Desa Adat Sade, Tempat Wisata Ikonik Lombok Sejak Tahun 1989

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Desa Adat Sade, Tempat Wisata Ikonik Lombok Sejak Tahun 1989

Ida Setianingsih - detikTravel
Kamis, 05 Des 2024 14:35 WIB
loading...
Ida Setianingsih
Gerbang Selamat Datang ke Desa Sade
Menanti pembeli
Rumah unik suku Sasak Sade
Meronce gelang
Menumbuk kopi
Desa Adat Sade, Tempat Wisata Ikonik Lombok Sejak Tahun 1989
Desa Adat Sade, Tempat Wisata Ikonik Lombok Sejak Tahun 1989
Desa Adat Sade, Tempat Wisata Ikonik Lombok Sejak Tahun 1989
Desa Adat Sade, Tempat Wisata Ikonik Lombok Sejak Tahun 1989
Desa Adat Sade, Tempat Wisata Ikonik Lombok Sejak Tahun 1989
Jakarta -

Memasuki gerbang Desa Sade di Lombok, benar-benar membawa kita pada sebuah suasana pedesaan yang alami dengan penduduk yang hidup bersahaja Sebuah gerbang dengan berbahan ornamen kayu anyaman dengan tulisan Selamat Datang ke Desa Sade, menyambut kami.

Sebuah papan ucapan dengan bentuk atap rumah adat Sasak Sade yang khas. Sebuah meja kecil untuk penduduk mencatatkan diri di buku tamu serta kotak uang sederhana tempat pengunjung bisa berkontribusi sekedar uang kebersihan terletak di pintu masuk.

Sayup sayup terdengar suara gending menghentak dari pelataran desa Sade. Wisatawan baik lokal maupun mancanegara siang itu telah padat memenuhi sekeliling halaman untuk menyaksikan atraksi Musik tradisional Gendang Beleg dan Tari Peresean (bertarung dengan rotan penjalin).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saya terlambat beberapa menit untuk menyaksikan tarian Selamat Datang itu, sehingga tidak bisa menyaksikan secara penuh.

Desa Sade yang berlokasi di Desa Rembitan Pujut Lombok Tengah ini sekilas tidak jauh berbeda dengan kebanyakan rumah desa di Jawa Timur maupun Jawa Tengah.

ADVERTISEMENT

Rumah sederhana dengan dinding dari anyaman Bambu serta atap yang memakai ilalang kering juga lantai yang masih beralaskan tanah. Yang istimewa dari desa Sade ini adalah bagaimana masyarakat mempertahankan kegiatan menenun, membuat kerajinan tangan berupa gelang, kalung, juga menumbuk kopi dengan alat sederhana.

Semua karya yang mereka hasilkan digelar di lapak sederhana di teras rumah. Pemandangan cantik dengan songket berwarna-warni dipamerkan di teras rumah menambah keunikan lain dari desa Sade.

Jumlah kepala keluarga yang menempati desa seluas 5,5 Hektar itu adalah 150 KK dengan jumlah penduduk 700 jiwa yang merupakan keturunan suku Sasak.

Berdasar keterangan pemandu wisata yang merupakan warga desa Sade, angka 700 jiwa tersebut dipertahankan demi menjaga keberlangsungan dan kelestarian desa Sade. Mereka memutuskan pindah atau keluar dari desa Sade jika melebihi angka 700 tersebut demi menjaga kelestarian desa.

Keunikan lain Dari desa Sade yang ditetapkan sebagai desa wisata lewat SK Gubernur tahun 1989 adalah bagaimana penduduk desa sangat terbiasa dengan lalu lalang wisatawan yang melintas di depan rumah mungil mereka.

Jarak dari rumah ke rumah lain sangat rapat menyisakan satu jengkal setengah untuk para pengunjung melintas di depan rumah mereka.

Penduduk desa seakan terbiasa dengan padatnya wisatawan yang berkunjung. Bahkan anak-anak dengan bertelanjang kaki berlarian menawarkan berbagai kerajinan tangan yang dibuat ibunya.

Sementara para Wanita belajar menenun sejak usia 7-10 tahun dan membuat kerajinan tangan, para pria suku Sasak bekerja sebagai petani.

Menyusuri rumah demi rumah suku Sasak Sade yang berbukit-bukit ini, pemandu wisata membawa kami ke sebuah rumah yang masih menggunakan kotoran sapi sebagai bahan penguat lantai sekaligus pengusir nyamuk.

Meskipun begitu, menurutnya rumah tersebut tentunya tidak layak untuk dilaksanakan sholat. Sebagaimana kebanyakan penduduk Sasak Sade yang Muslim, maka masjid atau musholla yang terletak di dalam lingkungan desa Sade adalah tempat terbaik untuk menunaikan salat.

Jangan lupa untuk selalu menjaga kebersihan desa dengan menyimpan sampah sampai anda menemukan tempat sampah.

Nah, tertarik mengunjungi desa Sade yang sangat bersahaja ini? Caranya sangat mudah karena dia terletak di pinggir jalan Raya Praya Kuta sekitar 30 km Dari Mataram atau 15-20 menit Dari bandara Lombok.

Hide Ads