Penyebaran paham radikalisme di Cibalong hingga kini terbatas pada dakwah dan pendalaman ajaran saja. Menurut Nurul, Sejauh ini belum ada masyarakat terpapar yang diagendakan untuk melakukan aksi terorisme. Kegiatan mereka biasanya hanya berkutat di kajian, membayar infaq, hingga mengikuti bai'at atau pengukuhan.
Hal ini disebabkan oleh reaksi pemerintah yang dianggap lebih sigap dalam mengantisipasi gerakan radikalisme dan intoleransi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alhamdulillah dengan pemerintahan Pak Jokowi gitu ya lebih cenderung mengantisipasi radikalisme dan intoleran nya bebih digalakkan lagi," tutur Nurul.
Bentuk antisipasi dan penanganan radikalisme antara lain lewat kegiatan penyuluhan dan pendekatan yang berkala. Para penyuluh tak hanya berdakwah di pengajian, tapi juga ke rumah-rumah.
"Penanganannya sangat luar biasa, menurunkan Densus 88 ke lapangan. Kebetulan di Kementerian Agama kan ada penyuluh setiap kecamatan. Pendekatannya secara pribadi, secara halus, lembut. Alhamdulillah berhasil dengan secara pembinaan di masjid-masjid , di pengajian, dan masuk ke rumahnya masing-masing," jelas Nurul.
Berkat penanganan tersebut, Nurul menuturkan bahwa sudah terdapat 69 orang di Cibalong yang mendeklarasikan dirinya untuk kembali pada paham Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kegiatan tersebut dilakukan di Gedung Dakwah Kecamatan Pameungpeuk dan dihadiri oleh tim Densus 88 dan pemerintah setempat.
(nad/vys)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!