Sebagai kota transit, Cirebon sangat padat di siang hari tapi juga terkenal senyap di malam hari. Namun bukan berarti di kota kecil ini tidak ada tempat sama sekali bagi manusia malam yang doyan kelayapan sampai pagi. Saat mata tidak mau terpejam, langkahkan saja kaki ke Jalan Kartini.
Bagi yang baru tiba di Cirebon pada malam hari, tidak sulit untuk menemukan Jalan Kartini. Dari Stasiun KA Kejaksan Cirebon, naik saja becak atau ojek ke arah Alun-alun Kejaksan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat detikTravel mengalami susah tidur akibat gerahnya udara malam di pesisir Pantura, maka ruas jalan ini pula yang akhirnya menjadi pelarian. Sumur Kartini alias Susu Murni di Jalan Kartini milik Pak Oban Sobar cukup memuaskan dahaga dengan sajian Es Sumur Strawberry di warung tenda kaki lima yang malam itu penuh sesak dipadati muda-mudi.
Sebenarnya tidak ada yang terlalu unik selain soal penamaan menunya, tetapi pengunjungnya memang cukup ramai dibanding warung lain di sekitarnya. Selain menyajikan Sumur alias Susu Murni, warung Pak Oban Sobar ini juga menyajikan mie instant yang dimodifikasi cara masaknya hingga memiliki tingkat kepedasan level 3 hingga 7. Selebihnya, hanya karena buka sampai tengah malam sajalah yang membuatnya patut diperhitungkan mengingat tak banyak tempat nongkrong tengah malam di Cirebon.
Di seberang Sumur Kartini Pak Oban Sobar, ada juga restoran franchise 24 jam dari ayam sampai burger, serta pizza yang tentunya bukan khas Cirebon. Ada pula deretan minimarket yang kebanyakan juga buka sepanjang malam. Kalau hanya untuk mencari tempat nongkrong saat tidak bisa tidur, bolehlah disinggahi sebentar untuk sekedar beli minuman dingin.
Namun jika benar-benar ingin merasakan atmosfer Cirebon dengan kebudayaan khasnya yang unik, ada sebuah kedai kopi yang buka 24 jam nonstop. Namanya Brana Kopi Rempah yang dikelola seorang seniman asli Cirebon, Nino alias Retno Widi Astoeti.
Bukan hanya menyajikan kopi rempah alias Korem dengan segala varian termasuk Korem Madu Telor, kedai ini juga merupakan sebuah galeri seni. Berbagai jenis karya seni buah tangan para seniman Cirebon, mulai dari topeng kayu, lukisan kanvas, lukisan kaca, batik hingga art-photography terpajang di kedai yang sekaligus juga merupakan tempat tinggal pemiliknya ini. Tak lupa, ada juga gamelan Tayuban khas Cirebon yang dimainkan pada hari-hari tertentu saja.
"Kita cuma ingin mengangkat kembali kebudayaan Cirebon, agar tidak hanya dikenal sebagai kantong Tenaga Kerja Wanita (TKW). Bahwa kita juga punya kebudayaan, sama halnya dengan Yogya dan Solo," kata Nino yang juga memiliki galeri seni di lantai 7 Sarinah Thamrin, Jakarta.
Keramahan Nino menemani tamunya untuk berbincang soal sejarah dan kebudayaan Cirebon membuat gerahnya udara malam di pesisir Pantura agak terlupakan untuk sejenak. Tak terasa waktu telah lewat tengah malam, sementara secangkir kopi rempah madu seharga Rp 8.000 tinggal tersisa ampasnya saja.
Rasa kantuk belum juga datang, tetapi mata tetap harus dipejamkan demi menghimpun tenaga untuk petualangan menjelajah Cirebon di hari berikutnya. Perjalanan pulang ke penginapan di Hotel Aston Cirebon ditempuh dengan menyusuri kembali Jalan Kartini yang masih saja menunjukkan geliat kehidupan hingga dini hari.
(up/fay)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan
Sound Horeg Guncang Karnaval Urek Urek Malang