Destinasi dengan sejarah pilu, seringkali menarik perhatian wisatawan. Begitu juga dengan jalur kereta Death Railway yang menyimpan sejarah pilu pada masa kekejaman Jepang di Myanmar pada tahun 1942. Bangunan ini juga menjadi salah satu saksi bisu Perang Dunia II yang terkenal.
Dari situs News Australia, Jumat (26/4/2013) Death Railway banyak dikenal wisatawan karena film 'The Bridge Over the River Kwai'. Wisatawan membutuhkan waktu sekitar 3 jam dari Bangkok untuk sampai di Kota Kanchanaburi yang menjadi lokasi jalur kereta tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama pembuatannya, jalur kereta ini menelan banyak korban. Sekitar 13.000 tawanan perang yang ditangkap di Singapura, Semenanjung Melayu dan Hindia Belanda, meninggal selama pembuatan Death Railway. Selain tawanan perang, pembangunan jalur kereta ini.
Kelelahan, kepalaparan, penyakit, dan penyiksaan adalah penyebab utama kematian para pekerja paksa itu. Tentara Jepang memaksa mereka mengerjakan jalur kereta, dengan menembus hutan dan batuan antara Oktober 1942 sampai Desember 1943.
"Setiap hari kami bekerja. Kalau kerja kami lambat, mereka tidak hanya mengikat tangan. Mereka juga akan mencambuk para pekerja dengan cambuk kawat. Saat itu, Jepang sangat kejam," cerita salah satu mantan pekerja yang juga ikut dalam pembangunan Death Railway, Robert Goodwin.
Selain Death Railway, di Thanbyuzayat, Mon, Burma juga terdapat Thanbyuzayat War Cemetery. Di sana terkubur 3.000 pasukan sekutu yang juga meninggal saat pembuatan jalur kereta tersebut.
Selain taman pemakaman, juga terdapat sebuah lokomotif tua di pinggiran Kota Thanbyzayat. Lokomotif ini menjadi pengingat dari keadaan pilu selama pembangunan Death Railway. Di sekitar lokasi juga terdapat patung-patung para tahanan. Namun sayang, sebagian relnya sudah tertutup oleh rumput liar. Begitu juga dengan patung-patungnya yang sudah rusak dan tak bisa dikenali.
Kisah keji yang menyeliputi Death Railway ini pun dianggap bisa menarik perhatian wisatawan. Phyoe Wai Yar Zar dari Tourism Board Myanmar juga mengatakan, Death Railway dan lokasi di sekitarnya menyimpan potensi wisata yang bisa berkembang.
(shf/shf)
Komentar Terbanyak
Study Tour Dilarang, Bus Pariwisata Tak Ada yang Sewa, Karyawan Merana
Kronologi Penumpang Lion Air Marah-marah dan Berteriak Ada Bom
Koper Penumpangnya Ditempeli Stiker Kata Tidak Senonoh, Transnusa Buka Suara