Perang Vietnam yang berlangsung sejak 1955 adalah penyebab para pengungsi ini kabur dari kampung halamannya. Perang antara Vietnam Utara (didukung oleh China) dengan Vietnam Selatan (didukung oleh AS) merenggut banyak nyawa. Warga Vietnam tak bisa tinggal diam.
Laut Cina Selatan adalah satu-satunya jalan keluar mereka. Menggunakan kapal nelayan biasa, 40-100 orang berdesakan di tiap kapal. Mereka terombang-ambing di laut selama berbulan-bulan. Banyak yang meninggal, banyak juga yang bertahan. Mereka singgah di sana-sini untuk mendapatkan perlindungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak saat itu, Pulau Galang resmi menjadi kamp pengungsian warga Vietnam. Pemerintah mengisolasi pulau ini untuk mempermudah pengawasan, pengaturan, serta penjagaan keamanan. Isolasi juga dilakukan untuk menghindari penyebaran penyakit kelamin Vietnam Rose yang dibawa oleh para pengungsi.
Saat detikTravel berkunjung ke tempat ini pada Minggu (9/6/2013), cukup banyak wisatawan yang berkunjung. Rupanya Pulau Galang jadi salah satu destinasi akhir pekan warga Batam. Selain bernilai sejarah, komplek ini juga bagus. Pepohonan tinggi dan lanskap hijau mendominasi pandangan, selain juga bangunan-bangunan sejarah yang tampak kumuh.
Mobil melaju di jalan aspal dua arah yang mulus. Bangunan demi bangunan saya lewati, mulai dari Rumah Sakit PMI sampai barak dan tempat karantina. Ada pula pemakaman tempat dikuburnya para pengungsi Vietnam yang terkena penyakit. Di nisan mereka terpatri banyak nama 'Nguyen'.
Pos polisi dua tingkat adalah salah satu bangunan yang masih apik. Di bawahnya terdapat beberapa sel tahanan, karena rupanya, para pengungsi Vietnam itu ada pula yang melakukan tindak kriminal dan kekerasan. Pernah ada seorang pengungsi yang memerkosa pengungsi wanita bernama Tinhn Han Loai. Diperlakukan begitu, sang korban pun bunuh diri. Sekarang namanya terpatri pada sebuah patung komplek tersebut, tepatnya di Garden of Humanity.
Berseberangan dengan pos polisi, terdapat museum yang bangunannya mirip Sekolah Dasar. Inilah tempat wisatawan mendapat beragam informasi seputar kamp pengungsian Vietnam. Foto-foto, daftar nama, dan berbagai barang peninggalan para pengungsi dipajang di sini. Mereka rupanya mahir dalam berbagai hal, mulai dari berladang sampai membuat kerajinan tangan.
Masuk lebih jauh ke dalam komplek, terdapat Gereja Khatolik dan Pagoda yang letaknya bersebelahan. Di komplek luas ini juga terdapat Gereja Protestan, masjid, dan kuil yang terletak di atas bukit. Masing-masing bangunan bersejarah dilengkapi papan nama, mayoritas berbahasa Vietnam.
Dalam komplek tersebut, ada pula 2 buah kapal yang berwarna biru-merah. Dua kapal ini pernah dibakar oleh para pengungsi, menanggapi pengungsi lain yang ingin kembali ke kampung halamannya. Usai dibakar, kapal-kapal ini ditenggelamkan di pesisir Pulau Galang. Pemerintah kemudian mengambilnya, merenovasi ulang, untuk dipamerkan di komplek tersebut.
Para pengungsi tinggal di sana sampai tahun 1996. Sejak itu pula, kamp pengungsian Pulau Galang dibuka sebagai tempat wisata. Harga tiket masuknya hanya Rp 5.000 per orang. Jangan datang terlalu sore, karena kamp ini hanya dibuka dari pagi sampai siang.
(sst/aff)
Komentar Terbanyak
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Skandal 'Miss Golf' Gemparkan Thailand, Biksu-biksu Diperas Pakai Video Seks
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari AS, Garuda Ngaku Butuh 120 Unit