Wae Rebo, Inilah Cinta Pada Pandangan Pertama

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Wae Rebo, Inilah Cinta Pada Pandangan Pertama

- detikTravel
Kamis, 21 Nov 2013 17:11 WIB
Wae Rebo yang indah (Shafa/detikTravel)
Manggarai Tengah - 7 Rumah kerucut terlihat dari jauh. Pegunungan mengelilinginya, kadang disertai kabut menggantung. Kampung Wae Rebo di Flores menjadi bukti bahwa cinta pada pandangan pertama itu sungguh nyata.

Wae Rebo adalah satu-satunya kampung adat yang masih bertahan di seluruh kawasan Manggarai. Berada di Desa Satar Lenda, Kecamatan Satar Mese barat, Kabupaten Manggarai Tengah, Flores, NTT, kampung ini menawarkan sejuta pesona. Memang butuh perjuangan untuk mencapai kampung ini, namun setiap peluh sungguh berharga jika dibanding dengan keindahannya.

detikTravel bersama rombongan dari Kemendikbud berkesempatan melancong ke sana minggu lalu. Untuk mencapai kampung, sebelumnya harus trekking mendaki gunung sejauh 9 km atau sekitar selama 3-4 jam. Rute hingga pos pertama cukup panas karena nantinya akan dibuka jalan untuk akses kendaraan sampai sana.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun setelahnya, kesejukan ala hutan akan meneduhi para pendaki. Perjalanan memang akan melelahkan, namun sesampainya di pos ketiga, semua akan sirna. Tenaga yang lelah akan hilang melihat kampung adat yang sedemikian unik berbalut kecantikan dari kejauhan. Rasanya, tenaga kembali penuh karena rasa penasaran akan kampung yang telah dinobatkan sebagai Warisan Dunia hidup dari UNESCO tersebut.

Sesampainya di kampung, turis yang datang akan disambut sesuai adat, seperti di kebanyakan desa adat lainnya. Baik sendiri atau bersama, pelancong diharuskan memberi mahar sebagai bentuk duka cita bagi arwah yang telah mendahului mereka.

Nuansa sejuk dan hijau membalut kampung yang berada di ketinggian 1.117 mdpl ini, ditambah dengan atmosfer bersahabat dari para penduduk. Mata masyarakat di sana memancarkan rasa hangat dan ramah, sungguh membuat jatuh cinta. Setiap orang akan tersenyum dengan ramah, menyapa para traveler yang sampai.

Meski tidak ada sinyal dan listrik, para wisatawan yang ada di sini tidak akan kuatir akan hal itu. Banyak sekali yang bisa dilakukan di sana. Baik memerhatikan kegiatan masyarakat, menikmati pemandangan alam yang sungguh menawan, atau mengobrol dengan para penduduk. Semua menarik, semua menyenangkan.

Pagi dan sore jadi waktu paling sibuk dan paling banyak penduduk terlihat di luar rumah. Saat seperti inilah yang banyak dicari wisatawan. Bukan sekadar untuk berburu foto, namun juga untuk menikmati atmosfer yang sedemikian rupa menggoda. Rasanya, takkan puas berada di sana. Dengan kesederhanaan, kampung ini mampu menyajikan kesempurnaan.

(shf/shf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads