detikTravel berkesempatan mampir ke Gua Istana bersama rombongan Raja Wisata beberapa waktu lalu. Untuk menuju gua ini, kami harus trekking sejauh 2 kilometer dari Pos Resor Pancur melewati hutan bambu. Suasananya masih sangat alami, hingga terdengar suara aneka burung yang saling bersahutan.
Setibanya di Gua Istana, kami masih harus mendaki puluhan anak tangga. Seketika, bau dupa pun terasa begitu menyengat di hidung. Usut punya usut, rupanya Gua Istana adalah tempat para pertapa untuk bersemedi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak heran, ada banyak dupa dan bekas kardus atau koran-koran yang dipakai sebagai alas bagi para pertapa. Menurut keterangan Eko, para pertapa yang bersemedi di sini adalah untuk memohon kepada Yang Maha Kuasa untuk rezeki dan kesehatan.
Tak hanya itu, ada juga yang bersemedi untuk menambah 'ilmu'. Namun saya heran, mengapa gua ini dinamakan istana?
"Menurut cerita dari masyarakat setempat, awalnya gua ini dipakai oleh orang-orang di Istana Negara untuk bersemedi. Bahkan, konon Presiden Soekarno pernah datang ke sini," ungkap Eko.
Saya hanya mengerenyitkan dahi mendengar penjelasan Eko. Namun, Eko kembali menegaskan bahwa hal tersebut adalah cerita masyrakat dari mulut ke mulut, tidak ada bukti peninggalan Presiden Soekarno, dan tidak tertulis dalam literatur buku sejarah. Eko pun menyilakan saya untuk percaya atau tidak percaya.
"Sejak tahun 1990-an, Gua Istana mulai ramai dikunjungi. Apalagi saat bulan-bulan ini, yaitu Bulan Suro. Bahkan, sampai ada yang bermalam di sana," ucap Eko.
Saya pun memberanikan diri untuk makin beranjak ke bagian dalam gua. Lembabnya udara dan bunyi kelelawar membuat bulu kuduk berdiri. Di bibr gua, cahaya matahari masih bisa masuk ke dalam. Namun menuju bagian tengah gua, suasananya sungguh gelap gulita!
Saya kemudian menyalakan senter untuk penerangan. Bersama rombongan, kami mulai melihat-lihat isi dalam gua. Di bagian ujungnya, terdapat lobang kecil yang berisi mata air. Saat cahaya senter menyinari langi-langit gua, terlihat banyak kelelawar yang bergantungan.
Selain itu, makin banyak kardus-kardus dan tikar yang dijadikan alas untuk bersemedi. Satu pemandangan di dalam gua yang bikin kami kaget, adalah kursi dari kayu di bagian tengah gua.
"Kursi itu dibuat oleh umat Hindu Bali sebagai sarana untuk meditasi. Mereka menyebutnya altar," terang Eko.
Gua Istana memang tidak terlalu besar. Kami pun menyudahi berada di bagian dalam gua, lalu kembali ke bibir gua untuk berfoto-foto. Sayang, saat itu tidak ada satu pertapa pun yang saya jumpai.
"Sebenarnya Gua Istana itu juga untuk wisata. Bagus untuk mereka yang mau meneliti gua atau melihat aneka flora dan fauna di sana. Untuk tiket masuknya, sudah termasuk tiket masuk Taman Nasional Alas Purwo sebesar Rp 2.500 saja," papar Eko.
Terlepas dari para pertapa atau kisah Presiden Soekarno, Gua Istana pantas masuk daftar destinasi tujuan Anda saat melancong ke Banyuwangi. Silakan buktikan sendiri suasana gua yang gelap gulita, atau mungkin Anda berminat menenangkan diri di sana.
(ptr/fay)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan
Sound Horeg Guncang Karnaval Urek Urek Malang