Rumah Jamur, Penginapan Paling Unik di Papua

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Dream Destination Papua

Rumah Jamur, Penginapan Paling Unik di Papua

- detikTravel
Senin, 03 Des 2012 09:09 WIB
Inilah Honai, 'rumah jamur' ala suku Dani, Papua (Afif/detikTravel)
Wamena - Honai adalah rumah asli dari Suku Dani di Papua. Rumah ini memiliki bentuk yang mirip dengan jamur. Pondasinya adalah kayu dan atapnya adalah jerami. Bagaimana rasanya menginap di sana ya?

detikTravel dan tim Dream Destination Papua Husni, Anisa dan Keken, berkesempatan berkunjung ke Kampung Obia, Wamena, Papua, Minggu (26/11/2012). Di sana, para rombongan menetap selama satu malam dan melihat Suku Dani dari dekat.

"Gue kagum karena mereka hidupnya sederhana dan masih menjaga tradisi," kata Husni.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para rombongan pun bermalam di Kampung Obia. Tentu saja, tidak ada hotel mewah dengan fasilitas yang beragam. Tapi, di sini mereka akan tidur di dalam rumah Honai. Inilah rumah asli Suku Dani.

Rumah Honai yang dipakai menginap ini memang biasa dipakai wisatawan untuk bermalam. Rumahnya sedikit berbeda dengan rumah Honai asli Suku Dani.

"Bedanya, rumah ini lebih tinggi. Di sini juga ada listrik untuk penerangan," kata Founder Rakata dan juga pemandu tim Dream Destination Papua dan detikTravel, Sugeng.

Maski demikian, bentuknya sama persis dengan Honai yang menjadi tempat tinggal Suku Dani. Rumah yang akan ditempati untuk bermalam ini, terletak di paling belakang. Kanan-kirinya adalah hutan yang lebat. Saat malam, langit-langit di angkasa terlihat jelas.

Hap! Tas para rombongan pun ditaruh di lantai bawah. Ruangannya cukup luas. Alasnya terdiri dari sebagian papan kayu dan sisanya adalah tanah. Kopi, teh, dan gula pun tersedia di meja kecilnya untuk menghangatkan badan.

Lantai bawah ini juga menjadi tempat berkumpul. Di sini para rombongan dan para lelaki dewasa Suku Dani saling berbincang. Orang-orang tua di suku Dani tidak dapat berbicara bahasa Indonesia. Tapi tenang saja, ada pemandu setempat yang dapat penerjemah. Kopi pun diseduh, mantap!

"Menginap di rumah Honai adalah pengalaman yang tidak saya lupakan," demikian pendapat Anisa tentang menginap di rumah Honai.

Pukul 23.00 WIT pun tiba, kini saatnya untuk tidur. Satu pertanyaan besar muncul, tidur di mana kita semua? Tidak mungkin di lantai bawah, sebab sudah penuh barang.

Ternyata, kami semua tidur di lantai atas. Tangga kecil di pojok ruangan adalah jalan untuk menuju ke sana. Wah! Ternyata lantai atas sangatlah luas, tidak terbayangkan. Kami semua mengambil sleeping bag dan matras untuk tidur. Ruangan ini bisa menampung sekitar 10 orang. Langit-langitnya adalah jerami.

"Rumahnya nyaman dan tidak nyangka bisa seluas itu, karena kalau dilihat dari luar rumahnya kecil," kata Husni.

Sinyal telefon pun tidak sampai di sini. Jadi, para rombongan tidur dengan suara alam. Suara serangga pun terdengar di mana-mana. Ruangannya pun cukup hangat. Lampu kecil yang mulai meredup menjadi pengantar mata ini untuk terpejam.

Pagi hari tiba, sekitar pukul 06.00 WIT para rombongan bangun. Setelah melipat sleping bag, udara segar menanti kami di luar sana. Tak jauh dari Honai kami, ada air yang mengalir deras dari mata air di pegunungan. Brrr, tambah dingin saja!

Rumah Honai memang unik. Fondasinya hanya terbuat dari kayu dan atapnya dari jerami. Meski siang hari cukup terik, tapi di dalam Honai sangat sejuk. Angin segar masuk melalui sela-sela kayunya. Menginap di rumah Honai adalah pengalaman yang menyenangkan!

"Kuat, unik, dan Papua banget!" kata Keken saat ditanya tentang tiga kata yang menggambarkan rumah Honai.

(aff/fay)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads