'Desa Paus' Lamalera Juga Punya Benda Keramat

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

'Desa Paus' Lamalera Juga Punya Benda Keramat

- detikTravel
Rabu, 08 Mei 2013 13:45 WIB
Mangkuk tembaga ini merupakan asal nama Lamalera. Lama berarti piring, lera berarti cahaya (Sastri/ detikTravel)
Lewoleba - Desa Lamalera di Pulau Lembata, NTT, tersohor oleh tradisi berburu pausnya. Tapi tak banyak yang tahu, kedatangan Portugis berabad silam meninggalkan benda-benda yang dianggap keramat oleh masyarakat setempat.

Saya mendatangi Desa Lamalera pada Januari 2013 lalu. Sedikit kecewa, karena musim perburuan paus berlangsung pada Mei-September. Tapi buat apa datang jauh-jauh ke pedalaman Pulau Lembata jika hanya untuk kecewa? Toh masih ada beberapa hal yang bisa dilihat.

Waktu itu saya bersama tim survei yang ditunjuk Bupati Lembata. Lamalera adalah salah satu tujuan kami untuk menggali potensi wisata di pulau tersebut. Usai melihat aneka suvenir khas Lamalera seperti tenun dan minyak paus, kami beranjak ke salah satu rumah warga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seorang kakek menyambut kami, tersenyum ramah. Namanya Paul Korohana, usianya sekitar 60 tahun. Rumahnya cukup sederhana, terletak di Desa Lamalera B (bawah) yang tak jauh dari pantai.

Masuk ke ruang tamu, terdapat sebuah meja dengan beberapa benda pajangan. Awalnya saya pikir itu pajangan biasa, tapi rupanya itulah benda-benda yang dikeramatkan masyarakat Lamalera.

"Ini ada gading gajah, rantai, meriam dan gong kecil," tutur Paul Korohana kepada detikTravel.

Benda-benda ini adalah peninggalan Portugis yang sempat singgah sekitar abad ke-16. Layaknya daerah terpencil lain di Indonesia, peninggalan bangsa lain seringkali dijadikan benda keramat.

"Mangkuk ini adalah asal nama Lamalera. Lama itu artinya piring, lera artinya cahaya," kata sang kakek. Tangannya memegang sebuah mangkuk dari tembaga yang usang, namun masih awet sampai sekarang.

Benda-benda keramat ini hanya boleh dikeluarkan saat upacara-upacara adat, termasuk ritual sebelum perburuan paus. Selain mangkuk tembaga, ada pula gading gajah yang besar dan kecil. Masyarakat setempat percaya, gading kecil adalah 'anak' dari gading yang besar. Muncul begitu saja pada suatu malam.

Benda keramat lain yang mengalihkan perhatian saya adalah rantai usang. Rantai itu sudah usang, berukuran kecil dan pendek. Namun sang kakek memegangnya dengan sangat hati-hati.

"Ini namanya lodan. Bisa bergerak di malam-malam tertentu," bisiknya dengan nada misterius.

Percaya tidak percaya, namun saya tetap bergidik mendengarnya. Usai mengamati semua benda keramat di rumah kakek Paul Korohana, tim survei kami pun menyimpulkan satu hal. Benda-benda ini bisa jadi atraksi turis saat berkunjung ke Lamalera, bukan hanya tradisi berburu paus yang musiman.

(sst/sst)

Hide Ads