Warung Sederhana di Tengah Sawah Jadi Magnet Wisatawan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Warung Sederhana di Tengah Sawah Jadi Magnet Wisatawan

Nadia Ardiyanti Mulyana - detikTravel
Senin, 27 Okt 2025 06:04 WIB
loading...
Nadia Ardiyanti Mulyana
Suasana Warung Biloeng
Warung Sederhana di Tengah Sawah Jadi Magnet Wisatawan
Bandung -

Apa jadinya sebuah warung sederhana di tengah hamparan sawah bisa menjadi jantung kehidupan warga, magnet bagi wisatawan, sekaligus ruang belajar bagi mahasiswa peneliti?

Di Warung Biloeng, Desa Cibodas, semuanya itu menjadi nyata. Di sinilah tawa bercampur ide, aroma kopi menguar bersama cerita, dan setiap sudut bangunan kecil itu menyimpan kisah tentang ekowisata, ekonomi sirkular, inovasi, serta komunitas yang hidup.

Warung Biloeng berada di kawasan Ekowisata Laboratorium Hidup Citarik, lahir dari inisiatif pemerintah desa dan dukungan Universitas Indonesia (UI) pada tahun 2020.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dahulu, kawasan Bilung yang rimbun dan sepi dianggap rawan kejahatan. Namun pemerintah desa melihat lebih dari sekadar ketakutan itu, mereka menangkap potensi alam yang indah dan bertekad mengubahnya menjadi destinasi wisata ramah lingkungan.

"Dulu di tahun 2020, Bilung itu gelap, banyak sampah, bahkan rawan tindak kejahatan. Lalu desa berinisiatif mengubahnya jadi kawasan ekowisata kecil-kecilan," ujar Iwan Setiawan, Kasi Pelayanan sekaligus pengurus Warung Biloeng.

ADVERTISEMENT

Perjalanan Warung Biloeng yang Jadi Ikon Desa Cibodas Awalnya, Desa Cibodas membangun Warung Kuning yang dikelola karang taruna. Seiring berkembangnya konsep ekowisata, Universitas Indonesia membantu mengembangkan dua warung tambahan: Warung Pink dan Warung Hijau.

Kini, ketiga warung itu bukan sekadar tempat makan, tapi juga bagian dari sistem ekonomi berkelanjutan. Sebagian laba digunakan untuk menggaji pengelola TPS 3R (Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle) yang berada di kawasan ini.

Konsep ini kemudian dikenal sebagai sirkular ekonomi desa, yang menjadi contoh bagi banyak kampus dan lembaga penelitian. Mahasiswa dari UI dan UNPAD pernah melakukan riset tentang pengelolaan ekowisata, pemberdayaan masyarakat, dan ekonomi kreatif di kawasan ini.

Lebih Hidup dan Ramai

Seiring kawasan ini ditata, aktivitas warga dan kunjungan wisatawan meningkat drastis. Suasana yang dulu sepi kini berganti canda tawa pengunjung dari berbagai daerah.

"Sekarang setiap hari selalu ada tamu. Kadang lebih dari 60 orang per hari, apalagi Sabtu-Minggu bisa ratusan," ujar Iwan.

Warung Biloeng kini menjadi titik singgah favorit para pesepeda, petani yang beristirahat sejenak, serta ibu-ibu yang rutin menggelar arisan di bawah rindangnya pepohonan sekitar. Salah satu penjual pun mengaku bersyukur karena dagangannya jauh lebih laris.

"Dulu saya jualan di pinggir jalan, kadang sepi. Tapi sejak di sini, banyak pengunjung yang mampir. Rezekinya lebih lancar," tuturnya sambil tersenyum.

Disambut Hangat oleh Warga Kehadiran Warung Biloeng juga disambut positif oleh masyarakat sekitar. Selain membuka lapangan kerja, kawasan ini membuat lingkungan lebih tertata dan aman.

Warga aktif menjaga kebersihan dan membantu pengunjung. Tak heran, setiap kegiatan sosial seperti workshop lingkungan atau pelatihan penanaman hanjeli selalu disambut antusias.

"Dulu kita adakan workshop 3 kali, tanya warga setuju atau enggak kalau dijadikan ekowisata. Ternyata semuanya mendukung," tambah Iwan.

Laboratorium Hidup di Tengah Sawah Kini, Warung Biloeng tak hanya jadi tempat bersantai dan ngopi. Ia menjadi laboratorium hidup, tempat belajar tentang kemandirian desa, kolaborasi kampus, dan peran masyarakat dalam menjaga lingkungan.

Mahasiswa yang datang meneliti konsep ekonomi hijau dan sirkular ekonomi sering menjadikan kawasan Citarik sebagai proyek riset kolaboratif.

Ke depan, Iwan berharap pengembangan ekowisata terus meluas dengan mengintegrasikan potensi pertanian sekitar, sehingga manfaatnya bisa dirasakan lebih banyak warga.

"Harapannya, Citarik ini makin maju. Karena wilayah kita pertanian, kita juga ingin sektor itu ikut dikembangkan," ujarnya.

Dari cangkir-cangkir kopi yang diseduh dengan ikhlas hingga tawa warga yang menular, Warung Biloeng mengingatkan kita bahwa perubahan besar sering lahir dari hal-hal kecil yang dijalani bersama, dan bahwa inovasi bisa tumbuh di tempat yang paling sederhana sekalipun.

----

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom, anda juga bisa mengirim cerita perjalanan Anda melalui tautan ini.

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads