Salah satu tempat yang harus dikunjungi jika berwisata di Sungai Musi yang melintasi kota Palembang, yakni Kelenteng Tri Dharma Chandra Nadi (Soei Goeat Kiong) atau yang lebih dikenal sebagai Klenteng Dewi Kwan Im. Kelenteng ini terletak di Jalan Perikanan, 10 Ulu, Palembang.
Mengunjungi kelenteng Chandra Nadi dapat melalui darat dan sungai. Dari darat, kita harus menyeberangi Jembatan Ampera, lurus ke Jalan Gubernur Ahmad Bastari, kemudian balik ke arah jalan di bawah Jembatan Ampera, kemudian menuju Jalan Perikanan. Kelenteng tepat berada di tepi jalan, sebelum menuju Dermaga 10 Ulu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika melalui jalan sungai. Kita dapat menuju kelenteng ini dengan naik perahu ketek, baik dari dermaga 16 Ilirβdermaga yang terdekatβmaupun dermaga lainnya seperti dermaga Benteng Kuto Besak. Biaya naik perahu ketek ini sebesar Rp 2.500 per orang. Jika ingin menyewanya buat menyeberang dengan lima penumpang cukup membayar Rp 50 ribu.
Kelenteng Kwan Im dibangun pada masa Kesultanan Palembang Darussalam dan Kolonial Belanda yakni tahun 1733. Klenteng ini didirikan sebagai ganti kelenteng yang terbakar di kampung 7 Ulu. Lalu, mengapa di kampung 10 Ulu dibangun kelenteng?
Ternyata di sana terdapat makam seorang panglima Palembang keturunan Tionghoa bernama Ju Sin Kong atau biasa disebut Apek Tulong. Dia beragama Islam. Sebelum dijadikan klenteng, setiap orang berziarah di sini mendapatkan keberkahan atau terbebas dari penyakit.
Nah, saat dikunjungi detiktravel pada Rabu (6/2/2013) siang, tampak banyak pekerja baik beretnis Melayu maupun Tionghoa tengah membersihkan klenteng dan memasang 1.500 lampu lampion guna perayaan Imlek yang tinggal tiga hari lagi.
"Mulai sepekan sebelum perayaan Imlek, klenteng ini memang selalu dibersihkan, dicat ulang, serta memasang lampu lampion," kata Maman, seorang pekerja di Klenteng Kwan Im.
Selain dipasang di halaman klenteng juga di sepanjang Jalan Perikanan. Mereka yang membersihkan klenteng ini bukan hanya warga Tionghoa, juga Melayu. Mereka membersihkan lantai, pantung, kaca, termasuk mengecat dinding yang warnanya sudah pudar. Sementara itu sekitar lima pekerja memasang lampu lampion yang digantung dengan menggunakan seutas kawat.
Menurut Ayong, seorang pengunjung, mereka yang melakukan ibadah di klenteng ini bukan hanya Konghucu, juga Budha dan Tao. "Dewi Kwan Im ini merupakan dewi penolong. Dia merupakan dewi yang dapat menguasai setan dan iblis," kata Ayong.
Selain altar Dewi Kwan Im juga terdapat altar Buddha Gautama (Sakyamoni Buddha), Bodhisatya Maitreya, Dewi Paw Sen Ta Tee (dewi pemberi rezeki), Dewi Kwan Tee (dewi pelindung dharma), serta Dewa Toa Pek Kong.
Lalu, bagaimana orang minta pertolongan Dewi Kwan Im. Caranya, setelah berdoa kepada Dewi Kwan Im, seseorang berniat itu kemudian menemui seorang petugas resep obat. Resepnya diletakan di sejumlah bambu berwarna merah diberi nomor yang kemudian dikocok. Lalu keluarlah resep yang diminta. Resep itu kemudian dibawa ke toko obat buat mendapatkan racikan obatnya.
Perayaan Imlek di kelenteng ini merupakan kewajiban sebagian besar warga yang merayakannya. Mereka merayakan Imlek di klenteng ini yang kemudian dilanjutkan ke kelenteng di Pulau Kemaro.
Keberadaan kelenteng ini juga menjadi simbol pembauran budaya antara Tionghoa dan Melayu. Sebab, Yayasan Dewi Pengadih Palembang yang mengelola klenteng ini turut menyumbangkan pembangunan sebuah masjid yang berada di dekat kelenteng, Masjid Al Ghazali, tepatnya di sekitar Dermaga 10 Ulu.
Jika Anda traveling ke Palembang menjelang masa liburan Imlek ini, pastikan Kelenteng Soei Goeat Kiang alias Chandra Nadi masuk dalam agenda kunjungan Anda. Nikmati kemeriahan Imlek di Palembang, gong xi fat chai!
(sst/sst)
Komentar Terbanyak
Kronologi Penumpang Lion Air Marah-marah dan Berteriak Ada Bom
Koper Penumpangnya Ditempeli Stiker Kata Tidak Senonoh, Transnusa Buka Suara
Penumpang Pria yang Bawa Koper saat Evakuasi Pesawat Dirujak Netizen