berbeda. Tetapi sensasi duduk di kursi "samping pak supir yang sedang bekerja" membuat saya gembira.
Tentu saja saya tidak sendiri. Saya pergi bersama dua orang teman. Kami mau bertualang. Menikmati makanan dan suasana kota yang berbeda dalam waktu singkat. Bisa dibilang perjalanan ini lumayan menantang.
Saya dan teman-teman harus mempersiapkan fisik. Perjalanan maraton tentu sangat melelahkan. Tetapi kami tidak sabar untuk memulainya. Hari Pertama Pukul 05.00 wib perjalanan dimulai dari Provinsi Banten. Hari masih gelap dan jalanan belum terlalu ramai.
Sambil menikmati perjalanan, saya dan teman-teman membahas makan siang. Makanan di Kota Cirebon enak-enak. Perlu kesepakatan supaya semua gembira. Begitu sampai di Cirebon, Provinsi Jawa Barat, kami langsung ke toko roti Rudy.
Puas membeli roti dan keripik sekarang langsung makan siang nasi jamblang Mang Dul yang ikonik. Wah, barisan lauknya benar-benar menggugah selera.
Sebenarnya mau langsung keluar dari Cirebon, namun waktu lewat Empal Gentong dan Empal Asem H. APud kok malah berhenti. Ya, sudah kami sharing porsi empal asam dan satainya.
Intinya perjalanan ini untuk mengobati rasa penasaran dan rindu. Perjalanan dilanjutkan dalam keadaan perut kenyang.
Selama perjalanan menuju Kota Salatiga, saya disuguhi hamparan lahan hijau, persawahan, dan gunung di kejauhan. Malam ini perjalanan berakhir di Kota Salatiga, Jawa Tengah.
Hari Kedua Mari berburu Gunung Merbabu!
Pagi-pagi sekali perjalanan sudah dimulai. Dipandu seorang teman yang tinggal di Kota Salatiga, kami menuju Kopeng. Jalannya tidak terlalu lebar dan berkelok-kelok. Udaranya itu loh, sejuk dan dingin.
Sayangnya, cuaca di sekitar Gunung Merbabu tidak bersahabat. Puncak Merbabu berpayung awan. Kecewa, tapi tidak boleh lama-lama. Lebih baik mencari bakso babat favorit warga Kota Salatiga. Letaknya di Jalan Sudirman.
Sampai warung langsung pesan semangkuk bakmi lengkap dengan bakso dan pangsitnya. Saya kaget waktu pesanan datang, pangsitnya besar. Isinya penuh dengan daging ayam cincang. Rasa bakminya lembut dan gurih. Saya makan dengan lahap.
Mumpung masih di Salatiga, mampir dulu di Kelenteng Hon Tek Bio. Bangunannya cantik sekali. Kelenteng ini dibangun tahun 1872. Sampai saat ini masih dipakai dan terawat dengan baik.
Menjelang pukul 12.00 WIB, perjalanan dilanjutkan menuju Kota Salatiga. Ternyata perjalanan cuma satu jam melalui jalan tol Salatiga-Kartasura.
Meski singkat, pemandangannya bikin wajah dipenuhi senyum. Gunung Merbabu seperti melambaikan tangannya pada kami. Di Surakarta kembali bertemu teman lama. Ngobrol soal makanan sambil ngopi membuat waktu berlalu dengan cepat.
Malam pun menjelang dan saatnya untuk beristirahat. Hari Ketiga Setelah kemarin berburu dawet telasih dan garang asam, pagi ini mau lihat trem Batara Kreshna. Trem ini berjalan di jalur kereta yang dibuat pemerintah Belanda.
Sambil menunggu saya menikmati kegiatan Car Free Day. Trotoar jalan menjadi tempat para pedagang berjualan. Mau cari baju barik, mencicipi kue tradisional, mau beli masakan tradisional, semua tersedia. Kalau tidak kuat iman dijamin kekenyangan. Habis, sosis solonya enak, tengklengnya kaya rasa, belum lagi pecelnya mantap.
Selama berjalan-jalan di Car Free Day, paru-paru saya gembira. Udara bersih dan segar memenuhi seluruh rongga pernapasan. Tentu alat pernapasan ini akan bersorak gembira saat merasakan oksigen di Gili Iyang.
Kadar oksigen di pulau yang berada di Kabupaten Sumenep ini mencapai 20.9 persen, melebihi rata-rata daerah lain di Indonesia.
Pernyataan tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) pada 2005.
Di Gili Iyang saya ingin menikmati serunya naik taksi laut, grounding di pasir pantai, melihat stalakmit dan stalaktit di gua. Benar-benar healing yang sebenarnya.
Semoga harapan saya dapat terwujud dan menjadi nyata.
------
Yuk ikut menjelajah keindahan Sumenep dengan mengirim cerita perjalanan kamu. Klik di sini.
(wsw/wsw)