Jailolo merupakan suatu kota yang ada di Kabupaten Halmahera barat, Maluku Utara. Kota ini biasanya didatangi oleh para penyelam untuk bertualang ke bawah lautnya yang cantik. Lebih dari itu, Jailolo pun memiliki budaya yang tak kalah menarik untuk ditelusuri.
detikTravel berkesempatan mengunjungi Suku Sahu di Desa Gamtala, Jailolo pada Sabtu (18/5/2013) lalu. Letaknya sekitar 20 menit dengan mobil dari pusat Kota Jailolo. Desanya memiliki kontur alam yang cantik, dengan langitnya biru jernih. Tak hanya itu, masyarakatnya pun sangat ramah saat menyambut wisatawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tiga meja besar di dalamnya sudah dipenuhi oleh beragam kuliner. Ada ikan kakap bakar, ikan bakar saus rica, sambal goreng, sambal colo-colo, hingga nasi cala yang khas. Nyam, siapa yang tak tergoda dengan suguhan kuliner seperti ini?
Setelah Thomas berdoa, kami dan masyarakat setempat yang ikut upacara makan adat pun dipersilahkan untuk mencicipi kuliner yang ada di atas meja. Rasa tiap kulinernya enak banget! Yang menarik perhatian, tentu saja nasi cala.
"Nasi cala itu isinya air saja, tidak pakai rempah-rempah lain. Dibungkusnya juga pakai daun pisang yang ada di dalam hutan, tidak daun pisang yang ada di desa sini, jadi lebih wangi," kata masyarakat setempat, Awinangsih.
Ketika semua rombongan sedang asyik menyantap, tiba-tiba Thomas membawa satu teko besar dan berputar ke tiap depan rombongan. Dia mengambil gelas yang ada di depan masing-masing orang dan menuangkan minuman yang berwarna putih.
"Semua harus minum ini ya, kalau upacara makan adat," kata Thomas.
Ternyata, nama minuman tersebut adalah sageur atau yang jika diartikan adalah tuak. Baunya cukup menyengat hidung. Setelah Thomas menuangkannya digelas saya, langsung saja saya coba satu teguk. Slruup!
Rasanya sedikit asam tapi langsung membuat mata segar. Semua rombongan pun ikut mencicipinya, tak terkecuali wanita. Minuman ini memang disajikan bila ada tamu yang datang atau dalam upacara makan adat.
"Ini diambil dari pohon anau, dari tangkainya. Kalau dimasak selama 6 jam lalu disuling, jadilah cap tikus," ujar Awaningsih yang menjawab rasa penasaran saya.
Memang, siapa pun yang ikut upacara adat di dalam rumah Sasadu harus meminum sageur ini. Minuman ini pun membuat Thomas akrab dengan semua orang. Dia menanyakan rasanya dan menawarkan lagi jika Anda mau tambah. Saya melihat, ada keharmonisan yang terbentuk dari segelas sageur tersebut.
Asal tidak minum banyak wisatawan dijamin tidak akan mabuk. Tertarik ikut upacara makan adat bersama suku Sahu?
(aff/aff)
Komentar Terbanyak
Study Tour Dilarang, Bus Pariwisata Tak Ada yang Sewa, Karyawan Merana
Penumpang Pria yang Bawa Koper saat Evakuasi Pesawat Dirujak Netizen
Suhu Bromo Kian Menggigit di Puncak Kemarau