Tragedi kapal Sewol yang terjadi pada 16 April 2014 pagi merupakan catatan kelam bagi dunia transportasi di Korea Selatan. Kapal feri nahas ini mengangkut hampir 500 orang penumpang, mayoritas adalah murid SMA Danwon di kota Ansan. Remaja-remaja ini rencananya akan piknik ke pulau wisata Jeju.
Sebelum karam kapal berbobot 6.825 ton ini berlayar meninggalkan pelabuhan Incheon sekitar pukul 9 malam hari sebelumnya. Bertugas sebagai kapten kapal Lee Joon-seok yang punya pengalaman berlayar pada rute tersebut.
Perjalanan yang direncanakan berlangsung 13 jam itu awalnya berjalan lancar. Namun tanda-tanda petakan mulai muncul di perairan Selat Maenggol yang dikenal punya arus kuat. Apesnya yang bertugas di anjungan kapal adalah perwira muda yang belum berpengalaman. Perwira ini memerintahkan kapal berbelok tajam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian yang terjadi kapal Sewol ini miring dan terbalik. Dalam catatan The New York Times panggilan darurat pertama datang pada pukul 8.55 pagi. Tragedi kapal Sewol berlangsung dalam waktu singkat. Dalam hitungan tak sampai setengah jam kapal mulai tenggelam.
Berikut 5 fakta tragedi kapal Sewol di Korea Selatan:
1. Kapal feri ini membawa siswa yang wisata ke Pulau Jeju
Dilansir dari The New York Times, MV Sewol mengangkut penumpang sebanyak 476 penumpang dan kru kapal. Dari jumlah tersebut 325 diantaranya murid-murid SMA. Rombongan pelajar ini berniat berwisata jelang ujian ke Pulau Jeju. Namun kemudian berujung pada tragedi yang membuat Korea Selatan berkabung.
Pulau Jeju memang dikenal sebagai destinasi wisata utama di Korsel. Beberapa spot yang paling terkenal diantaranya Seongsan Sunrise Peak yang terletak di ujung Pulau Jeju, lalu Bunjae Artpia yang memamerkan ragam koleksi bonsai khas Korea serta sejumlah tempat wisata lainnya.
2. Kapal Sewol disebut kelebihan muatan
Pada saat tenggelam, menurut The New York Times kapal Sewol memuat kargo di geladaknya dua kali lebih berat dari batas yang diizinkan. Selain itu kru kapal juga tidak mempedulikan faktor keamanan dalam pengangkutan. Sejumlah mobil, truk, dan kontainer di dalam kapal tidak diikat dengan baik.
3. Ada kisah korupsi di balik tenggelamnya kapal
Seperti yang dikutip dari The New York Times, salah satu penyebab utama tenggelamnya kapal Sewol karena proses renovasi kapal yang berbahaya.
Renovasi ini disebut mendapat persetujuan dari regulator yang telah disuap dengan paket wisata dan makan malam mewah.
Perbaikan ini justru membawa petaka atau tragedi karena titik gravitasi kapal naik yang membuat jadi tidak seimbang. Begitu berbelok tajam kapal justru miring dan terbalik. Hal ini diperparah dengan muatan yang tidak terikat dengan baik
4. Film tentang tragedi kapal Sewol masuk nominasi Oscar
Sejumlah film dibuat mengadopsi kisah nahas kapal Sewol diantaranya film "In The Absence". Film bergenre dokumenter mengambil posisi mengkritik pemerintah Korea Selatan atas terjadinya tragedi kapal Sewol. Kata "absence" pada judul film disebut ditujukan pada pemerintah.
Film yang disutradarai Seung-jun Yi ini masuk nominasi Piala Oscar pada pagelaran Academy Award ke-92 Februari 2020 lalu dalam kategori 'Best Documentary'.
5. Berujung pengunduran diri Perdana Menteri Korsel
Pemerintah Korea Selatan mendapat kritikan bertubi-tubi setelah tragedi kapal Sewol tenggelam yang menewaskan sekitar 300 orang termasuk kru penyelamat ini.
Seminggu setelah kejadian Perdana Menteri Korsel Chung Hong-won memutuskan mundur. "Hal yang benar untuk saya lakukan adalah bertanggung jawab dan mengundurkan diri sebagai penanggung jawab kabinet," ujar Chung dalam sebuah taklimat media.
(pal/erd)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum