Akhir Pekan ke Ambarawa, Wajib Coba Serabi Ibu Jarwati

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Akhir Pekan ke Ambarawa, Wajib Coba Serabi Ibu Jarwati

- detikTravel
Jumat, 11 Jan 2013 10:06 WIB
Ibu Jarwati sibuk memasak serabi (Dicky/detikTravel)
Semarang - Saat ingin traveling ke Magelang atau Yogyakarta via Semarang, biasanya wisatawan akan melewati jalur berliku di Ambarawa. Jangan dulu terburu-buru, Anda bisa mencicipi nikmatnya Serabi Ibu Jarwati yang hangat. Yummy!

Saat itu jarum jam menunjukkan pukul 15.10 WIB, ketika detikTravel tiba di Kecamatan Ambarawa, Jawa Tengah. Perjalanan menuju Kota Yogyakarta yang ditempuh menggunakan mobil pribadi akhirnya singgah sejenak di salah satu kecamatan yang ada di Semarang, Jawa Tengah ini.

Bagi traveler yang sudah pernah melintas di jalur ini, pasti setuju jika Ambarawa adalah kawasan yang cukup dingin. Dibandingkan dengan Kota Semarang, Ambarawa jauh lebih sejuk. Jalan di sini berkelok, melintasi kaki Gunung Ungaran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Udara yang dingin sekaligus lelah karena perjalanan membuat perut terasa lapar. Niat beristirahat di tengah perjalanan akhirnya terwujud saat kebetulan melintas di Desa Ngampin, Jalan MGR Sugiyopranoto atau di dekat pertigaan pintu masuk tol Banyumanik-Ungaran.

Bukan, ini tentu saja bukan rest area atau tempat peristirahatan besar yang banyak fasilitasnya. Kawasan yang menarik saya untuk berhenti ini adalah sentra pembuatan serabi khas Ambarawa. Memang, Bandung, Jawa Barat juga punya serabi, tapi di sini rasanya lebih istimewa.

Di antara ratusan pedagang serabi di pinggir jalan, mata saya tertuju dengan kios sederhana milik Ibu Jarwati. Terlihat wanita tua duduk di dalam kios, berada di balik tenong berbentuk kerucut. Tangan tuanya masih lihai membuat ratusan serabi nikmat setiap harinya. "Monggo.." sapanya lembut.

Kebetulan, ia adalah salah satu dari beberapa pedagang serabi yang masih bertahan sampai saat ini. "82, eh, kalau tidak salah," jawabnya sambil tersenyum ketika ditanyakan soal umur.

Ibu Jarwati mengaku, dirinya sudah membuat serabi sejak kecil, sambil membantu orangtuanya yang juga berjualan serabi. Dulu, jalan di Ambarawa belum seramai saat ini. Masih sepi, yang lewat pun kebanyakan sepeda. Ibu Jarwati asyik bercerita sambil membuat serabi.

"Sejak dulu, sampai sekarang, saya selalu masak pakai kayu bakar. Anak saya sendiri yang cari kayunya. Lebih nikmat rasanya, wangi juga," ceritanya sambil mengipas bara di kayu bakar.

Saya memang tidak sendirian di kios berukuran 3x2 meter ini. Bersama 3 wisatawan lainnya yang kebetulan juga berasal dari Jakarta, kami duduk bersila tepat di belakang Ibu Jarwati. Asap dari kayu bakar menghangatkan kami.

5 Menit menunggu, serabi pesanan pun siap. Berwadah mangkuk putih, 4 serabi yang disajikan masih hangat. Semangkuknya, serabi ini dihargai Rp 2 ribu saja. Ibu Jarwati memang selalu membuat serabi kalau ada pesanan saja. Buatnya, lebih baik repot jika tiba-tiba pesanan banyak, yang penting serabinya masih fresh.

Berbeda dengan serabi di Bandung, serabi Ambarawa lebih lunak dan mudah dipotong. Cukup ditambah kuah manis yang hangat dari gula Jawa, serabi ini sukses membuat saya memesan seporsi lagi.

Ada cerita unik di balik berjejernya kios serabi di jalan ini. Dulu, masyarakat Desa Ngampin punya tradisi serabian untuk menyambut datangnya bulan Syaban. Konon, yang melakukan ritual ini akan mendapatkan jodoh bagi yang belum menikah dan keberkahan bagi yang sudah berkeluarga.

Kemudian, mulai banyak warga yang menjual serabi. Awalnya hanya ada 5 orang saja, termasuk orang tua Ibu Jarwati. Tapi saat ini, jumlah pedagang serabi Ambarawa sudah hampir mencapai angka seratus. Bahkan, sampai-sampai, Desa Ngampin menjadi sentra wisata kuliner serabi di Ambarawa.

Saat hari biasa, tempat ini memang tidak terlalu ramai. Tapi saat akhir pekan, libur panjang, atau musim mudik tiba, Desa Ngampin diserbu ratusan wisatawan yang melintas di Jalan MGR Sugiyopranoto. Bahkan, ada juga yang sampai menjadikan serabi ini sebagai panganan wajib kalau lewat Ambarawa. Salah satunya adalah Bagus Setyo, traveler asal Jakarta yang kebetulan singgah bersama saya di kios Ibu Jarwati.

"Belum ke Ambarawa kalau tidak makan serabi Ibu Jarwati. Saya pernah coba serabi di kios lain, tapi rasanya agak beda, kuahnya kurang manis. Kalau Ibu Jarwati itu pas," ceritanya. Saking gemarnya menyantap serabi, Bagus mengaku ini adalah kali keempat ia mampir ke kios Ibu Jarwati.

(sst/sst)

Hide Ads